Dinikahi Mantan Adik Ipar

Dinikahi Mantan Adik Ipar

Oleh:  KakaDes   On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
55Bab
436Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ada rasa asing yang tumbuh pada hati Sabrina. Rasa yang seharusnya tidak pernah ada dan tidak boleh ada. Namun.... Hanya dia yang mengerti tentangnya, hanya dia yang selalu ada untuknya, hanya dialah yang melindunginya saat tertimpa berbagai masalah dan hanya dia yang mampu menghancurkan hidupnya. Dia adalah ipar.

Lihat lebih banyak
Dinikahi Mantan Adik Ipar Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
55 Bab
Prolog
Satu titik rasa masuk menyelinap di sela-sela rasa putus asa. Sabrina sudah tak tahan lagi."Mas Bram, aku lelah." Pria bernama Bram itu, mendekat dan memeluk erat wanita yang kini tengah menangis sesenggukan."Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya lembut.Wanita itu menggeleng pelan. Ia juga tak tahu apa yang harus dilakukan tapi yang ia tahu saat ini ia tengah melakukan kesalahan. "Aku mencintaimu, Sabrina. Jangan menangis lagi."Sabrina segera melepaskan pelukannya. "Tidak Mas, ini tidak boleh terjadi. Ini tidak benar." Sabrina menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Berharap kesadarannya segera kembali."Iya, kamu benar. Ini semua salah." Bram mundur selangkah untuk memberikan ruang diantara mereka.Rasa yang mereka miliki adalah perasaan yang salah. Perasaan yang akan menghancurkan keduanya.Karena mereka tidak akan pernah mungkin bersatu.
Baca selengkapnya
Tidak, Mas
Suara dentingan sendok beradu dengan piring terdengar nyaring. Hingga mengalihkan semua pandangan ke arah suara itu."Makanan macam apa ini!" seru Wati."Memangnya kenapa?" tanya Seno yang baru saja akan bergabung untuk sarapan."Kamu coba saja sendiri," balas Wati ketus pada Seno, adiknya.Seno segera duduk dan mengambil nasi beserta lauk secukupnya. Namun, baru satu kali suapan. Seno mengambil tisu dan memuntahkannya. Ia langsung merasa mual dan menyambar air putih yang ada di hadapannya kemudian meminumnya hingga tandas."Bagaimana rasanya?" Wati tertawa mengejek Seno.Semoga tak menjawab pertanyaan Wati, ia justru melihat ke arah Sabrina_istrinya. "Kamu ini gimana sih, Yang!" Seno menegur. "Aku tidak tahu, tadi padahal tidak asin seperti ini," ujar Sabrina bingung saat ia mencicipi masaknya sendiri barusan.Saat memasak tadi, Sabrina sudah mencicipi semua masakkan yang ia buat. Semuanya, rasanya enak tapi entah mengapa, masakkan yang ia buat menjadi sangat asin seperti sekarang i
Baca selengkapnya
Mas Tadi Cemburu
Sabrina menangisi nasibnya di kamar. Ia tak habis pikir, kenapa Seno bisa tega bersikap seperti itu padanya. Padahal dulu saat mereka masih pacaran, Seno sangat baik dan romantis tapi akhir-akhir ini semuanya berubah. Seno tidak seperti dulu lagi.Tak jarang, Seno sekarang bersikap kasar padanya meskipun hanya lewat ucapan. Namun, sekarang tidak hanya ucapan tadi Seno tega mendorongnya. Lalu kemana rasa cinta yang Seno miliki untuknya dulu?"Sabrina!" Surti menggedor-gedor pintu kamar Sabrina secara brutal.Sabrina langsung menghapus air matanya dan bergegas keluar untuk menemui ibu mertuanya."Lelet sekali," ucap Surti ketika pintu sudah di buka."Ada apa, Bu?""Pakai tanya ada apa, cepat turun dan bersihkan seluruh lantai rumah ini!" perintah Surti semena-mena."Tapi bukankah sudah ada pembantu?""Bi Darmi aku suruh cuti seminggu dan selama itu, kamu yang gantikan tugas-tugasnya.""Apa Bi Darmi tengah sakit?" Sabrina merasa tadi pagi Bi Darmi baik-baik saja, lalu kenapa tiba-tiba l
Baca selengkapnya
Aku Mencintaimu
