All Chapters of Istri Presdir yang Hilang: Chapter 41 - Chapter 50
154 Chapters
41. Malam Perpisahan
Edmund menarik napas berat. "Kemungkinan besar, tidak. Kecuali, Tuan Green berbaik hati untuk mengundangku kemari nanti. Sebagai bentuk laporan atas alokasi dana yang sudah kusumbangkan, mungkin?" Selagi Edmund melirik Hunter, Sky mulai merajuk. "Paman Green, berjanjilah padaku kalau kau akan mengundang Paman Ed lagi nanti. Dia sudah memberi banyak uang untuk yayasan. Papa tidak seharusnya melarang dia datang lagi." Tidak punya pilihan, Hunter mengangguk singkat. "Ya. Nanti aku akan bicara baik-baik dengan Lucas. Sekarang berhentilah menangis. Air matamu bisa merusak makan malam spesial ini, Sky." Alih-alih menyeka wajah, Sky menoleh ke arah pria yang memangkunya. Selang keheningan sesaat, ia memutar posisi duduknya dan memeluk Edmund erat-erat. "Aku akan sangat merindukanmu, Paman." Edmund pun merengkuh Sky sambil terpejam. Matanya terasa sangat panas sekarang. Air mata mungkin saja lolos kalau ia memberi celah. "Aku juga akan sangat merindukanmu, Sky. Sekarang tolong jangan se
Read more
42. Momen yang Paling Berharga
"Sekarang," Edmund bersusah payah mengalahkan sesak dalam dadanya, " bantulah aku untuk membuat malam ini menjadi momen berhargaku dengan Sky." Demi menahan kedutan hebat di dagu, ia lanjut dengan berbisik, "Meskipun aku bukan ayahnya, dia sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Jadi tolong ...." Edmund mengatur napas. Ia takut suaranya pecah kalau terus dipaksa kuat. "Izinkan aku untuk menikmati kebersamaan kami untuk yang terakhir kali. Aku tidak tahu apakah setelah ini kami masih punya kesempatan untuk bertemu lagi. Lucas bisa saja menghalangi kami. Jadi, demi mengantisipasi kemungkinan terburuk itu," Edmund kembali berhenti. "Baiklah," sela Rachel. Ia ikut sesak mendengar penderitaan Edmund. "Aku mengerti. Kita harus mendirikan tenda secepat mungkin. Ayo bergegas sebelum Sky kembali," angguknya sambil lanjut mengikat tali. Edmund tahu Rachel ingin membuat suasana menjadi lebih baik. Ia bingung harus bersyukur atau marah. Mengapa mudah sekali Rachel merelakan dirinya pergi dan
Read more
43. Aku Sayang Padamu
Edmund menutup buku dan memindahkan Sky ke kantong tidurnya. Sementara balita itu terlelap, ia berbaring miring sambil menyangga kepala dengan sebelah tangan. "Terima kasih sudah tumbuh menjadi anak yang baik dan cerdas, Sky. Aku sangat bangga padamu." Edmund mengelus tangan sang balita dengan lembut. Senyumnya samar, napasnya berat. Matanya tak sedetik pun berpaling dari wajah mungil itu. "Maaf kalau kita harus berpisah. Maaf kalau aku belum sempat memberimu banyak hal. Kalau saja aku punya kesempatan untuk menebus kesalahan, aku pasti akan menjadi ayah terbaik bagimu, Sayang." Edmund mengecup tangan Sky, lalu menempelkannya di pipi. Ia mengira itu bisa mengurangi bebannya. Namun ternyata, tekanan dalam dada malah bertambah hebat. "Seandainya saja dulu aku tidak mengusir kalian ...." Setitik air mata jatuh di wajah Edmund. Tak ingin membasahi tangan Sky, ia cepat-cepat menyekanya dengan pundak. Kemudian, tanpa bersuara, ia menarik Sky untuk merapat. Sambil memeluknya, ia terpe
Read more
44. Sampai Jumpa
