Semua Bab Malam Kelam Bersama Presdir: Bab 21 - Bab 30
32 Bab
Bab 21 - Wanita Ceroboh
Langit menutup layar laptopnya setelah memutuskan untuk menunda pekerjaannya demi menghampiri Sora di apartemen. Dengan gerakan cepat, pria itu bergegas pergi meninggalkan perusahaan menuju apartemennya berada. Di tengah perjalanan, pria itu menepikan mobilnya saat melihat beberapa jajanan yang mungkin disukai oleh istrinya."Apa aku harus memberikannya makanan tidak sehat seperti ini lagi?" Tanya Langit dalam hati. Ia merasa gundah. Ingin membuatkan cemilan sehat untuk Sora rasanya tidak sempat waktu, tapi jika membeli cemilan atau jajanan dari luar itu sama saja ia menelan ludahnya sendiri yang sempat melarang Sora untuk tidak memakan makanan sembarangan.Lama Langit berpikir untuk mengambil keputusan yang tepat. Hingga akhirnya, pria itu menghela napas dalam-dalam setelah mengambil keputusan yang mungkin akan membuatnya menyalahkan diri sendiri."Sudahlah, sepertinya tidak masalah untuk kali ini saja. Dari pada perutnya tidak terisi." Gumam Langit. Di saat situasi sedang genting s
Baca selengkapnya
Bab 22 - Turunkan Jabatannya!
"Baik, Tuan. Saya akan memakan makanannya sampai habis!" Balas Sora yakin. Entah mengapa ia merasa seyakin itu bisa menghabiskan makanan yang diberikan Langit untuknya nanti.Langit tak lagi bersuara. Pria itu segera melanjutkan melangkah menuju dapur diikuti Sora di belakangnya.Di dalam dapur, Bi Nina yang sudah selesai menyalin makanan yang dibelikan David untuk Sora tersenyum melihat kedatangan keduanya."Jajanan..." kedua bola mata Sora berbinar melihat beberapa jajanan pinggir jalan yang dibelikan Langit untuknya.David dapat melihat ekspresi senang yang ditunjukkan istrinya itu. Hanya dengan melihat itu saja, perasaan cemas yang sempat Langit rasakan akhirnya sirna."Kau suka makanannya?" Tanya Langit memastikan.Tanpa ragu, Sora menganggukkan kepalanya. "Sangat suka, Tuan. Apa boleh saya langsung memakannya?" Pinta Sora tanpa sungkan. Entahlah, baru beberapa hari menjadi istri Langit, wanita itu sudah seperti lupa saja dengan sikap Langit yang galak dan pemarah yang acap kali
Baca selengkapnya
Bab 23 - Turun Jabatan
Seorang wanita cantik nampak masuk ke dalam ruangan kerja Langit setelah mendapatkan sahutan dari dalam untuk masuk. Zoya, wanita yang berstatus sebagai sepupu Sora itu tertegun melihat wajah seorang pria yang nampak tampan dan rupawan yang tengah duduk di kursi kebesarannya saat ini."Dia presdir di perusahaan ini?" Hati Zoya menebak. Dan ia sangat yakin jika tebakannya itu benar sebab hanya pria itu yang berada di ruangan itu saat ini.Sambil menahan rasa gugup, Zoya melangkah mendekati meja kerja Langit. Langit yang menyadari kedatangan Zoya tak menatap wanita itu. Ia hanya fokus pada layar laptop yang memperlihatkan data statistik saham perusahaan.Zoya yang sedikit banyaknya sudah mengetahui bagaimana sikap Langit dari beberapa informasi yang beredar mencoba untuk tetap tenang dan terus melangkah. "Selamat pagi Tuan. Perkenalkan saya Zoya." Kata Zoya setelah berada di depan meja kerja Langit.Akhirnya pandangan Langit beralih pada layar komputer ke arah wanita itu. Tidak ada se
Baca selengkapnya
Bab 24 - Itu Semua Karena Kau!
