Semua Bab Wanita Berhati Baja (Zoya): Bab 21 - Bab 30
42 Bab
Siasat Tengil
Zoya memegangi perut saking keras dan lamanya tertawa. Apalagi mengingat raut David sejak masuk rumah hantu. Lelaki itu selalu berdiri di belakang wanita tersebut sambil memegang tangan atau bahunya. Bahkan, dia nyaris menghajar satu aktor yang berperan sebagai Franskenstein, yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Untung saya Zoya sigap mencegah, lalu menarik David keluar dari stan itu."Iya, ketawa aja terus!" dengkus David menatap Zoya dengan kesal.Alih-alih berhenti, tawa Zoya semakin nyaring. Dia bahkan berpegangan pada bahu David agar tidak jatuh."Abis kamu lucu banget, mukamu sampe pucat gitu. Masak sama hantu-hantuan aja takut." Lagi, Zoya terkikik geli.David melengos. Untung saja yang menertawainya Zoya, kalau orang lain sudah sejak tadi dia kirim silahturahmi sama malaikat maut."Aku enggak takut, geli aja," tangkis David."Ngeles." Zoya menepuk lengan David. "Heran, bos preman, tatoan, keliatan sangar, tapi hati hello kitty." Lagi, dia meledek lelaki itu.Senyum tengil
Baca selengkapnya
Aku Benar-Benar Cinta
Begitu sabuk pengaman terlepas, Zoya segera menarik tangan David dan menunjuk mulut sebagai isyarat tidak bisa lagi menahan desakan dari dalam lambung. David melingkarkan tangannya di pinggang si wanita, lalu menuntun ke rerumputan agar bisa memuntahkan isi perutnya. Napas Zoya terengah-engah karena mengeluarkan isi perut sangat menguras tenaganya. Dia menggenggam tangan David kuat-kuat karena kesadarannya belum seratus persen. Dia juga tidak bertenaga menepis usapan lembut tangan lelaki itu di tengguk dan bahunya. Andai situasi normal, pasti dia sudah gemetaran karena gugup."Aduh, hamil muda, kok, malah keluar tengah malam. Mbok, ya, di rumah Mbak. Kasihan dedek dalam perutnya." Seorang wanita yang kebetulan lewat menegur Zoya.Kelopak mata Zoya melebar mendengar teguran si wanita yang sok tahu itu. Dia menoleh ingin membalas, tetapi lagi-lagi isi perutnya keluar."Iya, Mbak. Istri saya emang bandel banget. Maklum, mungkin bawaan bayi."Zoya bertambah pusing mendengar jawaban David
Baca selengkapnya
Kolase Ingatan Masa Lalu
"Jangan, Bang! Aku enggak mau ....""Jangan ngebantah lo! Mau diusir dari kontrakan. Lo harus patuh karna gue suami lo, ayo!""Aku enggak mau jual diri! Lebih baik jadi buruh cuci atau gosok, daripada menjadi pemuas nafsu hidung belang.""Lo pikir jadi buruh gosok sama cuci bakalan kaya? Sampai mati kita bakal kere terus!""Kalau gitu Abang yang cari uang, bukan aku!""Kurang ajar lo, berani nyuruh-nyuruh gue!"Usapan di bahu menarik kembali kesadaran David yang sempat terlempar keras ke masa lalu. Laki-laki itu menoleh dan mengulas senyum getir. Potongan-potongan pertengkaran kedua orang tuanya masih sering menyelinap ke dalam tempurung kepala. Sang ibu mati-matian menolak keinginan gila ayahnya yang berniat menjadikan wanita yang melahirkannya itu menjadi wanita tuna susila, sementara lelaki yang harusnya bertanggung jawab menafkahi keluarga hanya duduk di rumah berjudi dan mabuk-mabukan.Mereka bisa makan karena hasil keringat ibunya yang membuat David kecil masih bisa merasakan n
Baca selengkapnya
Menagih Janji