Edmund mengangguk. Ia serahkan kamera polaroid kesayangannya. Sky menerima itu dengan raut gelisah. "Paman, bukankah ini barang bersejarah bagi kamu dan istrimu? Kenapa kau memberikannya kepadaku?" "Aku ingin kau berfoto setiap hari lalu menulis pengalamanmu hari itu di baliknya. Setiap bulan, kau harus mengirimkan 30 foto kepadaku." Edmund mengeluarkan sekotak kertas foto yang siap digunakan. "Aku akan mengirim satu bungkus setiap bulan. Stoknya harus selalu aman." "Itu berarti, kau juga harus menyertakan foto-fotomu dalam paket itu, Paman. Dengan begitu, aku juga tahu bagaimana keadaanmu dan apa saja yang kau lakukan setiap hari." Edmund melebarkan senyum. "Itu ide bagus. Kau mau menyimpan ini di tasmu?" Sky dengan sigap melepas ransel dan membukanya. "Terima kasih, Paman," ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Edmund membelai kepala Sky dengan lembut. Selang keheningan sesaat, ia kembali berkata, "Selain itu, aku punya satu hal lagi untukmu." Alis Sky meninggi. Melihat Edmund me
Read more
45. Pertarungan Sengit
"Paman Ed!" Sky histeris. Ia hendak berlari menghampiri. Namun, sang ibu lebih dulu menariknya mundur. "Sayang, tunggu di sini. Biar Mama yang menahan Papa." Namun, gadis mungil itu meronta. Ia mau menyelamatkan sahabatnya. Rachel tidak mungkin melepasnya. Beruntung, Hunter bersedia turun tangan. "Lucas, apa yang kau lakukan?" hardik pria paruh baya itu sambil menahan lengan temannya. "Kendalikan dirimu! Dengarkan dulu penjelasan kami." "Apa yang perlu kudengar? Bukankah semuanya sudah jelas." Lucas mengalihkan pandangan, menyoroti Edmund dengan penuh kebencian. "Laki-laki yang tidak tahu diri ini sengaja datang ke sini untuk mendekati Rachel. Dia berniat untuk merebut istriku!" Masih dengan napas memburu, ia melirik Hunter. "Kau lihat bagaimana mereka berpelukan tadi? Mengapa kau biarkan itu? Kau berada di pihaknya?" "Kau sudah salah paham, Lucas. Itu pelukan perpisahan. Tuan Hills berencana pulang. Lihat! Perahunya saja sudah siap." Alih-alih tenang, Lucas malah mendengus. "
Read more
46. Harus Ada yang Menjaganya
"Di mana akal sehatmu, Lucas? Bisa-bisanya kau menghajar Tuan Hills begitu. Kau lupa bahwa Sky ada di sini?" Rachel berusaha keras menahan emosi, tetapi nada bicaranya tetap meninggi. Lucas menggertakkan geraham lebih keras mendengarnya. "Dia layak diberi pelajaran." "Kau lihat putrimu!" Rachel menunjuk Sky. Gadis mungil itu sedang menekan luka Edmund dengan bibir mencebik dan mata berkaca-kaca. "Dia ketakutan! Sky masih sangat kecil. Tapi gara-gara ulahmu, dia harus menyaksikan sesuatu yang mengerikan." Sambil berusaha meredam kekesalan, Rachel menurunkan nada bicaranya. Matanya menatap Lucas lebih dalam . "Sekarang, bagaimana kau bertanggung jawab? Bagaimana kau menjelaskan kebodohanmu barusan?" Ia meninggikan alis. "Kau tidak takut Sky menganggapmu sebagai seorang pria yang jahat? Kau tidak peduli dengan perasaannya yang hancur karena berpikir ayahnya seorang pembunuh?" Sementara Lucas mulai merenung, Rachel berbisik, "Sadarlah, Lucas. Kau sudah keterlaluan. Kau pikir dirimu
Read more
47. Kecemburuan Lucas
Bukannya senang, alis Edmund malah berkerut resah. Ia tidak mau ada masalah baru karenanya. "Sky, kau ingat? Aku ini orang dewasa yang mandiri. Aku bisa pergi sendiri tanpa bantuan orang lain." Wajah Sky kembali kusut. "Tapi aku mau menemanimu, Paman Ed. Mama, apakah Mama tega membiarkan Paman Ed pergi sendiri?" Edmund melirik Rachel. Tangannya terkepal, bersiap menerima jawaban pahit. Namun, tanpa terduga, Rachel malah menggeleng. "Tidak aman kalau kau berangkat ke kota seorang diri. Jika kau pingsan di tengah jalan, siapa yang akan membantumu?" Edmund berkedip-kedip tak percaya. "Kau ... tidak keberatan menemaniku? Bagaimana dengan Lucas? Kesalahpahamannya bisa memburuk." Napas Rachel seketika tersekat oleh keraguan. Paru-parunya tersumbat kekhawatiran. Namun perlahan, rasa bersalah mendominasi pikirannya. "Kau bisa terluka begini karena Lucas. Dia seharusnya bertanggung jawab. Karena dia tidak mungkin mau mengantarmu ke sana, biar kami yang melakukannya." Mata Sky seketika m
