All Chapters of Dinikahi Mantan Adik Ipar: Chapter 41 - Chapter 50
55 Chapters
Merasa Menjadi Seorang Pengecut
Semua menghampiri Wati saat mendengar teriakannya. Meski mereka kesal pada sikap Wati yang sering keterlaluan dan menyebalkan tapi mereka tetap khawatir pada saudara perempuan satu-satunya itu."Ada apa?" Bram mendekati Wati begitu juga dengan Seno beserta Rafka."Dia pencuri!" Wati menunjuk-nunjuk ke arah Revan."Bukan, saya bukan pencuri," sahut Revan cepat, ia menloak tuduhan itu, "saya rekan kerja Ayah kalian," sambungnya."Bohong! Kamu pencuri." Wati tetap tak percaya karena pria itu menurutnya seperti mencurigakan. "Saya berani bersumpah. Saya bukan pencuri. Saya hanya mencari dimana toilet.""Tidak usah berbohong. Toilet itu ada di bawah lalu kenapa ke atas? Ayah juga ada di bawah, bukan? Jadi jelas kamu itu pencuri!" Wati terus membantah penjelasan Revan dan terus menuduhnya sampai Revan mau mengaku.Revan menggelengkan kepalanya. "Saya bukan pencuri." Ia tidak habis pikir, mana ada pencuri seperti dirinya. Pencuri pasti akan kabur begitu melihat orang atau berusaha untuk kab
Read more
Kamu Sudah Mengotori Istriku
Nela tersenyum sambil memandangi dirinya sendiri dihadapan cermin yang terpasang di kamarnya."Sebentar lagi aku akan berikan kabar gembira untuk Bram. Aku sangat yakin kalau aku akan hamil," ucap Nela sambil mengelus-elus perutnya.Padahal belum ada satu Minggu sejak kejadian itu. Nela juga belum tes kehamilan tetapi Nela seolah sangat yakin jika ia pasti akan hamil sehingga bertingkah laku seolah-olah ia hamil dengan mengelus-elus perutnya yang masih rata.🥀🥀🥀Rafka duduk di kamarnya sembari memandangi uang yang ada di tangannya. Ia merasa tak enak karena berbohong tetapi ia juga tidak punya keberanian untuk jujur meskipun ia sangat penasaran dengan anak yang di kandung Sabrina. Rafka merasa ada sesuatu yang aneh. Ada rasa bahagia tetapi ia tak tahu dari mana asalnya saat mengetahui Sabrina hamil. Lagipula ia menganggap dirinya terlalu muda untuk menjadi seorang ayah. Ia juga merasa belum sanggup untuk membiayai Sabrina dan juga anaknya kelak jika dia benar-benar hamil anaknya.
Read more
Kamu Takut?
Seno tak ingin tinggal diam. Ia berlari menuju ruangan ayahnya. Ia tak mau menunda-nunda apa yang akan ia sampaikan. Ia juga tidak peduli dengan peringatan Bram. Ia hanya peduli dengan reaksi ayahnya nanti. Ia ingin Rafka di usir dari rumah. Hanya dengan itu, ia merasa sedikit puas."Mas Seno!" Rafka juga tak akan tinggal diam. Ia harus mencegah kakaknya sebelum membuat masalah."Apa yang mereka lakukan?" geram Bram karena kedua adiknya tidak mau mendengarkan dirinya. Padahal masih ada Revan di sana. Bram tak ingin keluarganya mendapatkan malu yang dapat menimbulkan efek buruk pada bisnis mereka. Ia takut Revan mencabut kerjasama mereka. "Lebih baik kita ikuti mereka," usul Revan. Ia khawatir ada keributan besar."Saya sungguh minta maaf. Kondisi seperti ini, di luar kendali saya."Bram berusaha bersikap sebaik mungkin supaya ia mendapatkan citra yang baik di hadapan rekan bisnis ayahnya karena ia ingin mendapatkan dukungan penuh saat perebutan hak waris perusahaan nantinya jika ayah
Read more
Ulah Kekasihmu
