Ratih tidak menyangka jika dirinya akan dikhianati oleh suami dan adik tirinya bahkan, dibunuh oleh seseorang yang tidak pernah dia tahu pelakunya. Hingga sebuah pusaka peninggalan bundanya membuat Ratih kembali ke masa lampau saat ajal hendak menjemputnya. Untuk menyelamatkan seluruh keluarganya dan merubah masa depannya, Ratih harus menikah dengan pria pilihan kedua orang tuanya. Atmadeva Haidar Rahardjo, tapi saat Ratih mengatakan kepada Deva bahwa dirinya menyetujui pernikahan yang selama ini ditentangnya, Deva justru curiga kepada Ratih. Ratih berusaha meyakinkan Deva, hingga Deva memberikan kontrak pernikahan beserta syaratnya. Apakah mereka akan jatuh cinta pada akhirnya? Lalu, apa konsekuensi Ratih saat menggunakan kekuatan pusaka keluarganya berupa liontin giok yang melingkar di lehernya?
View MoreSebuah telepon rumah berdering sangat nyaring, membuat sepasang kaki tergagih untuk segera mengangkatnya. Dengan peluh di pelipisnya, akhirnya dia mengangkat telepon rumah tersebut.“Halo,” jawab Rangga terengah.“Rangga, inilah waktunya. Ratih akan segera kembali kepadamu, Rangga. Kembalilah ke rumah orang tuamu, pastikan mereka menerimamu kembali. Jika Ratih mencabut laporan di kantor polisi, masalah pelik ini semuanya akan selesai.”“Kita bisa melimpahkan semua kesalahan kepada Tedy yang saat ini sedang terbaring tidak berdaya di rumah sakit. Kamu jangan khawatir, paling kamu hanya akan di penjara beberapa bulan saja,”“Ibu yakin, Ratih akan memperjuangkan kebebasanmu,” terang Leni sangat yakin.Rangga mendengar dengan seksama. “Tapi, pada akhirnya aku akan tetap di penjara, Ibu,” lirih Rangga sambil mengusap wajahnya.“Hanya sebentar sampai Ratih sendiri yang akan membebaskanmu, ingat! Mainkan peranmu dengan baik! Jangan bodoh! Waktumu di penjara itu tidak sepadan dengan uang mily
Ratih mengerjabkan kedua matanya, ia beradaptasi dengan sinar lampu yang silau di dalam kamarnya. Ia tidak tahu sudah berapa lama dirinya menutup mata, kepalanya terasa sangat pusing dan berdenyut nyeri.Bahkan untuk dipakai menoleh pun rasanya sakit sekali, Ratih tahu di sisi kanannya ada seseorang yang sedang duduk menunggu dan menemaninya. Hanya saja untuk tahu siapa orang itu, Ratih perlu menoleh sejenak.“Ini sakit sekali,” rintih Ratih sambil mengangkat tangan kirinya dan memegang kepalanya.Lusi pun terlonjak dari kursi, ia sangat bahagia melihat Ratih yang sudah berhasil membuka kedua matanya. “Ya Tuhan, untunglah kamu sudah sadar sekarang, Nak,” ucap Lucy langsung segera memencet sebuah tombol untuk memanggil suster datang ke dalam kamar tersebut."Ada apa, Nyonya? Oh! syukurah Nyonya Ratih sudah sadar," pekik suster itu langsung kembali keluar untuk memanggil dokter Hastuti yang berada di kamar sebelah.Ratih bingung dengan hiruk pikuk yang ada di hadapannya, ia melihat baik
