Semua Bab Tuan Konglomerat, Kali ini Aku akan jadi istrimu: Bab 181 - Bab 190
199 Bab
BAB 181. Tiga Puluh Milyar.
“Terima kasih, kalau begitu sekarang bunda akan mencairkan uangnya ke rekeningnya Ratih,” desah Lusi merasa lelah menghadapi ujiannya kali ini.Pemberontakan Ratih dulu masih bisa diatasi tapi kalau kondisi seperti ini, di mana Ratih memiliki seorang suami dan baru saja merasa bahagia karena memiliki Saka. Lantas, Musibah datang dan membuat Ratih melupakan kehidupannya saat ini.Bagi Lusi, tidak ada yang lebih berat menghadapi Ratih yang sekarang. Apalagi dia harus menghadapi masalah ini tanpa Darman di sisinya. Untunglah ada Deva yang saat ini menjadi penguat Lusi bagaikan anak kandungnya sendiri walau ia adalah seorang menantu.“Iya Bunda, jangan sedih yah. Deva selamanya tidak akan menyerah untuk mendapatkan Ratih kembali,” lirih Deva juga merasa hatinya ngilu di sana.Mereka pun mengakhiri percakapannya, Lusi menatap ibu Sri dan mengangguk singkat, tanpa kalau uang aman untuk dicairkan karena sudah ada yang membeli saham terseb
Baca selengkapnya
BAB 182. Operasi Plastik.
 “Apakah uang tiga puluh milyar cukup untuk mewujudkan semua Impian kita yang tertunda?” tanya Ratih sambil tersenyum lebar menatap Rangga dengan kedua matanya yang berbinar terang.“Ti-tiga puluh milyar?!” sahut Rangga tidak percaya.Ratih mengangguk seolah menjawab kalau usaha Rangga selama ini tidak berakhir dengan sia-sia. Ia akhirnya berhasil untuk memanupulasi Ratih dan sebentar lagi ia akan menjadi orang yang sangat kaya dengan menikahi Ratih.“Aku, aku tidak sedang bermimpi kan, Ratih? Kau benar-benar akan menolongku?” tanya Rangga menatap takjub.“Benar, kalau begitu jangan buang waktu lagi, kita harus segera bergerak sekarang juga,” ucap Ratih dan Rangga segera bergegas menghubungi seseorang yang sudah lama menantikan kedatangannya Rangga.Rangga dan Ratih pergi menggunakan sepeda motor agar tidak bisa dilacak oleh pihak kepolisian atau siapapun yang mencarinya. Mereka datang ke
Baca selengkapnya
BAB 183. Pertemuan Ratih dan Jakse
"Ada yang bisa saya bantu, Nyonya," tanya customer service tersebut sopan."Iya, saya ingin bertemu dengan pengacara Bapak Jakse. Saya ingin konsultasi untuk mengurus proses perceraian secepatnya. Bisakah anda memanggilnya sekarang?" tanya Ratih tidak kalah ramah.Penerima tamu yang tidak mengenal Ratih pun segera menghubungi Jakse yang sementara menerima telepon juga dari Deva.“Permisi, Pak,” ucap sekertarisnya saat mendapatkan informasi dari bagian front line.Wajah sekertaris tersebut tampak pias dan panik. “Tuan Deva, bisakah saya menghubungi anda sebentar lagi? Untuk surat perjajian jual beli saham istri anda akan segera siapkan dan saya akan membuat janji dengan Nyonya Lusi terkait rencana agenda kita ini,” terang Jakse sambil mengangkat satu jari telunjuknya.“Baiklah, Jakse. Terima kasih banyak untuk bantuanmu selama ini,” sahut Deva lalu mengakhiri panggilan teleponnya.“Ada apa, Mila? Kenapa dengan wajahmu?” tanya Jakse menebak pasti ada masalah yang cukup fatal yang membua
Baca selengkapnya
BAB 184. Melepas untuk Membuatmu Kembali.