Tidak mau membuang waktu lagi. Semua menuju tempat yang Rafka sebutkan. Mereka ingin membuktikan kebenaran ucapan Rafka.Revan juga ikut bersama mereka karena penasaran. Lagipula ia sudah terlanjur mengetahui rahasia keluarga itu. Jadi lebih baik ikut saja."Apa masih jauh?" tanya Seno tak sabaran. Ia ingin sekali bertemu Sabrina. "Sebentar lagi," balas Rafka kesal karena Seno terus bertanya sejak tadi.Mereka semua menggunakan satu mobil supaya tidak menarik perhatian warga sekitar karena datang ramai-ramai. "Kita berhenti di sini lalu jalan kaki untuk sampai di rumah Mbak Sabrina." Rafka memerintahkan berhenti karena tempat Sabrina memang tidak bisa dilalui mobil. Mereka harus berjalan kaki untuk bisa sampai di sana.Semua mengangguk paham lalu turun dari mobil mengikuti Rafka sebagai penunjuk jalan.Bram rasanya sangat senang, akhirnya ia bisa melihat Sabrina lagi setelah sekian lama. Ia sudah menantikan momen seperti ini sejak lama dan ia berencana untuk datang sendiri nantinya
Read more
Rafka Telah Melakukan Itu
Ahmad sangat mengerti dan ia juga tak ingin memaksa Sabrina untuk mengatakan saat ini juga karena ia tak ingin Sabrina semakin tertekan."Kalau begitu Ayah permisi dulu. Dua atau tiga hari, Ayah akan kembali kemari dan Ayah harap kamu bisa memberikan jawaban secepatnya." Ahmad pamit untuk pulang. Memberikan jeda waktu adalah pilihan yang bijak menurutnya.Sabrina hanya mengangguk, ia tak yakin akan mengatakan itu karena ia khawatir anaknya akan diambil oleh mereka."Apa Ayah akan mengambil anakku?" tanya Sabrina memastikannya saat Ahmad sudah berada diambang pintu.Ahmad berhenti dan tersenyum. Ia sangat paham ketakutan Sabrina. Lagipula tidak ada seorang ibu yang rela berpisah dengan anaknya dan ia sangat paham tentang itu."Kamu tidak perlu khawatir, Nak. Anak itu tetap akan menjadi anakmu. Tidak akan ada yang bisa mengambilnya darimu."Sabrina melihat ke arah Ahmad untuk menilai ucapnya. Apakah ada kebohongan dengan kata-kata yang baru saja dia katakan tadi."Percayalah, Ayah berj
Read more
Aku Masih Sekolah
Sabrina juga tidak menginginkan suami yang lebih muda darinya tapi kenyataannya memang Rafka adalah ayah dari anak yang ia kandung."Baiklah, saya akan urus semua pernikahan kalian tapi saya minta maaf tidak bisa membuatkan pesta meriah untuk pernikahan kalian karena status Rafka masih sekolah." Ahmad meminta pengertian Sabrina, ia tidak ingin Rafka di keluarkan dari sekolah karena masalah ini."Justru jika bisa memilih, saya tidak ingin menikah." Sabrina memang tidak ingin menikah lagi untuk sekarang ini tapi keadaan memaksanya untuk melakukan itu."Anak kamu butuh seorang Ayah."Sabrina mengangguk pasrah. Anaknya memang membutuhkan seorang Ayah kelak. Ia tidak boleh egois.🥀🥀🥀Seno antusias menyambut kedatangan Sabrina begitu juga dengan Bram. Mereka langsung menghampiri ayahnya untuk mendengar keputusan Sabrina."Bagaiman, Ayah? Dimana Sabrina?" Seno melihat sekitar tapi ia tidak melihat Sabrina."Sabrina bersama Revan. Mereka sedang memilih rumah baru yang akan dia tinggali.""
Read more
Harusnya Aku yang Lakukan Itu
Akhirnya acara ijab qobul dimulai. Rafka dan Sabrina kini sudah sah menjadi suami istri meskipun mereka belum siap dan masih tidak percaya hal ini bisa terjadi.Sabrina tak pernah mengira jika ia akan menikahi mantan adik iparnya yang usianya jauh dibawahnya.Memang benar, Sabrina baru tahu arti maut pada ipar. Mereka bisa merusak dan menghancurkan kehidupan rumah tangganya karena itu sangat disarankan saat sudah menikah lebih baik pisah rumah meskipun hanya ngontrak.Setelah acara selesai. Semua pamit pulang meninggalkan Rafka dan Sabrina berdua dalam kecanggungan.Rafka terus saja salah tingkah, ia bingung harus berbuat apa dan apa yang akan ia bicarakan karena memang mereka tidak dekat sebelumnya."Aku mengantuk," ucap Sabrina memecahkan keheningan dan kecanggungan diantara mereka berdua."Ya." Hanya itu yang bisa Rafka ucapkan.Sabrina tidak bicara lagi. Ia memilih segera masuk ke kamarnya yang mungkin sekarang lebih tepatnya kamar mereka.Rafka sendiri masih terdiam di ruang teng
Read more
Apa Kamu Berharap Dia Mati?