Dua bulan sudah waktu berlalu, hari ini Ratih dan Deva sedang mengadakan acara syukuran tujuh bulanannya baby Saka. Para pegawai, seluruh penghuni panti asuhan dan panti jompo semua juga turut hadir.Walau selama ini Ratih menyimpan kegelisahannya sendiri, tapi tidak sekali pun Ratih menunjukkan kesedihannya dan rasa cemasnya di hadapan Deva.“Apa, kamu bahagia?” tanya Deva pada istrinya itu.“Sangat, aku sangat bahagia, Deva.” Ratih lalu memeluk suami sambil menggendong anak sulungnya.Acara berlangsung meriah hingga tepat pukul tujuh malam mereka pun segera pulang ke rumahnya masing-masing. Terakhir, Deva pergi mengajak Ratih untuk pulang bersama. Sedangkan, Saka dan Lusi berada dalam satu mobil menuju ke rumah Deva.Malam itu, Deva berencana untuk mengajak Ratih bermalam di rumah pohon. Ia sudah menyiapkan segalanya dan menatap Ratih penuh cinta.Hari ini hingga tiga hari kedepan adalah masa suburnya
Bayangan Saka yang jika tertawa memamerkan lesung pipi di sebelah kirinya membuat Ratih semakin semangat mengerjakan pekerjaannya di pabrik. Semangit hidupnya kembali timbul dan pikirannya setenang air laut di pagi hari. Sangat tenang tidak berombak.“Bunda jadi ikut kan? Yuk bergegas,” ajak Ratih sambil mengembangkan senyuman di wajahnya.“Tentu saja, ayo kita bergegas pulang,” sahut Lusi langsung mengambil tas selempangnya dan naik ke atas mobil anaknya.Keduanya mengisi perjalanan tersebut dengan berbagi cerita kelucuannya Saka. Bagaimana Saka akan terbahak kalau mendengar Lusi bersin. Sedangkan Ratih menceritakan bagaimana ekspresi anaknya jika hendak buang air besar.“Oh Tuhan, Bunda. Aku tidak pernah menyangka akan sangat bahagia seperti sekarang ini,” ucap Ratih dengan kedua mata yang berbinar.“Iya Nak. Berbahagialah, ayahmu pasti ikut tersenyum, tertawa dan menangis haru di sana,&rdqu
Tepat pada malam jumat kliwon sesuai dengan syarat yang telah ditentukan oleh Marleni, saat itu pernikahan antara Rangga dan Tania pun berlangsung dengan cepat. Menikah secara adat dan agama saja, mereka sengaja menunda pernikahan secara negara.Menurut ramalannya Leni, Rangga akan menikah dengan Ratih. Ramalan tersebut tidak akan terhindarkan, semua akan terjadi sesuai dengan bagaimana alam akan kembali berpihak pada mereka setelah masa paceklik selama ini.Entah bagaimana caranya, Rangga juga tidak tau. Dia hanya akan mengikuti semua petunjuk Leni tanpa melewatkan berbagai syarat sedikit pun.“Rangga, bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan Mas, saat ini?” tanya Tania pada pria yang kini sudah menjadi suami sirinya.“Boleh, Nia. Kamu boleh memanggilku apa saja,” ucap Rangga melangkah mendekati Nia yang masih berbalut pakaian pengantin kebaya putih dengan sewek batik berwarna coklat.Ia lalu memegang rahang Ni
Bak roller coster, perasaan Ratih yang tadinya sedang berada di dasar kini tiba-tiba saja melambung saat ia mendengar bahwa sebuah harapan sederhananya terkabulkan. Saat dirinya sedang membantu Lusi untuk memberikan bingkisan ke setiap penghuni panti jompo.Ia melihat Deva berjalan meninggalkannya, keluar dari pagar area panti jompo dan membuka sebuah pagar yang menghubungkannya menuju ke panti asuhan yang berada satu Yayasan dengan panti jompo yang dikunjunginya saat itu.“Ada apa, Ratih?” tanya Lusi saat melihat kalau Ratih menatap ke salah satu sarah sampai tidak memberikan bingkisan pada seorang nenek yang sudah menunggu di depannya.“Deva pergi ke sebelah, Bun,” jawab Ratih tidak menyangka kalau pada akhirnya sepasang kaki jenjang itu menuntun Deva menuju ke sebuah tempat yang paling dirindukan oleh Ratih untuk memilih seorang anak yang akan dibesarkan olehnya.“Pergilah, susul suamimu, Ratih. Bunda yakin, Deva pasti ingin kamu menemaninya saat melihat anak-anak panti,” ucap Lusi