Setelah makan malam, pekerjaan Sabrina belum juga selesai. Ia harus membereskan meja makan dan mencuci piring-piring yang kotor sendirian. Setelah berkutat dengan piring-piring kotor hampir setengah jam, akhirnya pekerjaan Sabrina selesai juga. "Alhamdulilah," ucap Sabrina sembari mengelap keringatnya.Sabrina sudah tak sabar ingin beristirahat karena badannya terasa sangat pegal setelah bekerja seharian membersihkan rumah."Sabrina!"Sabrina menghentikan langkahnya. Lalu melihat ke arah sang pemanggil. "Ada apa, Mas Bram?""Bisa temani aku keluar sebentar?""Tapi .... ""Aku sudah izin pada Seno. Kamu tidak usah khawatir kalau tidak percaya, kamu bisa tanyakan padanya.""Baik, Mas tapi tunggu sebentar, aku ganti baju dulu dan pamit ke Mas Seno.""Baiklah, aku tunggu di mobil." Bram keluar terlebih dahulu.Sedangkan Sabrina, ia ke kamar untuk berganti baju dan pamit pada suaminya."Mas, tadi Mas Bram minta aku buat nemenin dia," ucap Sabrina begitu sampai di kamar."Hmm." Seno hanya
Baca selengkapnya
Aku Takut Menimbulkan Fitnah
Bram tertawa melihat Sabrina salah tingkah. Meskipun apa yang ia ucapkan adalah sebuah kejujuran. Namun, Bram tak mau membuat hubungan mereka menjadi canggung."Lucu sekali wajah kamu," goda Bram."Mas Bram!!" Sabrina memukul-mukul lengan Bram kesal. Ia sudah merasa tak enak dan bingung akan jawab apa. Ternyata hanya sebuah candaan.Sabrina kesal tapi di sisi lain, ia jadi tahu kalau Brsm yang selama ini ia anggap kaku ternyata orang yang humoris dan baik."Sudah-sudah, ayo kita turun!" Bram mengajak Sabrina untuk turun dari mobil."Iya. Sebenarnya kita mau cari kado seperti apa, Mas?""Aku belum tahu, nanti kamu pilihkan yang terbaik saja."Sabrina mengangguk paham dan mengikuti Bram.🥀🥀🥀Sabrina sedikit kesal, kakinya juga sudah pegal. Namun, Bram belum juga memutuskan apa yang akan dia beli. Padahal sejak tadi mereka sudah keluar masuk beberapa toko."Mas, sebenarnya nyari apa sih?" "Aku tidak tahu. Kalau aku tahu, aku tidak akan mengajakmu.""Dari tadi kita sudah keluar masuk
Baca selengkapnya
Kamu Berubah, Mas
Bram mengusap wajahnya kasar, ia tahu kalau ia baru saja melakukan kesalahan tetapi ia tak bisa menahan lebih lama lagi perasaannya."Maafkan aku," ucap Bram. Ia tak tahu harus berkata apalagi selain meminta maaf.Sabrina sendiri salah tingkah, marah? Tentu saja, Sabrina merasa marah dengan sikap Bram yang lancang tapi munafik jika ia bilang kalau ia mengatakan tidak bahagia bersama Bram hari ini. Entah mengapa, kebahagiaan itu tumbuh berkali-kali lipat ketika Bram menyatakan cintanya."Pulang." Hanya itu yang keluar dari bibir Sabrina. Ya, Sabrina ingin segera pulang untuk menjernihkan otaknya yang menurutnya sudah tak waras lagi. Seharusnya ia tidak boleh senang. Perasaan itu tidak boleh ada di antara mereka.Bram hanya mengangguk dan tak berbicara apa pun lagi. Perjalanan pulang, dilalui dengan keheningan diantara keduanya. Mereka berdua sibuk dengan pemikirannya masing-masing.🥀🥀🥀Sesampainya di rumah, Sabrina langsung keluar mobil dan segera berlari masuk ke rumah.Bram tak
Baca selengkapnya
Aku Hanya Bicara Fakta
Hari ini Sabrina bangun kesiangan karena ia lelah semalaman menangis. Saat ia turun, ibu mertuanya sudah berkacak pinggang dan melotot, seolah siap untuk menelannya hidup-hidup."Baru bangun, Tuan Putri?" cibir Surti sinis."Maaf, Bu. Aku akan memasak sekarang," ucap Sabrina."Tidak perlu!" Surti berteriak cukup keras."Kasihan jika mereka bekerja dan sekolah tanpa sarapan, Bu," ujar Sabrina."Mereka sudah aku pesankan sarapan daripada mereka makan masakkan kamu yang tak layak itu.""Maaf." Sabrina menunduk tak enak. Walaupun bukan kesalahannya, tapi Ibu mertuanya sudah memberikan lebel jelek padanya. Jadi apa pun yang ia lakukan, semuanya pasti tetap terlihat salah."Sekarang kamu balik lagi ke atas dan turun lagi nanti saat semua sudah selesai makan. Aku tidak mau, selera makanku rusak karena melihat wajahmu!" Surti berlalu meninggalkan Sabrina menuju ruang makan untuk mengatakan pada semuanya kalau Sabrina belum bangun."Mana Sabrina, Bu?" tanya Ahmad yang melihat istrinya datang
