Semua Bab LEGENDA PENDEKAR MABUK: Bab 11 - Bab 20
171 Bab
11. Arya Kumbara
Jurus-jurus yang diperagakan Arya Kumbara tampak tegas sempurna. Setiap gerakan terlihat halus tapi cepat dan mematikan.Sosok putra Ki Sempana, ketua perguruan Girisoca ini laksana bayangan putih berkilau. Halus tak dapat disentuh.Sementara gerakan Ki Genta mencerminkan nafsu ingin membunuh yang begitu kentara. Sejak awal diminta untuk membunuh lawannya karena memang ada kepentingan pribadi juga.Membalas dendam saudaranya yang telah terbunuh oleh Arya Kumbara beberapa waktu yang lalu.“Semuda itu sudah memiliki tenaga dalam tinggi. Sungguh pendekar muda yang berbakat!” ujar Saka begitu mengagumi kebolehan Arya Kumbara.“Tapi aku belum mendengar apa julukannya?”Sementara belasan orang berseragam yang diduga dari perguruan Kalajingga tampak menunjukkan raut wajah lesu.Tentu saja karena melihat Arya Kumbara begitu mudahnya mengimbangi permainan Ki Genta, tokoh yang dianggap sudah kawakan ternyata sama saja seperti yang
Baca selengkapnya
12. Berpura-pura
Arya Kumbara tampak terkejut bukan main sambil mengerutkan kening agak lama. Saka yang tidak tahu isi surat itu hanya menunggu pemuda itu selesai membaca.Saka ingat ucapan orang misterius, jalan untuk menemukan Ki Jangkung Wulung dan lainnya adalah dengan mengikuti salah satu perguruan terkemuka di kotaraja.“Sepertinya aku harus memilih perguruan Girisoca,” batin Saka.“Ternyata keadaan perguruan sangat gawat. Ayah terkepung oleh para pengkhianat yang telah menyusup lama. Kurang ajar, mereka sangat rapi dalam menjalankan rencananya!” ujar Arya Kumbara.“Mereka siapa?” tanya Saka.“Perguruan Kalajingga,” jawab Arya Kumbara. “ Mereka diam-diam menyusupkan orang-orangnya sejak lama. Bahkan sampai bisa menempati jabatan penting.”Saka cukup terperangah juga mendengarnya. Ada dua kemungkinan yang ingin didapatkan perguruan Kalajingga, ingin mengambil alih atau melenyapkan perguruan Girisoca sehingga nantinya hanya ada satu yang berkuasa di kotaraja.“Apakah sudah sangat gawat keadaannya?
Baca selengkapnya
13. Siapakah Pengkhianat itu?
Pintu rahasia itu hanya mereka -ayah dan anak- yang tahu. Sehingga dengan mudah Arya bisa masuk ke kediaman ayahnya.Sampai di dalam, tampak seorang lelaki kurus dengan kulit pucat seluruhnya dan rambut panjang tergerai acak-acakan sedang duduk bersila di tengah-tengah ruangan.Ruangan dipenuhi hawa sakti tebal. Sosok lelaki kurus tua yang tidak lain adalah Ki Sempana sedang berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya.Arya memandang ayahnya dengan penuh iba. Selama dia berada di luar perguruan, sang ayah selalu dalam ancaman para pengkhianat.“Ayah, bertahanlah. Aku akan membantu!” ucap Arya pelan.Sang ayah tampak menegakkan tubuhnya. Kedua matanya terpejam. Nafasnya mengalir pelan teratur seolah tidak ingin ada kesalahan dalam mengambil udara.Kemudian Arya Kumbara duduk bersila di belakang ayahnya. Pemuda ini kerahkan tenaga dalam lembut. Sepasang telapak tangannya ditempelkan ke punggung Ki Sempana.Kejap berikutnya Arya mulai menyalurkan hawa sakti ke dalam tubuh ayahny
Baca selengkapnya
14. Gadis Bercadar Lagi
Kembali ke Wisma Bahagia.Suasana di sana juga tampak tegang. Tiga orang petinggi perguruan Kalajingga mulai tersulut emosi, sebabnya mereka tidak bisa masuk bertemu dengan Arya Kumbara palsu.“Aku curiga jangan-jangan di dalam tidak ada siapa-siapa!” seru salah satunya menduga-duga.“Kalian tahu ini kamar khusus yang selalu Tuanku gunakan bila berkunjung ke sini. Sekarang beliau baru saja pulang dari luar kota, tentunya merasa kelelahan,” sanggah wanita bertopeng dengan suara lembut.“Dari tadi kau selalu bicara begitu, seolah ingin mencegah kami bertemu. Kami sudah ada perjanjian!” tukas yang lainnya.“Tenang sajalah, kalau sudah saatnya kalian pasti bertemu!”“Memangnya siapa dia, berani mengatur kami?”“Menjengkelkan! Biar aku masuk saja!”Salah seorang menerjang ke pintu kamar. Namun, selangkah lagi menyentuh, tiba-tiba pintu terbuka sedikit lalu segelombang angin berkelebat keluar.Wutt!Orang tersebut sampai tersurut lagi ke belakang. Terkejut bukan main.“Golok Membelah Bumi!”
