Lahat ng Kabanata ng Cinta dari Boss Mafia : Kabanata 51 - Kabanata 60

Setelah bersikeras bahwa ia baik-baik saja dan ingin segera pulang, akhirnya Nikolov menyerah memaksakan sang sekretaris tinggal lebih lama di rumah sakit. Sebelum benar-benar berpisah dengan Nikolov hari itu, sang atasan tidak menutupi suasana hatinya saat ini. Dimana Nikolov ingin Athena benar-benar dalam keadaan baik saat kembali ke rumah.Seperti biasa, setelah memberi penghormatan singkat, Athena akan mengakhiri tugasnya hari itu. "Terima kasih untuk semuanya, direktur." Biasanya Athena akan menambahkan, "Sampai jumpa besok." Di dalam kalimatnya, tetapi sekarang tidak karena sebelumnya Nikolov mengatakan, "Istirahatlah lebih lama. Jika masih belum merasa baikan, kau boleh libur besok." Jadi, sekarang, mereka berdua berdiri berhadapan dengan canggung di tempat parkir rumah sakit setelah Nikolov memaksa Athena pulang diantar oleh Mr. Ili."Kalau begitu aku pulang, direktur." Ia harus mengakhiri kecanggungan ini sekarang juga. Rasanya sungguh tidak nyaman."Ya. Beristirahatlah." Ada

“Lalu bagaimana? Apa Nikolov menceritakannya padamu?” Di tengah hiruk pikuk jalanan yang begitu ramai di sore hari, Athena memandangi matahari yang sebentar lagi akan menghilang di ufuk barat dari balik kaca cafe. Hanya tersisa bias merah-jingga yang tidak memakan waktu lama akan berganti menjadi hitam, menandakan hari yang sudah berganti menjadi malam.Sang sekretaris menghela nafasnya dengan nada yang begitu berat dan kasar, seakan-akan tidak lagi ada harapan dimana hidupnya sudah begitu lelah. “Dia tidak mau mengatakannya. Entahlah, apakah pertengkaran mereka terlalu kekanakan atau bagaimana, sepertinya direktur antara marah dan malu untuk bercerita.” Dokter Ye Junie yang menjadi temannya menghabiskan waktu setelah pulang kerja bersandar pada sandaran kursi. Alis tebal sang dokter berkedut dan berkerut, jelas jika dia sedang berpikir keras.“Jika mereka terus seperti ini, aku jadi penasaran.” Ye Junie berkomentar, ia juga terlihat sudah muak dengan kekeraskepalaan teman-temannya. “

“Miss Tiffany, sebelah sini!” Athena memanggil seorang wanita yang baru saja memasuki ruangan VIP di restoran itu. Tiffany yang berpakaian kaos, jaket dan celana sederhana terlihat ragu ketika Athena berdiri, menunggunya untuk segera mengambil tempat duduk yang telah disediakan. Agar tidak membuat wanita itu takut, Athena memasang sebuah senyuman di wajahnya.“Sekretaris Athena, maaf aku terlambat.” Ujar wanita yang lebih muda yang duduk setelah menjabat tangan Athena. Tanpa menanggalkan senyuman ramah bisnis yang selalu digunakan, Athena menjawab. “Jangan khawatir. Aku yang seharusnya meminta maaf karena menghubungimu secara mendadak seperti ini.”Melihat Tiffany yang sekarang di depannya, tidak bisa menghentikan Athena untuk mengulang seluruh ingatannya bersama si artis, baik dalam kehidupan ini, ataupun kehidupan yang lalu. Ia bahkan masih ingat saat Tiffany menyebut dirinya sebagai si pemeran utama, atau ketika Tiffany yang selalu berada di ruangan Nikolov. Tidak jarang ia menemuk

Ye Junie menggoda Nikolov yang bergeming di depan pintu itu. Dia tidak masuk ataupun keluar, dia hanya berdiri di sana, seperti penagih hutang, batin Ye Junie. Bahkan sang direktur yang seharusnya berada di luar kota itu memasang wajah datarnya kepada teman masa kecilnya, melihat wanita yang lebih pendek lama sebelum menghela nafas. Ia tahu Ye Junie dengan baik, wanita itu akan terus menggodanya.“Permisi.” Nikolov melewati Ye Junie begitu saja, menuju seorang wanita yang masih bersandar di sofa. “Sekretaris Athena, aku datang menjemputmu.” Sama seperti sebelumnya, jawaban dari Athena hanya gumaman. Dari tempatnya berdiri, Ye Junie bisa melihat tatapan yang dilempar oleh direktur itu yang diikuti oleh decakan.“Kenapa kau marah padaku? Aku tidak menyuruh Athena minum banyak dan mabuk. Lihatlah kami semua hanya bersenang-senang di sini, hanya Athena yang mabuk. Aku rasa dia terlalu stress bekerja denganmu dan melampiaskan semuanya sekarang.” Interaksi yang terjadi hanyalah antara dokt

Tentu saja itu bukan hanya ancaman kosong, karena Nikolai benar-benar berniat untuk menghabisi Nikolov saat itu juga. Dibalik suaranya yang menahan amarah, tangannya mengepal erat, merutuk di dalam hati serta menahan tubuhnya agar tidak bergetar dengan hebat. Entahlah, apakah ia bergetar karena begitu marah atau ketakutan, tetapi kedua rasa itu benar-benar ada.Hal itu tidak luput dari mata biru Athena, tangan kurusnya meraih kepalan tangan Nikolov, menggenggamnya, menenangkannya.“Katakan kepadaku, bukankah itu yang kau lakukan kepada ibu? Kau membuangnya ketika merasa dia tidak berguna lagi.”“Kau bisa mengatakannya begitu.” Jawaban Nikolai begitu datar, tanpa rasa bersalah, memancing amarah di dalam diri Nikolov semakin hebat. “Kau,” Ia hampir berlari ke arah pria itu untuk memukulnya dengan tangannya sendiri.“Apa kau sudah selesai?” Nikolai membuang cerutunya lalu menginjaknya. “Jika kau sudah selesai bersedih, kau bisa menyusul ibumu lebih cepat.” Orang-orang yang ada di belakan