Semua Bab MY SEXY CEO: Bab 21 - Bab 30

65 Bab

21. Tangis Tengah Malam

“Bapak mau bilang apa, kok harus ketemuan dulu, sih?” Airyn tidak senang jika Arion memintanya datang dengan cara memaksa dan dadakan. Airyn tadi sedang menikmati waktu merawat Guntur sambil menemani bercerita, tiba-tiba Bagas datang. Kesal sekali, untung Guntur sudah waktunya beristirahat.Hanya sekarang Airyn merasa sangat dekat dengan papanya, sebelumnya mereka selalu ketemu sebentar dan jarang duduk bersama untuk sekadar bercerita hal-hal sederhana. Ini juga menjadi kesempatan emas Airyn memberi wejangan sedikit demi sedikit agar setelah ini Guntur mengurangi kebiasaan buruknya, sebab saat sakit kemarin benar-benar butuh perjuangan hingga sampai di keadaan yang sekarang. Sehat itu mahal!“Ada yang mau saya bicarakan. Ini penting bagi saya, Airyn.” Arion memerhatikan penampilan Airyn, ternyata gadis itu memang senang sekali menggunakan jepit rambut. Meski rambutnya sedang digerai, dikepang, dikunci, pasti ada jepit yang menghiasinya.“Ngomong aja. Aku nggak bisa lama-lama. Papa
Baca selengkapnya

22. Cocok Menjadi Suami

Sesampainya Arion di ruangan, dia sudah melihat jika Airyn tengah sibuk membereskan buku-buku dalam rak. Kemudian di meja Arion tersedia segelas kopi, bekal yang Airyn masak, dan komputer Arion pun siap digunakan. Pemandangan indah yang akan Arion dapatkan selama tiga bulan ke depan sebelum memulai hari dengan setumpuk kerjaan."Pagi, Pak Arion." Airyn menyapa hangat, mataya sedikit sipit sisa menangis semalam. "Aku udah masakin bekal makan siang dan camilan sehat. Semoga sesuai selera Bapak.""Kenapa mata kamu?""Enggak kok, Pak.""Gara-gara saya kamu menangis?""Enggak, kemarin aku mimpi buruk.""Seburuk apa sampai sembab begitu? Kamu kayak anak kecil yang mimpi ketemu setan." Airyn hanya tersenyum. "Nanti kompres pakai es, ampuh mengurangi sembab.""Bapak juga sering nangis?"Arion mengerutkan kening. "Saya tidak cengeng.""Saya kira, soalnya Bapak tau banget cara mengatasi sembab.""Saya banyak belajar dan membaca, jadi pengetahuan saya luas." Arion mengambil tempat bekal yang kel
Baca selengkapnya

23. Bahu Sandaran

Percaya tidak percaya, sekarang Airyn sedang berada di sebuah butik bersama Arion. Pria itu menjemputnya tanpa mengatakan apa pun, lalu memaksa Airyn ikut sebentar. Dan mengejutkan, saat Arion izin pada Guntur untuk membawa Airyn, papanya tiba-tiba mengizinkan. Bayangkan bagaimana terkejutnya Airyn, karena dia tahu sejak dulu Guntur tak pernah mempercayai orang lain untuk menjadi temannya. Arion pengecualian yang luar biasa. Apa Guntur bisa merasakan jika Arion adalah orang yang baik?"Pilih kamu suka dress yang mana, nanti langsung cobain ke ruang aganti.""Buat apa?""Kita akan menghadiri makan malam di kediaman orang tua saya. Tidak mungkin kamu lupa."Airyn menganga. "Pak Arion, aku 'kan udah bilang nggak mau. Antarin pulang lagi aja.""Lebih baik saya yang ajakin, atau nunggu bunda yang undang kamu secara pribadi? Saya rasa jika bunda yang pinta, kamu semakin tidak bisa menolak. Sama saja pada akhirnya, Airyn, kamu akan tetap datang.""Bapak sengaja mau permaluin aku?" gereget A
Baca selengkapnya