Baca selengkapnya
15. Dipenjara
Saka segera mencari tempat sembunyi untuk mengetahui lebih jelas tentang mereka. Karena kini Saka sudah tahu dua orang itu kubu yang saling bertentangan.“Arya Kumbara, ada hubungan apa dia dengan gadis itu?” pikir Saka dalam hati.Orang yang menunggu gadis bercadar itu adalah Arya Kumbara. Sedangkan Saka yakin gadis itu salah satu orang penting di perguruan Kalajingga. Kenapa mereka bisa mengadakan pertemuan secara rahasia?Mereka berdua sudah masuk ke penginapan termasuk si gadis pelayan.Kemudian pria yang selalu membawa bumbung tuak ini melesat ke atas atap. Saka yang sudah berpakaian seperti biasanya hinggap tanpa menimbulkan suara.Dengan pengawasan yang kuat, Saka dapat menemukan di mana Arya Kumbara dan gadis bercadar berada. Dari atas atap itu Saka mulai mendengarkan percakapan di dalam kamar.“Kabarnya Dinda sempat mencegat dia dan meminta surat rahasia itu?” tanya Arya Kumbara pelan.“Aku hanya menjalankan tugas saja dari ayah. Berhasil atau gagal, aku sudah melakukannya,”
Baca selengkapnya
16. Siapakah Orang Ketiga?
“Kalian ini siapa, kenapa bisa dipenjara? Aku tahu kalian juga dari dunia persilatan. Apa kalian telah menyinggung kerajaan?” tanya Saka kemudian setelah beberapa saat merenung.“Tidak salah memang, di dunia persilatan kami dijuluki Lima Macan dari Utara. Aku yang paling tua, Raksadewa,” jawab orang yang paling kuat auranya.Saka baru mendengar nama julukan ini. Mungkin karena dia belum luas pengalaman di kancah kaum pendekar.“Mereka berempat adik-adikku, Raksageni, Raksajaya, Raksadirga dan Raksagara. Kami sudah dua purnama dikurung di sini,” lanjut Raksadewa.“Apa harus diceritakan kepada dia?” tanya Raksageni tampak ragu.“Kebusukan harus diungkapkan, tidak peduli dia orang baik atau jahat,” ujar Raksagara menimpali.“Aku duga dia orang baik yang difitnah,” kata Raksadirga juga tentang Saka.“Baiklah, kebusukan memang harus diungkapkan. Kalau beruntung, dia akan keluar dari sini,” sambung Raksadewa. Lalu memanggil Saka agar mendekat ke mereka.“Kami akan jelaskan, mengapa kami dik
Baca selengkapnya
17. Kau Memang Sinting.
Saka meloncat dari atap ke atap mendekati tempat kejadian. Gerakannya semakin ringan. Sementara tatapannya terus mengawasi sekelompok orang yang tengah dikepung.Akan tetapi dia juga harus tetap waspada agar tidak terlihat oleh kelompok pengepung. Setelah agak dekat barulah Saka dapat melihat dengan jelas.“Itu rombongan Ki Warakas, dan yang mengepung itu orang-orang perguruan Kalajingga!” Saka ingat ucapan Arum Sari, nyawa Ki Warakas dalam ancaman.“Mengapa mereka bisa hendak membunuh orang di dalam kota?” pikir Saka.Sementara di sana Ki Warakas dan yang lainnya juga sudah menyadari mereka dikepung. Dia sudah menduga sebelumnya, Ki Badraseti pasti akan membunuhnya karena telah gagal tugas.Namun, dia juga masih berhak untuk tetap hidup. Rencananya dia akan keluar kotaraja sejauh mungkin untuk hidup tenang. Karena sebagai kaum pendekar, dia sudah tidak berguna.“Mereka tidak akan mengampuni kita, jadi lawan sekuat mungkin dan terus bertahan hidup!” seru Ki Warakas kepada pengikutnya.
