"Papa.” Panggil Naomi begitu melihat Maha memasuki ruang tamu.Sore hari yang cerah dengan semburat jingga.“Ada apa, Sayang?”“Capek?”Naomi selalu menjadi anak yang manis. Tidak heran jika Maha menggeleng sepegal apa pun bahunya.“Papa bau keringat.”“Omi anak papa. Bukan istri papa.”Suara tawa Maha menggema. Pasalnya, Naomi terlalu sensitif bila Maha bersikap selayaknya Pulung yang di ajak bicara.“Ya, kan nggak ada salahnya tampil wangi depan anaknya.”“Omi yang geli.”Oke, akan Maha ingat-ingat (kalau tidak lupa) untuk jangan mengangkat masalah ‘bau badan’ ke permukaan.“Jadi, ada apa?”“Ini.” Naomi angsurkan sebuah catatan kecil yang Maha yakini berasal dari sekolahnya. Dan tertulis jelas mata pelajaran di pojok atas sebelah kiri. “Ada yang nggak Omi ngerti.”“Bimbingan Konseling ya?” ulang Maha memastikan apa yang telah di bacanya.“Wajib ada paraf papa di halaman terakhir nanti. Ini buat tugas sekolah juga.”“Omi keburu?” Naomi menggeleng. “Kalau gitu, mandi dulu. Papa juga m
Last Updated : 2025-05-20 Read more