Semua datang ke rumah sakit saat mendapatkan kabar dari Wati. Mereka juga terkejut mendengar kronologi kejadian yang dialami oleh Rafka.Surti sendiri terus saja menangis tak berdaya di kursi rodanya. Ia merasa telah gagal menjadi seorang ibu setelah mendengar cerita dari Wati.Tidak hanya keluarga Rafka yang hadir, Sabrina juga datang bersama orangtuanya setelah mendapatkan kabar dari Ahmad tentang kecelakaan yang dialami oleh Rafka."Ayah, bagaimana kondisinya?" tanya Sabrina cemas. Ia tak mau kehilangan calon ayah dari anaknya."Kondisi Rafka kritis, semoga ia selamat," balas Ahmad yang tak sanggup menutupi rasa sedihnya sedih."Semua ini karena kamu!" Wati hendak menyerang Sabrina tapi Bram langsung menghalanginya."Ini rumah sakit, jangan buat keributan!" Bram menegur Wati supaya jaga sikap."Gara-gara dia, Rafka jadi sekarat. Bagaimana aku bisa tenang." Meski Wati tidak begitu akrab dengan Rafka tapi ia sebagai Kakak tetap merasa sedih."Ini bukan karena dia tapi karena Seno." B
Read more
Mendekatlah Sedikit
Sebulan sudah berlalu ....Selama ini Sabrina yang merawat Rafka dengan penuh kesabaran dan berusaha untuk ikhlas sebagai ibadah saat Rafka dinyatakan keluar dari masa kritis dan boleh pulang."Mau makan apa?" tanya Sabrina saat melihat Rafka sudah bangun."Apa pun," jawab Rafka yang masih tidak berdaya berbaring di ranjang.Sudah seminggu setelah dinyatakan sembuh. Rafka minta langsung pulang ke rumah karena jenuh. Ia pulang dengan catatan wajib rawat jalan. Ia juga kasihan melihat Sabrina yang tidak nyaman tidur di rumah sakit demi menunggunya."Maaf, aku telah merepotkan kamu," ucap Rafka sebelum Sabrina pergi mengambil makanan. "Tidak perlu meminta maaf karena ini semua sudah menjadi kewajibanku.""Mendekatlah sedikit," pinta Rafka.Sabrina bingung tapi ia tetap mendekat ke arah Rafka.Rafka mengulurkan tangannya dan mengusap-usap perut Sabrina sambil tersenyum. Sekarang ia percaya jika itu adalah anaknya setelah mendengarkan cerita dari Wati tentang kejadian di rumah sakit saat
Read more
Merasa Seperti ABG
Sebulan setelah sembuh total. Rafka memilih untuk bekerja di bengkel motor milik temannya dulu saat masih aktif di club' motor. Ia tidak mau meminta bantuan terus menerus pada ayahnya meskipun ia yakin, ayahnya tidak akan keberatan untuk membantunya. Ia menolak bantuan ayahnya karena ia ingin berusaha untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab kepada keluarganya dengan jeri payahnya sendiri. Hasilnya pasti tidak seberapa tapi Rafka tetap ingin berusaha sendiri."Raf, ini gaji pertama kamu." Roy memberikan amplop coklat berisi uang pada Rafka sebagai upah karena Rafka telah membantunya di bengkel."Terima kasih, Bang." Rafka tersenyum senang. Gaji ini adalah gaji pertamanya."Maaf ya, aku hanya bisa berikan kamu gaji segitu." Roy sebenarnya tidak enak memberikan Rafka gaji sedikit karena Rafka adalah anak orang kaya."Tidak masalah, Bang. Aku justru berterima kasih sama Abang karena bersedia menerima aku bekerja di sini.""Santai saja." Roy menepuk bahu Rafka. Ia bangga karena Rafka mas
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status