Read more
48. Melaksanakan Kewajiban Istri
"Cium aku," pinta Lucas dengan suara yang bercampur desah. Napas Rachel kembali tersendat. Ketegangan di sekujur sarafnya tidak lagi terelakkan. Selama ini, selalu Lucas yang mencium lebih dulu. Sesuatu selalu menahan dirinya untuk memulai ataupun menyambutnya. "Kau tidak mau?" Nada bicara sang pria menyiratkan ancaman. Rachel menelan ludah. Ia beringsut mendekat, berjinjit meraih bibir Lucas. Baru satu detik mereka bersentuhan, Lucas sudah menahan tengkuknya, mengecup lebih dalam. Tangan yang semula bermain-main dari luar kini menelusup ke balik pakaian. "Sayang, jangan terlalu kuat. Akh!" Rachel mendongak dan terpejam. Tangannya yang sejak tadi enggan menyentuh Lucas, kini mencengkeram pundaknya. Lucas baru saja menyingkap bajunya, memberinya gigitan yang menggetarkan setiap sel dalam tubuhnya. "Sayang, kubilang pelan-pelan," pinta Rachel, mulai mendesah. Ia sadar matanya mulai basah. Perasaan tidak nyaman itu telah kembali menyelubungi hatinya—pengap dan sesak. Alih-alih me
Read more
49. Mari Berpisah
Sang wanita melirik Edmund dengan mata berkaca-kaca. Rasa bersalah tampak jelas di matanya. Namun, sedetik kemudian, pandangannya kembali pada Lucas. "Kita adalah dua insan yang saling mengandalkan untuk kabur dari ketakutan. Maaf kalau pada akhirnya, aku harus mengecewakan kamu. Tapi aku tidak bisa lagi meneruskan." Lucas menggeleng, mengingkari apa yang terbersit dalam benaknya. "Apa yang kau bicarakan, Rachel? Aku sungguh tidak mengerti." "Aku sudah curiga sejak awal, saat terbangun dari koma," aku Rachel menebar keheningan dan kekakuan di udara. Edmund dan Lucas hanya terpaku menatapnya. "Saat itu, semua terasa aneh bagiku. Kau bilang kalau aku adalah Rachel, tapi nama itu terasa asing bagiku." "Kau juga bilang kalau aku istrimu, lalu kau memelukku. Tapi tubuhku sama sekali tidak mengenalimu. Pelukanmu tidak terasa hangat bagiku. Aku malah merasa canggung." Rachel berhenti sejenak. Ia melirik Edmund, tetapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Ia tidak mungkin mengaku bahwa
Read more
50. Mama Adalah Alice
"Bahkan saat bertemu denganmu di Mauritius,” ujar Alice serak, “aku menyangkal kalau hatiku mengenalimu. Aku takut kalau kau ternyata memang suamiku. Aku merasa belum siap menghadapi masa lalu." Raut Edmund kembali kaku. Kekhawatirannya muncul. Apakah Alice hendak mengatakan bahwa ia tidak mau pulang bersamanya? "Lalu kau datang kemari,” lanjut Alice, membuat Edmund menahan napas. “Kau menunjukkan bukti-bukti kalau aku Alice. Aku sadar bahwa semua itu masuk akal, bahwa aku adalah istrimu yang hilang. Tapi aku tetap dengan egoku. Aku dengan teganya mengabaikan semua itu, menganggapmu sebagai orang aneh. Padahal, akulah yang egois dan terlalu takut dengan takdir." Ketegangan Edmund seketika luntur. Alice kini menatapnya dengan raut bersalah. Tarikan napasnya bertambah berat. "Aku sama sekali tidak punya bayangan tentang bagaimana hidupku sebelumnya, Tuan Hills. Apakah aku orang yang jahat atau aku orang yang selalu ditindas? Aku takut kalau aku sebetulnya bukan ibu yang baik bagi Sky
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status