Zoya duduk di kursi besi dan menumpukan kedua sikunya di lutut, telapak tangannya menutup mulut agar tangisnya tidak mengganggu pengunjung rumah sakit yang berlalu lalang. Suara letusan senjata dan tubuh David yang jatuh ke jalan aspal tak mau enyah dari tempurung kepalanya, selalu berputar-putar membuat rasa takut mencengkeram dadanya kuat-kuat. "Zoya! Apa yang terjadi?" seruan Andrea yang baru saja datang justru membuat tangis wanita itu pecah. Dia memeluk Andrea yang duduk di sebelahnya."Da ... David, dia tertembak karena melindungiku dari penjahat itu." Suara Zoya bergetar. Air matanya tumpah membuat basah wajahnya."Apa?" Dahi Andrea berkerut. "Maksud kamu apa? Ngomong yang jelas," desak Andrea lagi.Jantungnya nyaris lepas ketika Zoya menelepon dan mengatakan sedang di rumah sakit karena keadaan David kritis. Dia tidak bertanya lebih jauh, karena telinganya terasa pekak. Tanpa berganti pakaian, dia langsung meluncur ke rumah sakit."Serangan itu tiba-tiba. Mereka menabrak da
Baca selengkapnya
Pamit Tanpa Kata Pisah
Mata Zoya terus mengamati setiap pahatan wajah David. Dia ingin merekam setiap detail raut si lelaki untuk disimpan di dalam ceruk kepala, yang akan dia ingat bila rindu mendesak untuk sebuah pertemuan. Zoya menekan dada ketika merasakan sengatan ngilu di jantungnya. Wanita tersebut berusaha keras tetap kuat meski badai sedang mengobrak-abrik keyakinannya. Kata-kata Andrea terus berdengung di dalam tempurung kepalanya. Wanita berwajah Barbie itu berkata benar, tidak mungkin dia dan David bersama. Dunia mereka terlalu berbeda, bukannya takut pada keselamatan dirinya sendiri, tetapi dia tak mau membahayakan lelaki itu dengan kebersamaan mereka.Begitu banyak orang-orang yang bergantung hidup kepada David, meski pekerjaan mereka tidak bisa dikatakan baik. Zoya tidak mau menghakimi perihal halal atau haram, Itu semua adalah pilihan semua orang, yang pasti dia tidak ingin membuat orang-orang itu kehilangan pekerjaan hanya karena David harus selalu menjaganya. Zoya tidak ingin menjadi se
Baca selengkapnya
Memilih Melupakan
"Ayo," ajak Yani sambil membuka pintu mobil. Dia membantu menggendong Lea ketika Zoya ikut keluar.Mata Zoya mengamati bangunan di hadapannya. Rumah lantai satu bergaya minimalis modern itu tampak sejuk dipandang mata. Tampak empat buah pohon pinus menjulang sejajar tumbuh di depan pagar yang tingginya hanya sepinggang orang dewasa. Rumput jepang terhampar dan dipangkas rapi laksana permadani di pekarangan yang tidak begitu luas, juga bunga-bunga anggrek dari berbagai jenis dan warna terlihat subur diletakkan di sisi sebelah kanan beratapkan kanopi. "Selamat datang di rumahku," sambut Yani sembari membuka pintu pagar. Dia memberi isyarat agar Zoya mengikutinya.Zoya menghela napas dalam. Dia memang memilih tinggal bersama Yani karena ajakan wanita itu, sebab dia tidak punya sanak saudara lain untuk dituju. Lagipula temannya itu memaksa karena tidak ingin kejadian yang sama menimpanya, setidaknya sampai dia mendapatkan pekerjaan dan uang untuk menyewa rumah.Zoya meninggalkan kartu
Baca selengkapnya
Permintaan
"Kenalin, ini Mas Nabil suamiku." Yani memperkenalkan lelaki beraut teduh dan mata sayu kepada Zoya.Zoya bergeming, dia tidak mungkin lupa wajah lelaki yang pernah menolongnya dulu. "Ah, Anda ternyata, terima kasih atas bantuannya dulu." Zoya berucap seraya mengulurkan tangannya.Nabil menangkupkan tangan di dada untuk membalas uluran tangan Zoya, dahinya berkerut mendengar pernyataan wanita berambut bergelombang di hadapannya. Dia mencoba mengingat-ingat di mana pernah bertemu.Zoya menarik uluran tangannya, dia paham jika suami Yani tidak mau bersinggungan dengan wanita yang bukan mahrom, persis sahabatnya yang selalu menjaga diri sejak gadis. Benar adanya, wanita baik untuk laki-laki baik pula."Anda pernah memberi saya uang sekitar setahun yang lalu. Saat itu saya histeris di dalam ruangan ATM."Penjelasan Zoya mengurai banyak ingatan di benak Nabil, sehingga satu ingatan setahun yang lalu muncul ke tempurung kepalanya."Aah, iya, kamu rupanya. Iya, saya ingat." Nabil menoleh ke