Regina berjalan mondar-mandir di dalam pantry memikirkan cara untuk dapat bertemu dengan Theo di saat sedang waktu bekerja seperti saat ini. Jika ia masuk ke dalam ruangan Theo tanpa membuat janji lebih dulu, bisa saja Theo memarahinya dengan alasan tidak sopan dan mungkin memecat dirinya."Apa aku saja ya yang membuatkan minum untuk Tuan Theo siang ini?" Pikir Regina. Dari semua cara yang ia pikirkan sejak tadi, seperti hanya cara itu yang terbaik untuk ia lakukan agar bisa bertemu dengan Theo.Regina mengarahkan pandangan pada Tiwi yang nampak sedang mengambil gelas dan ingin membuatkan minuman dingin untuk Theo."Tiwi, siang ini aku saja yang membuatkan minum untuk Tuan Theo." Kata Regina dengan nada memerintah.Dahi Tiwi mengkerut saat mendengar perkataan Regina. "Maaf ya, Regina. Tapi ini adalah tugasku. Aku tidak ingin Tuan Theo memarahiku karena aku melimpahkan tugas ini kepadamu."Lidah Regina berdecak. Selama bekerja sebagai bawahannya, baru kali ini Tiwi berani melawan diriny
Baca selengkapnya
Bab 25 - Jangan Berani Kabur!
Satu bulan tanpa terasa telah berlalu sejak Sora tinggal di apartemen milik Langit. Selama itu pula Sora lebih banyak menghabiskan waktu di dalam apartemen. Dia tidak boleh keluar jika tidak bersama dengan Langit dan tidak boleh memakan jajanan dari luar jika bukan Langit yang membelikannya.Sora akhirnya merasa jenuh. Dirinya sudah biasa bekerja dan menghabiskan banyak waktu di luar rumah beberapa tahun belakangan ini. Jadi saat ia lebih banyak menghabiskan waktu di apartemen, ia merasa hidupnya terasa hampa. "Aku bosan," keluh Sora setelah membuang napas kasar di udara. Jika saja Langit mengizinkannya untuk berjalan-jalan meski hanya di sekitar apartemen, dia pasti sudah sangat senang.Bi Nina mendengar keluhan Sora. Sebenarnya ia juga merasa kasihan pada Sora yang lebih banyak dikurung di apartemen. Namun mau bagaimana lagi, ia tidak bisa memberikan izin pada Sora untuk keluar tanpa izin dari Langit lebih dulu.Sora mengusap perutnya yang terasa mulai besar. Dia mulai berpikir bag
Baca selengkapnya
Bab 26 - Pertemuan Tak Terduga
Setelah mendapatkan izin keluar dari David, Sora segera bersiap-siap untuk pergi. Dia mengganti pakaian dengan pakaian bepergian yang dibelikan oleh Langit tak lupa memakai sepatu sesuai dengan perintah Langit. Setelah merasa sudah siap, dia langsung menghampiri Bi Nina yang sudah menunggu dirinya di ruang tengah apartemen."Bibi, aku sudah siap!" Kata Sora semangat.Bibi melukis senyum melihat wajah senang yang Sora tunjukkan. "Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi, Non." Ajak Bibi.Dengan semangat kepala Sora mengangguk. Kemudian ia dan Bi Nina melangkah keluar dari dalam apartemen.Tiba di lobby, seorang sopir yang ditugaskan oleh Langit sudah menunggu kedatangan mereka. Pria paruh baya itu segera menuntun Sora dan Bi Nina menuju mobilnya berada."Bi Nina kenapa?" Tanya Sora melihat wajah Bi Nina yang nampak berbeda setelah bertemu dengan sopir tersebut."Bibi gak apa-apa, Nona." Balas Bi Nina tak ingin jujur.Sora merasa tak percaya. Namun dia memilih menghargai jawaban Bi Nina. Ke
Baca selengkapnya
Bab 27 - Hal Yang Ditakutkan Terjadi
"Heh, siapa anda yang berani ikut campur dalam urusan saya dan Sora!" Sahut Bibi Rida dengan tatapan tak kalah nyalang. Ia menatap tubuh Bi Nina dari atas sampai bawah dengan tatapan menghina. Dari penampilan Bi Nina saja Bibi Rida sudah dapat menyimpulkan jika Bi Nina adalah wanita rendahan sama seperti Sora."Saya adalah orang yang bertugas menjaga Nona Sora saat ini. Termasuk menjaganya dari wanita jahat seperti anda!" Tegas Bi Nina."Hahah." Bibi Rida tertawa mencemooh Bi Nina. "Kau pikir dia ini adalah bangsawan yang harus dijaga segala?!" Ketusnya.Bi Nina hendak kembali menjawab, namun Sora dengan cepat menghentikan niatnya dengan memegang lengannya."Bibi, sudahlah. Jangan membuat keributan di sini." Pinta Sora. Namun permintaan Sora tidak akan membuat Bi Nina menurut begitu saja. Sebab dia sangat tidak suka dengan sikap arogan yang Bibi Rida tunjukkan saat ini."Heh, Sora. Siapa wanita ini, kenapa dia sok dermawan sekali membela wanita seperti dirimu?" Tanya Bibi Rida dengan