Baca selengkapnya
Aku Ini Istri Adikmu Loh, Mas
Sabrina duduk di tepi ranjang Bram sambil memakan dengan lahap makanan yang di bawakan oleh pria itu untuknya."Enak sekali, Mas," ucap Sabrina semringah."Kamu suka?""Tentu saja, ayam bakar ini sangat enak. Terima kasih, Mas.""Aku bisa bawakan untukmu kapan pun kamu mau." Bram rela membelikan Sabrina ayam bakar tiap hari jika itu bisa buat dia senang,Sabrina hanya tertawa mendengar ucapan Bram hingga tersedak dan terbentuk-batuk.Tanpa banyak bicara, Bram mengambilkan air minum dari lemari pendingin yang ada di kamarnya untuk Sabrina."Ayo minum!" Bram merasa cemas karena wajah Sabrina memerah dan matanya mengeluarkan air mata.Sabrina segera meraih air minum dari Bram dan meminumnya hingga tandas."Bagaimana?" "Aku tidak apa-apa." Sabrina mengusap bibirnya dengan punggung tangannya."Makanlah dulu, jangan banyak bicara.""Lagian kamu lucu, Mas.""Apa yang lucu?""Ucapan kamu yang bilang, akan belikan kapan pun aku mau.""Aku serius, Sabrina. Aku akan lakukan apa pun untukmu."S
Baca selengkapnya
Mas Seno Bakal Ceraikan Dia
Surti semakin bertindak semena-mena setelah Seno pergi. Bahkan ia sudah merencanakan berbagai rencana licik supaya Sabrina dan Seno berpisah. Rencana Surti tentu mendapatkan dukungan penuh dari Wati yang sama-sama tak suka pada Sabrina."Raf, mau uang, tidak?" Wati berdiri di ambang pintu kamar adiknya yang terbuka."Mau lah, siapa yang tidak mau uang," balas Rafka masih dengan posisi tiduran, enggan untuk bangun.Wati memperlihatkan lima lembar uang ratusan ribu. "Ini bakal jadi punyamu."Melihat uang yang menurut Rafka lumayan banyak, ia langsung bergegas bangun mendekati Wati. "Sini!" Ia menengadahkan tangannya."Tunggu!" Wati memasukkan kembali uang itu pada saku celana miliknya."Pembohong." Rafka kesal karena merasa dibohongi oleh Wati."Tentu aku tidak akan bohong kalau kamu bisa lakukan perintahku.""Apa?" sahut Rafka cepat."Rayu Sabrina, ajak dia pergi lalu kamu kerjain dia." Wati tertawa jahat. Ia benar-benar tidak suka dengan Sabrina. "Gampang kali itu. Sini!" Rafka kemba
Baca selengkapnya
Mbak, Ikut Aku Sebentar
Keesokan harinya di sekolah, Rafka membicarakan rencana yang ia buat pada teman-teman satu gengnya yang terdiri tiga orang."Apa tidak terlalu berbahaya?" ujar Dean."Kasihan, Raf," timpal Sonu."Bener tuh, Raf. Kasihan." Atta pun merasa kasihan."Itukan Kakak Iparmu, kenapa kamu tega? Bagaimana perasaan Abangmu kalau tahu istrinya kita gilir." Dean tak tega membayangkan hal itu. "Kalian penakut banget sih! Lumayan, kan? Kakak Iparku itu cantik, jadi tidak akan rugi.""Bukan untung dan rugi, Raf. Kita mikir perasaan Abang kamu," balas Sonu.."Tidak usah banyak omong, kalian mau atau tidak?" Rafka tidak ingin banyak bicara.Sano, Dean, dan Atta saling tukar pandang satu sama lain. Mereka bingung apa yang harus mereka pilih."Cepat jawab!""Aku gak ikutan. Aku gak tega," putus Sonu."Banci kamu," cibir Rafka."Kata-kata itu lebih pas buat kamu, beraninya sama cewek. Dah lah, lebih baik aku pergi." Sonu tak mau ikut campur."Lalu bagaimana dengan kalian?" Rafka melihat kedua temannya."
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status