24. Kesayangan Papa

Pagi-pagi Airyn sudah emosi ketika melihat pembaruan status Sera di salah satu media sosialnya. Semalam tampaknya wanita itu mengadakan acara kecil-kecilan bersama Deri di rumah, terlihat beberapa botol alkohol dan makanan yang berserakan di meja. Padahal Sera baru kecelakaan, tapi sudah bisa bersenang-senang.Apa kecelakaan itu hanya rekayasa untuk memoroti Arion lagi?"Bukannya disimpan uang sisa berobat semalam, malah langsung dihabisin buat sesuatu yang nggak ada manfaatnya. Ai takut mama juga sakit kayak papa!" decaknya sambil menyiapkan bekal. Kenapa pikiran Sera sesempit ini? Hidupnya seolah hanya untuk kesenangan semata."Kalau mama sakit, aku harus gimana cari uangnya? Nggak bisa kalau ngeharapin orang terus.""Ai, kenapa ngomong sendiri?" Guntur mendatangi Airyn, duduk di kursi. "Kesal sama mama kamu? Apa lagi yang dia lakukan pada kamu?""Mama kecelakaan semalam, Pa, terus dikasih uang sama Pak Arion sejuta. Bukannya disimpan sisanya, malah bikin pesta miras sama Om Deri.
Baca selengkapnya

25. Jangan-jangan Berjodoh?

Setelah berkeliling kantor bersama Arion, kini Airyn sedang menuju lantai ruangan CEO. Dia membawa berkas untuk diserahkan, sementara Arion katanya hanya mengantarkan sampai depan saja. Mental Airyn langsung kena, dia khawatir jadi bodoh setelah berhadapan dengan orang tertinggi di kantor ini.“Tunggu apa lagi? Cepat masuk, berkas ini ditunggu dan harus diserahkan segera.”Airyn menatap Arion, memegangi ujung jas pria itu. “Kenapa nggak kita berdua aja, Pak? Aku takut, belum pernah juga ke dalam dan ketemu CEO. Aku nggak tahu harus ngapain, nanti salah.” Memperlihatkan jurus memelas andalannya, siapa tahu Arion iba.“Tinggal serahkan berkas ini, kemudian bilang tanda tangani, dan pergi.”“Beneran?”“Iya. Cepat masuk, jangan buat saya marah.”Airyn menghela berat, kemudian menempelkan kartu akses pada alat sensor agar pintu bisa terbuka secara otomatis. Arion beneran pergi, dia tidak ingin berurusan dengan ayahnya. Kalau Airyn yang menemui, Tuan Harrison tak mungkin mencecar sembaranga
Baca selengkapnya

26. Keluarga Arion

"Aku mau pulang dulu, liat keadaan papa sekalian izin. Nanti papa nyariin, khawatir aku nggak pulang.""Tidak perlu. Saya sudah bicara sama papa kamu."Airyn menatap Arion. "Bapak serius? Apa kata papa?""Tidak banyak protes seperti kamu. Bahkan sekarang saya lihat papa kamu lebih menurut. Mungkin sadar jika dia punya hutang nyawa pada saya?""Apa gitu sebutannya?" Airyn senyum, tapi sorot matanya seketika redup. "Aku nggak lupain kok kebaikan Pak Arion, aku juga udah cerita ke papa. Dia bilang makasih."Arion terdiam, giliran dia yang merasa bersalah. Airyn ini hebat sekali mempermainkan perasaannya. Tadi Arion tidak seserius itu, tapi rupanya kalimat dia sedikit menyinggung. "Ayo, sudah siap belum? Sudah waktunya pergi.""Iya."Airyn mengenakan gaun ketiga, duduk manis di samping Arion seperti biasanya. Bagas menyetir, mereka saling diam sepanjang perjalanan. Airyn sibuk menatap jalanan yang basah, sementara Arion sibuk memikirkan cara mencairkan suasana. Benar, Airyn sedang dalam
Baca selengkapnya

27. Binar Indah pada Matanya

Airyn duduk di depan jendela sambil menatap langit malam yang tampak mendung seperti bumi yang sering diterpa badai akhir-akhir ini. Angin berembus cukup menusuk tulang, tetapi tak mampu menyudahi kegiatannya untuk melamun. Tidak pasti apa yang Airyn pikirkan, dia hanya tak bisa tidur.Kulit Airyn terlihat pucat, sesekali giginya bergesekan karena dingin. “Kenapa tiba-tiba takdir hidup kayak gini? Mimpi apa semalam, Ai, sampai bisa ada di titik ini?” Dia bermonolog sendiri, sebelum menghela berat.Bayangan Airyn berada di tengah-tengah keluarga Arion masih membekas di benak, tidak semudah itu melupakan kenangan kecil yang ternyata menghangatkan hati. Di balik segala ketakutan dan kecemasannya, Airyn merasa ada sesuatu yang tertinggal.Dia takut setelah ini ‘kenal mereka’ menjadi boomerang untuk hidupnya. Meski Airyn yakin, keluarga Arion tidak jahat. Tapi kehangatan hanya berlangsung sebentar, sebab fakta tentangnya masih tertutup rapat.Apa jadinya jika semua orang tahu?Airyn berhar
Baca selengkapnya