Baca selengkapnya
Hati yang Terusik
"Zoya, ini hari pertama kamu kerja, kamu pakai baju ini, ya." Yani memperlihatkan satu stel pakaian kerja untuk Zoya. Sehelai tunik berwarna putih dengan motif bunga sakura, dipadu dengan celana model palazo berwarna merah muda. Wanita itu juga membentangkan hijab segi empat berwarna senada dengan celananya.Zoya yang sudah siap dengan kemeja dan celana bahannya, tertegun. Dia menatap Yani dengan dahi berkerut.Yani tersenyum. Dia paham arti tatapan Zoya. Dia meletakkan setelan itu di atas tempat tidur. Merogoh ponsel dari dalam saku gamisnya, lalu memperlihatkan foto-foto yang ada di dalam galeri ponselnya."Semua karyawan Mas Nabil diwajibkan memakai jilbab. Bukankah dalam agama kita menutup aurat juga wajib." Yani menjelaskan pelan-pelan kepada Zoya.Zoya terdiam. Dia tahu kalau Yani dan suaminya sangat agamais, tetapi dia tidak mengira kalau perusahaan milik lelaki itu juga mewajibkan semua karyawan wanitanya berhijab."Aku tahu kamu enggak terbiasa, sama kayak karyawan yang lain
Baca selengkapnya
Benih-Benih Cinta
"Zoya, tolong terima, ya. Nanti kamu makannya bareng Mas Nabil aja." Zoya mengembuskan napas dalam. Hampir tiga bulan ini, Yani selalu mendelegasikan urusan makan siang Nabil padanya. Wanita itu sengaja mengirimkan makan siang melalui gosend, dan tebak, siapa yang direpotkan? Siapa lagi kalau bukan dirinya. Kadang dia merasa aneh dengan sikap sahabatnya, seolah-olah berusaha mendekatkannya dengan Nabil. Bagaimana kalau dia gelap mata dan menggoda lelaki itu? Zoya menggelengkan kelapa menghalau pikiran sesat yang mencoba mampir ke tempurung kepalanya. Dia beristigfar dalam hati, berharap imajinasi sesat itu tidak terulang lagi. Yani benar, banyak perubahan terjadi padanya sejak bekerja di perusahaan Nabil. Kantor itu bukan sekadar tempat mencari nafkah, tetapi secara tidak langsung membangun spiritualnya. Bayangkan saja, Nabil sebagai direktur memberikan bonus untuk karyawan yang mengerjakan salat dhuha. Lelaki itu juga mewajibkan salat zuhur berjamaah, setiap rabu ada siraman rohani
Baca selengkapnya
Ketakukan Yani
Zoya terpaksa pulang bersama Nabil karena lelaki itu memaksanya ikut. Pertemuan dengan Septian membuat suasana hatinya memburuk. Lelaki itu memang bermuka tebal, dia merasa masih mempunyai hak terhadapnya. Mungkin terlalu banyak menzaliminya, sel-sel di otak Septian banyak yang rusak. "Apa? Calon suami?" Septian menatap tidak percaya ke arah Zoya. Dia mencibir, "ternyata kamu tidak sebaik yang aku kira. Belum dua tahun udah gatal mau nikah lagi."Darah Zoya mendidih mendengar ucapan kasar Septian padanya, lidahnya hendak bergerak membalas, tetapi suara Nabil terdengar menyela."Apa salahnya Zoya menikah lagi? Harusnya wanita seperti dia bisa langsung menikah setelah masa iddahnya habis, tetapi dia tidak tertarik karena ulah laki-laki seperti kamu."Entah mengapa Nabil merasa perlu ikut campur. Raut Zoya beberapa tahun yang lalu masih membekas di ceruk kepalanya, bagaimana histerisnya wanita itu saat tahu uang yang menjadi harapannya bertahan malah dikuras laki-laki pecundang di hadap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status