Tidak lama kemudian sebuah panggilan masuk ke dalam ponselnya dan tertera nama Ratih di layar ponsel tersebut.
“Halo, Ratih?” jawab Deva.
“Mari kita bertemu dan berbicara empat mata dengan pikiran terbuka dan niat yang baik, Deva.” Ratih berbicara dengan suara yang lebih ramah namun tetap terdengar tegas.
Seolah keinginannya adalah yang paling penting dan tidak ada satu pun yang dapat menghalanginya. “Baiklah, Ratih. Di mana kamu ingin bertemu?” tanya Deva juga dengan suara yang ramah dan menahan getaran di dadanya.
“Terserah kamu, aku akan menyesuaikan saja,” jawab Ratih.
“Gudangku, di kantor lamaku.” Deva sengaja membawa Ratih ke tempat di mana dia pertama kalinya menginjakkan kaki untuk memohon agar Deva mau melanjutkan rencana perjodohan yang sebelumnya ditolak mentah-mentah oleh Ratih.
“Okay, sampai jumpa besok pagi,” jawab Ratih lalu mengakhiri percak
“Aku hanya ingin-““Baiklah, kita akan bercerai,” jawab Deva dengan tegas dan tenang sambil menyilangkan kakinya dan menyandarkan tubuhnya dengan santai.Ratih terbelalak dan tersenyum lebar. “Be-benarkah?” tanya Ratih tidak percaya dan Deva mengangguk dengan pelan.“Tapi,” jeda Deva membuat Ratih langsung menyambar.“Tapi apa?” tanya Ratih buru-buru.Ia sedikit merasa lega, ternyata apa yang disampaikan oleh Jakse bukanlah isapan jempol belaka. Deva bisa diajak untuk kompromi jika Ratih berbicara dengan sopan dan ramah.“Tapi, sebelum putusan cerai itu nanti akan disahkan oleh hakim. Aku minta kembali tinggal di rumahku dan menjaga Saka seperti sebelum kamu lupa ingatan,” terang Deva kali ini Ratih langsung buru-buru membuang prasangka baiknya pada Deva.“Apa, kau kira aku bodoh dan kau hanya ingin mempermainkan aku saja bukan?!” bentak Ratih an Deva pun berdiri, ia menatap Ratih sama seperti saat Ratih menolak persyaratannya untuk membuat perjanjian pra nikah empat tahun yang lalu.
Ratih langsung menggertakkan rahangnya. Ia ingin menendang Deva yang berada di hadapannya. Tapi Deva segera menahan kakinya Ratih dan tersenyum nakal.“Berhentilah bersikap seperti kucing liar, Ratih. Kau hanya akan mempersulit keadaan. Kau bisa pikirkan kembali, jagalah Saka dan berdoalah aku tidak memintamu untuk melayaniku di atas ranjang,” ucap Deva tanpa beban.Ratih terperangah melihat perubahan sikap Deva. dirinya merasa seolah sedang deja-vu. Hatinya kesal dan langsung memilih untuk beranjak dari kantor Deva.“Aku, akan memikirkannya dan tidak akan memberikan jawaban secepat ini!” tegas Ratih tidaki ingin salah mengambil keputusan dan tidak ingin dijebak oleh Deva.Deva hanya mengangguk saja. “Pikirkan baik-baik, sampai kapan pun kamu menyembunyikan alasanmu bercerai. Aku akan menemukannya, aku akan menuntutmu atas kasus perzinahan, bagaimana?”“Aku juga ingin bebas Ratih. Aku juga ingin move on dari mu. Aku kaya, tampan dan memiliki segalanya. Pesona duda juga saat ini rasany
“Aku terima syarat perceraianmu. Asalkan kau tidak menghambat dan benar-benar kooperatif saat gugatan tersebut masuk ke pengadilan.” Mata Deva membaca pesan tersebut sambil menahan senyuman di bibirnya.“Akhirnya, kau masuk juga dalam perangkapku, istriku,” gumam Deva dan segera turun menemui Lusi dan menggendong anaknya.“Saka, terima kasih atas kerja samamu, Nak. Mama akan tinggal dengan kita mulai besok,” ucap Deva membuat Lusi terbelalak dan segera memeluk menantu dan cucunya.“Benarkah?! Oh Tuhan, terima kasih,” lirih Lusi terharu.Deva mengangguk bahagia. “Bunda, kita harus bersabar. Kalau Ratih sudah bersama kita nanti, barulah aku akan meminta bantuan pak Alan untuk menangkap Rangga. Tapi, untuk saat ini, biarkan saja dulu dia melakukan apa yang hendak dia buat,” ucap Deva menahan rasa geramnya.Lusi mengangguk. “Semua, bunda percayakan sama kamu, Nak. Bunda hanya minta, jangan menyerah dengan istrimu,” lirihnya.“Tidak akan pernah, Bunda,” jawab Deva memberi kepastian.Tidak
Ratih seketika terbelalak. “Benarkah? Kau tidak bohong sama aku kan?” ucap Ratih sambil menatap curiga.“Tidak, Nyonya. Saya, adalah pelayan kepercayaan anda di sini dan terima kasih karena Nona masih mengingat nama saya,” ucap Sari sambil meneteskan air mata sekligus membuat Ratih terkejut bukan kepalang.“Be-benarkah?!” Ratih terkejut, ia baru sadar kalau dirinya memang tidak mengenal Sari saat pertama kali bertemu.Tapi, siapa sangka justru alam bawah sadarnya yang ingat kalau wanita yang selama ini melayaninya adalah wanita bernama Sari.“Aku, aku tidak tau kenapa aku bisa ingat kamu,” jawab Ratih kebingungan.Sari datang mendekat dan menyentuh punggung tangan Ratih. “Karena Nyonya sangat bahagia sebelumnya di rumah ini,” jawab Sari dengan kedua mata yang mengembun.Ratih tercekat mendengarnya, tapi dia tidak ingin banyak berkomentar sedangkan dirinya sendiri saat ini sedang menunggu Rangga pulih dari proses operasi plastic.Sampai saat ini, ia masih meyakini kalau dia Rangga-lah