Lusi langsung memeluk anaknya dan keduanya menangis bersama. “Tenangkan dirimu, anakku. Ternyata selama ini, ayahmu ingin pulang jika kamu sendiri yang mengantarnya. Terima kasih karena telah membahagiakan ayah di saat terakhirnya yah, Nak,” ucap Lusi sambil menyeka air mata anaknya.Kesedihan menyelimuti suasana rumahnya Darman, saat itulah Deva langsung menghubungi Abizar. “Papa, Ayah Darman meninggal,” ucap Deva langsung membuat Abizar tercekat.“Baiklah, Papa akan segera ke sana dan segera mengutus orang untuk menyiapkan penguburan untuk beliau,” jawab Abizar dan Deva kembali mendesah sedih melihat Ratih harus kembali terpuruk dalam kesedihannya.Untunglah di tengah suasana duka ini, Ratih berusaha keras untuk menguatkan dirinya sendiri. “Demi ayah, aku tidak boleh larut dalam kesedihan. Masih ada suami yang harus aku bahagiakan dan rumah tangga yang harus jaga.”“Juga, bunda yang tidak pernah berhenti mencintaiku,” ucap Ratih lalu mengusap cepat air matanya secepat air mat aitu m
Rasa bersalah Ratih di dalam hatinya membuatnya ingin segera menyusul Deva. Sesampainya di sana, Ratih tidak perduli saat melihat Deva berada di dalam ruangan meeting.Betapa terkejutnya Deva saat melihat Ratih meringsek masuk lalu memeluknya dengan erat, dan melumat lembut bibir Deva cukup lama hingga membuat para dewan direksi tersenyum dan menundukkan kepalanya.Walau malu, tapi Deva merasa tersanjung dengan perbuatan Ratih yang tidak terduga itu. “Ratih, aku sedang rapat, Sayang. Apa kamu tidak bisa menungguku sampai di rumah saja?” bisik Deva tersipu malu.“Terima kasih karena kamu selalu ada untuk ayah dan bundaku, selama ini Deva. Aku, mencintaimu,” ucap Ratih sambil mengeratkan pelukannya.Mendengarnya hati Deva langsung luruh. “Kita ke rumah ayah sekarang?” tawar Deva membuat Ratih melepaskan pelukannya.“Tidak, kamu rapat saja dulu. Kita bisa bicarakan hal ini nanti,” jawab Ratih tidak enak karena sudah mengganggu suaminya bekerja.“Tidak apa, Ratih. Pergilah bersama, Deva.
Betapa bahagianya kedua orang tua Ratih saat melihat anaknya tak lagi mengurung diri dan menjauhkan dirinya. Sebuah raut wajah penuh harapan, membuat Lusi dan Dharman tidak tega untuk memberikan kabar buruk yang selama satu tahun ini mereka simpan dengan rapat. Hati Lusi pun menghangat saat mendengar keinginan anaknya untuk bekerja, itu artinya Ratih tidak akan lagi meratapi kekurangan yang semakin mengucilkan hatinya. “Semua ini akan menjadi milikmu, Nak. Belajarlah dari sekarang, ayah akan senang melihatmu setiap hari berjibaku dengan getah karet yang akan membuatmu tau bagaimana rasanya bekerja keras,” kelakar Dharman. “Benar, nanti bunda sendiri yang akan mengajarkannya, Nak. Kamu sudah harus paham, satu-satunya penerus keluarga ini adalah kamu, Nak,” ucap Lusi sambil mengelus rambut anaknya. Ratih tersenyum kecut. “Minimal, ayah dan bunda memiliki seorang keturunan. Lalu, siapa yang akan menjadi penerusku nantinya?” gumam Ratih men
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.