“Hem, kalau begitu aku akan bicara jujur. Dengarkan aku, Pak Jakse, buatlah segala macam alasan yang masuk akal. Itulah gunanya anda sebagai seorang pengacara bukan? Aku akan membayar anda lima milyar untuk sebuah akta cerai yang pasti bisa kau dapatkan di pengadilan agama,”“Aku tidak peduli kalau memang harus menyuap para hakim, karena aku ingin menikah dengan satu-satunya pria yang selama ini aku cintai dan hanya dia yang aku ingat dalam memoriku setelah kecelakaan!” tegas Ratih tanpa ragu.Jakse butuh tenang untuk dapat mendapatkan cela agar perceraian ini tidak boleh terjadi. “Baiklah, Nona Ratih. Saya akan mengkaji kira-kira apa saja yang akan kita jadikan bahan untuk pengajuan gugatan cerai ini,” ucap Jakse dengan tenang dan seolah ia sedang berpihak pada Ratih.Ratih tersenyum lebar dan puas. “Apa, dalam satu bulan putusan cerai sudah bisa turun dari pengadilan?” tanya Ratih sudah tidak sabar untuk menikah
Baca selengkapnya
BAB 185. Ide Deva.
 Tidak lama kemudian sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya dan tertera nama Ratih di layar ponsel tersebut.“Halo, Ratih?” jawab Deva.“Mari kita bertemu dan berbicara empat mata dengan pikiran terbuka dan niat yang baik, Deva.” Ratih berbicara dengan suara yang lebih ramah namun tetap terdengar tegas.Seolah keinginannya adalah yang paling penting dan tidak ada satu pun yang dapat menghalanginya. “Baiklah, Ratih. Di mana kamu ingin bertemu?” tanya Deva juga dengan suara yang ramah dan menahan getaran di dadanya.“Terserah kamu, aku akan menyesuaikan saja,” jawab Ratih.“Gudangku, di kantor lamaku.” Deva sengaja membawa Ratih ke tempat di mana dia pertama kalinya menginjakkan kaki untuk memohon agar Deva mau melanjutkan rencana perjodohan yang sebelumnya ditolak mentah-mentah oleh Ratih.“Okay, sampai jumpa besok pagi,” jawab Ratih lalu mengakhiri percak
Baca selengkapnya
BAB 186. Ancamannya Deva.
“Aku hanya ingin-““Baiklah, kita akan bercerai,” jawab Deva dengan tegas dan tenang sambil menyilangkan kakinya dan menyandarkan tubuhnya dengan santai.Ratih terbelalak dan tersenyum lebar. “Be-benarkah?” tanya Ratih tidak percaya dan Deva mengangguk dengan pelan.“Tapi,” jeda Deva membuat Ratih langsung menyambar.“Tapi apa?” tanya Ratih buru-buru.Ia sedikit merasa lega, ternyata apa yang disampaikan oleh Jakse bukanlah isapan jempol belaka. Deva bisa diajak untuk kompromi jika Ratih berbicara dengan sopan dan ramah.“Tapi, sebelum putusan cerai itu nanti akan disahkan oleh hakim. Aku minta kembali tinggal di rumahku dan menjaga Saka seperti sebelum kamu lupa ingatan,” terang Deva kali ini Ratih langsung buru-buru membuang prasangka baiknya pada Deva.“Apa, kau kira aku bodoh dan kau hanya ingin mempermainkan aku saja bukan?!” bentak Ratih an Deva pun berdiri, ia menatap Ratih sama seperti saat Ratih menolak persyaratannya untuk membuat perjanjian pra nikah empat tahun yang lalu.
Baca selengkapnya
BAB 187. Aku Menyetujui Syaratmu.
Ratih langsung menggertakkan rahangnya. Ia ingin menendang Deva yang berada di hadapannya. Tapi Deva segera menahan kakinya Ratih dan tersenyum nakal.“Berhentilah bersikap seperti kucing liar, Ratih. Kau hanya akan mempersulit keadaan. Kau bisa pikirkan kembali, jagalah Saka dan berdoalah aku tidak memintamu untuk melayaniku di atas ranjang,” ucap Deva tanpa beban.Ratih terperangah melihat perubahan sikap Deva. dirinya merasa seolah sedang deja-vu. Hatinya kesal dan langsung memilih untuk beranjak dari kantor Deva.“Aku, akan memikirkannya dan tidak akan memberikan jawaban secepat ini!” tegas Ratih tidaki ingin salah mengambil keputusan dan tidak ingin dijebak oleh Deva.Deva hanya mengangguk saja. “Pikirkan baik-baik, sampai kapan pun kamu menyembunyikan alasanmu bercerai. Aku akan menemukannya, aku akan menuntutmu atas kasus perzinahan, bagaimana?”“Aku juga ingin bebas Ratih. Aku juga ingin move on dari mu. Aku kaya, tampan dan memiliki segalanya. Pesona duda juga saat ini rasany
Baca selengkapnya
BAB 188. Terima Kasih Susah Mengingat Namaku.