“Istriku, carilah rumah di Surabaya. Aku akan membelikanmu sebuah rumah mewah.” Rangga sudah membayangkan akan hidup parlente dengan seluruh uang milik Ratih.Kapan lagi kesempatan ini datang. Setelah berjuang sekian lamanya, akhirnya apa yang dia cita-citakan berhasil dia dapatkan.Tania yang saat itu sedang sibuk di warung segera berlari ke meja kasir saat mendengar suara notifikasi pada ponselnya.Kedua mata Tania pun terbelalak. Ia langsung memekik bahagia. “Ibu! Ibu, sini Bu. Baca ini, pesannya si Rangga! Bu!” teriak Tania sambil mengejar ibunya yang sedang berada di belakang.Marleni yang melihat anaknya sangat bahagia pun langsung tau kalau ada kabar baik. Ia langsung berdiri dan menghampiri Nia dengan gerakan yang sangat cepat Leni segera mengambil ponsel dari tangan anaknya.“Mana?” tanya Leni juga tidak sabaran untuk membaca isi pesan tersebut.“Ini, Bu! Ini, baca pelan-pelan, Bu. Jantungku rasanya mau meledak bahagia membacanya!” pekik Nia dengan kedua matanya yang berbinar
“I love you, Mama.” Deva langsung memeluk Ratih dengan posesif.“Deva, kau!” bisik Ratih sambil berusaha mendorong Deva dan Deva memberikan kode pada Ratih kalau Saka terlihat tersenyum.Hingga akhirnya Ratih tidak kuasa menolak pelukan Deva yang menggetarkan tubuh dan jiwa Ratih saat itu. Saat Deva tidak sengaja menyentuh liontin di leher Ratih saat itulah Ratih mendapatkan kembali kepingan baru ingatan bahagianya bersama Deva.“Deva?” lirih Ratih menatap Deva dengan kedua mata polos dan kebingungan.Deva yang juga berdebar, seketika terhenyak mendapati wajah Ratih yang memerah serta menatap dengan penuh arti.“Sari, tolong bawa Saka ke dalam rumah dan tinggalkan kami berdua,” ucap Deva tanpa mengalihkan tatapannya pada kedua manik hitam istrinya yang sanggup menenggelamkannya dalam gelapnya cinta buta tak berujung.“Ratih? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Deva saat menatap Ratih yang terlihat tersengal dan wjahnya memerah, juga keringat dinginnya meluncur begitu saja.Ratih sangat ma
“Apa yang dia inginkan, Deva?” tanya Ratih tidak paham maksud batita yang satu ini.“Saka mau, kita tidur bertiga dalam satu ranjang yang sama,” jawab Deva menatap Ratih dengan tatapan tidak berdosa.Kedua mata Ratih pun terbelalak. “Apa? Kau gila?! Aku, tidak mungkin tidur satu ranjang denganmu!” tolak Ratih mentah-mentah.Saka pun langsung spontan saja menangis histeris. Membuat Ratih seketika panik. “Aku, aku tidak bisa seperti ini,” batin Ratih yang langsung merona menatap wajah Deva.Padahal Deva tidak melakukan apapun. Ia hanya menatap Saka dengan tatapan penuh kasih sambil mendiamkan anak pintar yang seolah paham akan perkataan kedua orang dewasa di hadapannya itu.“It’s okay, Saka. Tenanglah, kita kembali ke kamar kita yah. Tidur sama papa saja, mama lagi lelah dan butuh sendiri,” ucap Deva sambil menimang Saka penuh kasih sayang dan beranjak keluar dari kamar Ratih.Hingga saat selangkah lagi Deva keluar dari kusen pintu tersebut, Ratih langsung memegang tangan Deva dan menah
“Ah … Deva! Ah, Apa yang baru aku lakukan?” Ratih kembali menggila saat Deva justru semakin menekan lebih dalam lagi.“Bercinta, kita sedang bercinta. Aku … cinta kamu,” bisik Deva membuat Ratih meneteskan air mata.Ia merasa rindu dengan suara itu, hingga saat Deva memeluk erat tubuhnya Ratih. Peluh keduanya pun menyatu dan membuat kalung Ratih yang dipakai langsung mengeluarkan sebuah sinar kuning bercampur hijau menjadi satu.Saat itulah Ratih langsung terhentak ke dunia masa lalu. Ia melihat bagaimana dulu dirinya tertarik kembali memutar waktu untuk mengembalikan kehidupan Darman yang meninggal secara tidak wajar.Ia juga melihat bagaimana dirinya memiliki alasan untuk memutar waktu, saat dirinya dihabisi oleh Bagio. Pria yang memukul kepalanya dari belakang, pria yang selama ini dicurigai olehnya sebagai salah satu kaki tangannya Rangga.Ratih menangis dan ia menggeleng tidak percaya. Selama ini, dirinya terperdaya, pada akhirnya seluruh ingatannya pun kembali. Ia, lalu merasa t