28. Cinta Kasih

Airyn berusaha menjaga jarak saat memesan teh bersama Arion. Sejak tadi pria itu perhatian sekali, Airyn jadi was-was.Saat keluar dari mobil, tiba-tiba Airyn tersangkut tali sepatunya sendiri. Alhasil dia jatuh tanpa bisa dicegah oleh Arion yang sudah berusaha menolong. Kalah cepat!Arion mengobati luka siku dan lutut Airyn dengan sabar, sampai gadis itu merasa ada sesuatu yang berbeda dan sangat menonjol. Airyn takut dicintai, apalagi seseorang seperti Arion. Airyn tidak ingin hidupnya bermasalah semakin banyak, apalagi yang dihadapi ini bukan dari kalangan sembarangan.Sebelum terjadi sesuatu, Airyn akan menghentikannya sesegera mungkin. Entah Arion atau dirinya sama-sama tidak boleh saling menaruh rasa.Mereka tidak bisa bersama sampai kapan pun, dunia Arion dan Airyn berbeda."Kamu kenapa?" "Enggak, kok.""Ya sudah, jangan jauh-jauh. Apa tidak sekalian saja duduk beda meja?" Arion mencibir, menarik gadis itu agar tetap di sampingnya dan bersikap normal."Bapak, nggak enak diliha
Baca selengkapnya

29. Zombie, Namun Tak Berbahaya

Lagi-lagi malam ini Airyn bermasalah. Luka tadi sore baru akan mengering, muncul luka baru. Saat membersihkan ikan, tangannya tidak sengaja kena pisau. Airyn pikir lukanya kecil, ternyata mengeluarkan darah cukup banyak. Dia panik, sampai tak sadar berteriak memanggil Arion.Tubuh Airyn bergetar kecil dengan keringat dingin, pisau itu tajam sekali menyayat daging jari telunjuk kiri Airyn. Sudah Airyn siram air, ternyata darahnya malah semakin banyak.Airyn terisak kecil di hadapan Arion, tiba-tiba menjadi lemah padahal lukanya tak sampai merenggut nyawa Airyn. "Kenapa tidak hati-hati terus? Ikannya yang dipotong, bukan jari kamu." Tidak ada sahutan, Airyn malah semakin menangis. "Tahan, ini sedikit perih.""Aws!" keluh Airyn ketika cairan putih itu mengenai lukanya, tapi tidak lama darah yang keluar mulai berkurang. Arion sangat teliti, seolah terbiasa menangani luka. "Tidak apa, luka kecil saja. Sebentar lagi juga sembuh.""A—aku belum goreng ikannya. Cuman ada sayur. Bapak mau gan
Baca selengkapnya

30. Usapan Penggetar Hati

"Dia belum bangun, Ai?" tanya Guntur saat sedang makan siang bersama Airyn. "Belum, Pa. Katanya jangan dibangunin sebelum Pak Arion yang bangun sendiri. Dari tadi ponselnya bunyi—Pak Bagas yang telepon, cuman aku nggak berani angkat. Nggak sopan.""Siapa tahu dia lapar, Ai, kasihan. Papa kaget dia di sini, apalagi sampai nggak tidur semalaman penuh. Pasti nggak terbiasa tidur di rumah sempit gini."Airyn terkekeh. "Kayaknya gitu, Pa, soalnya kursi depan 'kan sempit. Kaki Pak Arion aja sampai keluar, badannya juga besar. Kesian, tadi pagi kayak zombie.""Kamu udah sisain makan siang buat dia?" Airyn mengangguk. "Papa hari ini mau jalan-jalan ke luar, kayaknya mau ke rumah susun Anggrek liat kerjaan di sana. Papa mau hirup udara segar, biar cepat sembuh.""Jangan mabuk-mabukan dulu ya, Pa? Nggak boleh aneh-aneh. Kalau ngerasa udah pegel dan agak pusing, cepetan pulang.""Iya. Kamu nggak usah khawatir, nanti Papa minta temani Oni, dia santai siang ini."Sekarang Guntur melangkah tidak m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status