Baca selengkapnya
Bab 28 - Tidak Mau Jatuh Hati
Sora menanti kedatangan Langit ke apartemen dengan harap-harap cemas setelah mendengar cerita dari Bibi Nina jika sudah menceritakan apa yang terjadi di supermarket tadi pada Langit."Apa Tuan Langit akan memarahiku. Atau dia akan melarangku untuk keluar lagi karena sudah membuat kekacauan." Sora bermonolog.Kecemasan yang Sora rasakan semakin bertambah saat melihat pintu apartemen terbuka dan memperlihatkan wajah Langit di sana."Tuan..." Sora bangkit dari posisi duduk menyambut kedatangan Langit.Langit yang sedang menenteng beberapa bungkus makanan di tangannya tak menyahut dan terus melangkah ke arah Sora. "Ini aku bawakan makanan untukmu." Kata Langit datar seraya menyerahkan plastik berisi makanan tersebut pada Sora.Sora menerimanya. Ia menatap kotak makanan tersebut dengan tatapan lapar. Kecemasan yang melandanya sejak tadi pun perlahan hilang melihat makanan tersebut.Langit dapat menangkap ekspresi Sora. Dia segera meminta Bi Nina untuk menyalin makanan yang ia bawa agar bis
Baca selengkapnya
Bab 29 - Dikurung Lagi
"Ada beberapa hal yang tidak bisa saya jelaskan pada Bibi. Yang terpenting saat ini, saya harap Bibi dapat mengikuti segala perintah saya demi kebaikan Sora."Bi Nina akhirnya mengangguk tanpa berniat bertanya lebih jauh. Ia mengerti Langit memiliki privasi dan ia tidak ingin terlalu ikut campur di dalamnya.Setelah berbincang sejenak dengan Bi Nina, Langit segera kembali ke ruangan tengah dimana Sora tengah menunggunya di sana.Wajah Sora terlihat tegang melihat kedatangan Langit. Wanita itu tengah berpikir jika Langit akan memarahinya mengingat kejadian yang terjadi tadi siang.Namun di luar ekspetasi, nyatanya Langit tidak memarahi atau membahas perkara yang terjadi tadi siang. Pria itu justru membahas hal lain tentang kehamilan Sora. Ya, jelas saja Langit tidak akan memarahinya karena pria itu tahu marah pun tiada guna. Memarahi Sora itu sama saja membuat Sora semakin takut kepadanya. Selain dari pada itu, dia juga sudah membicarakan permasalahan Sora tadi siang bersama Bi Nina. La
Baca selengkapnya
Bab 30 - Jadi Memikirkannya
Pandu yang turut melihat wajah Sora dibuat terkejut melihat wajah wanita itu setelah sekian lama mereka tidak bertemu."Sora." Kata Pandu sambil menatap intens wajah Sora.Bi Nina yang menyadari jika keduanya saling kenal pun menatap pada Sora. "Nona kenal sama pria itu?" Tanya Bi Nina.Sora mengangguk pelan. "Dia Kak Pandu, Bi. Kakak kelasku di sekolah dulu." Bi Nina yang hendak kembali bersuara mengurungkan niatnya saat Pandu berjalan mendekat pada mereka sambil menggendong gadis kecil di tangannya. "Sora, kau benar Sora, kan?" Tanya Pandu seakan memastikan. Sora mengangguk pelan. Dirinya sungguh tidak menyangka setelah sekian lama tidak bertemu dengan pria yang sempat menjadi idolanya, kini mereka kembali di pertemukan dalam situasi yang tak terduga.Pandangan Sora tertuju pada gadis kecil yang nampak manja berada di dalam gendongan Pandu. "Apa gadis kecil ini anak Kakak?" Tanya Sora.Pandu menganggukkan kepalanya. "Ya. Dia anakku dengan almarhum istriku." Jawab Pandu apa adanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status