Baca selengkapnya
18. Bayang-bayang Dewa Gila
Dua pukulan sakti yang berasal dari Ki Badraseti dan Pranaseta tertahan pukulan sakti milik Saka Lasmana.Pukulan sakti yang keluarkan Saka berasal dari kitab Sapta Wujud yang bernama Pukulan Bintang Kejora.Cukup dahsyat juga hasilnya karena Saka melakukannya sambil berlari membelakangi lawan. Di depannya, Seta Keling dan Ki Warakas juga berlari cepat.“Seta, lindungi paman Warakas. Biar aku menghalau mereka!” perintah Saka.Seta yang sudah terlanjur terlibat dalam masalah ini menurut saja apa yang diminta Saka.Sebelumnya Seta penasaran ketika melihat Sakab yang tengah duduk di atap tiba-tiba berkelebat ke suatu tempat. Ternyata hendak menolong Ki Warakas yang dia tahu orang itu adalah penyusup di perguruan Girisoca.Sementara Saka sudah berbalik hendak menghadang lawannya. Tangan kanannya sudah memegang bumbung tuak.“Kau mau cari mati atau cari muka!” hardik Ki Badraseti sambil menyiapkan pukulan saktinya.“Mengadu nasib, siapa tahu dapat keuntungan. Ha… ha… ha…!” seloroh Saka lal
Baca selengkapnya
19. Penjahat Besar
“Jangan ikut campur dulu! Lihat dulu apa yang terjadi!” Seta Keling langsung menarik Saka ke tempat lebih gelap.Kali ini Saka yang menurut kepada saudara beda guru ini. Dia mengikuti Seta Keling yang berlari di depan.Seta Keling mencari yang tersembunyi tapi dekat ke tempat kejadian. Akhirnya dia menemukan satu pohon besar dan rindang ditambah keadaan gelap.Dia langsung mengajak Saka Lasmana melompat ke atas pohon. Di atas, atau tepatnya di dalam rindangnya daun dan cabang pohon, mereka harus mencari lagi tempat yang tepat agar bisa melihat peristiwa yang terjadi.“Ada orang berpenampilan acak-acakan!” ujar Seta Keling.“Sepertinya dia kabur dari penjara khusus. Tangan dan kakinya masih terikat rantai,” timpal Saka.Yang terlihat di jalan umum kota memang demikian. Seorang lelaki tinggi besar yang memiliki aura sangat kuat, tapi buruk tengah berjalan sambil menghajar prajurit yang mencoba menghalanginya.Jelas saja tidak prajurit yang mampu menahannya. Semuanya terpental akibat puk
Baca selengkapnya
20. Medang Jati
Pada tengah hari atau disebut ‘tangage’ ada juga yang menyebut ‘tangari’, delapan orang berkuda telah sampai di tempat tujuan.Kota Medang Jati masih tampak ramai. Masih banyak yang menggantungkan hidupnya di bekas kotaraja ini.Namun, kedelapan orang berkuda ini bukan untuk menghampiri keramaian. Mereka justru pergi ke pelosok yang sepi.Sebuah bukit yang rapat dengan pepohonan dengan dedaunan rimbun. Udara lembab walaupun di siang terik.Aura kuat memancar dari puncak bukit, di mana di atas sana ada seorang resi linuwih sakti mandraguna yang hidup menyepi. Bertapa menuju moksa ke alam keabadian.Sang Kandiawan yang bergelar Rajaresi Dewaraja, bekas raja Kendan terdahulu sebelum berganti menjadi Galuh.Kedelapan orang itu sudah turun dari kudanya masing-masing. Mereka berdiri di bawah bukit dalam dua kelompok. Tentu saja kelompok Ki Sempana dan Ki Badraseti.Semuanya memandang ke puncak bukit. Selain aura utama yang bersemayam di bukit tersebut, ternyata ada aura lain yang juga cukup
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status