“Aku terima syarat perceraianmu. Asalkan kau tidak menghambat dan benar-benar kooperatif saat gugatan tersebut masuk ke pengadilan.” Mata Deva membaca pesan tersebut sambil menahan senyuman di bibirnya.“Akhirnya, kau masuk juga dalam perangkapku, istriku,” gumam Deva dan segera turun menemui Lusi dan menggendong anaknya.“Saka, terima kasih atas kerja samamu, Nak. Mama akan tinggal dengan kita mulai besok,” ucap Deva membuat Lusi terbelalak dan segera memeluk menantu dan cucunya.“Benarkah?! Oh Tuhan, terima kasih,” lirih Lusi terharu.Deva mengangguk bahagia. “Bunda, kita harus bersabar. Kalau Ratih sudah bersama kita nanti, barulah aku akan meminta bantuan pak Alan untuk menangkap Rangga. Tapi, untuk saat ini, biarkan saja dulu dia melakukan apa yang hendak dia buat,” ucap Deva menahan rasa geramnya.Lusi mengangguk. “Semua, bunda percayakan sama kamu, Nak. Bunda hanya minta, jangan menyerah dengan istrimu,” lirihnya.“Tidak akan pernah, Bunda,” jawab Deva memberi kepastian.Tidak
Baca selengkapnya
BAB 189. Rumah Mewah.
Ratih seketika terbelalak. “Benarkah? Kau tidak bohong sama aku kan?” ucap Ratih sambil menatap curiga.“Tidak, Nyonya. Saya, adalah pelayan kepercayaan anda di sini dan terima kasih karena Nona masih mengingat nama saya,” ucap Sari sambil meneteskan air mata sekligus membuat Ratih terkejut bukan kepalang.“Be-benarkah?!” Ratih terkejut, ia baru sadar kalau dirinya memang tidak mengenal Sari saat pertama kali bertemu.Tapi, siapa sangka justru alam bawah sadarnya yang ingat kalau wanita yang selama ini melayaninya adalah wanita bernama Sari.“Aku, aku tidak tau kenapa aku bisa ingat kamu,” jawab Ratih kebingungan.Sari datang mendekat dan menyentuh punggung tangan Ratih. “Karena Nyonya sangat bahagia sebelumnya di rumah ini,” jawab Sari dengan kedua mata yang mengembun.Ratih tercekat mendengarnya, tapi dia tidak ingin banyak berkomentar sedangkan dirinya sendiri saat ini sedang menunggu Rangga pulih dari proses operasi plastic.Sampai saat ini, ia masih meyakini kalau dia Rangga-lah
Baca selengkapnya
BAB 190. 20 Milyar.
“Istriku, carilah rumah di Surabaya. Aku akan membelikanmu sebuah rumah mewah.” Rangga sudah membayangkan akan hidup parlente dengan seluruh uang milik Ratih.Kapan lagi kesempatan ini datang. Setelah berjuang sekian lamanya, akhirnya apa yang dia cita-citakan berhasil dia dapatkan.Tania yang saat itu sedang sibuk di warung segera berlari ke meja kasir saat mendengar suara notifikasi pada ponselnya.Kedua mata Tania pun terbelalak. Ia langsung memekik bahagia. “Ibu! Ibu, sini Bu. Baca ini, pesannya si Rangga! Bu!” teriak Tania sambil mengejar ibunya yang sedang berada di belakang.Marleni yang melihat anaknya sangat bahagia pun langsung tau kalau ada kabar baik. Ia langsung berdiri dan menghampiri Nia dengan gerakan yang sangat cepat Leni segera mengambil ponsel dari tangan anaknya.“Mana?” tanya Leni juga tidak sabaran untuk membaca isi pesan tersebut.“Ini, Bu! Ini, baca pelan-pelan, Bu. Jantungku rasanya mau meledak bahagia membacanya!” pekik Nia dengan kedua matanya yang berbinar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status