All Chapters of Letnan Jendral, Rebut Kembali Hati Mantan Istrimu: Chapter 81 - Chapter 90
92 Chapters
BAB 81. BERDEBAR
Gelap di sekelilingnya, kepalanya terasa sangat berat dan penciumannya penuh dengan bau obat yang memyengat. Kelopak mata Aina terbuka secara perlahan, menatap langit-langit berwarna putih terang. Dia mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya."Uh..." Ketika Aina ingin bersuara, hanya erangan serak yang keluar dari bibirnya."Mamah, Kakak itu udah bangun!"Aina mendengar suara anak kecil di sertai dengan suara langkah kaki. Dalam kebingungannya, Aina melihat seorang wanita setengah baya, cantik dan lembut, sedang menggendong seorang anak kecil di pelukannya."Kamu udah bangun? Ada yang enggak nyaman?" tanya wanita setengah baya itu pada Aina.Tenggorokan Aina tercekat, ini pertama kalinya sejak beberapa tahun ada seseorang yang berbicara lembut padanya saat dia sedang sakit. Matanya panas, mengeluarkan air mata yang jatuh secara langsung pada pipinya."Kenapa nangis? Ada yang sakit?" tanya wanita itu lagi.Aina menggelengkan kepalanya. "Ha-haus," ujar dia.
Read more
BAB 82. PAS GAK?
"Gavin!" teriak Aina saat jam pulang sudah berdering dari dua menit lalu.Remaja itu sedang berjalan di lorong sekolah bersama teman-temannya, butuh keberanian yang besar untuk Aina hingga akhirnya dia memutuskan untuk memanggil Gavin.Gavin, termasuk orang-orang di sekitar pria itu, menoleh secara bersamaan. Gavin, Mario, Julia dan Reno lantas menghentikan langkahnya, menatap langsung pada Aina.Aina mengigit bibirnya dengan erat, malu untuk berkata di depan semua orang. Pada akhirnya dia melirik Gavin sekilas."Kalian duluan aja!" titah Gavin pada ke tiga temannya.Julia berdecak kesal, meski begitu dia tetap mengikuti Mario dan Reno pergi.Aina menghela nafas lega saat teman-teman Gavin pergi. Dia memandang Gavin, ada semburat merah di pipinya. "Aku mau bilang maaf sama kamu," ucap Aina.Gavin menatap Aina dengan alis terangkat."Selain karena kamu udah bawa aku ke rumah sakit waktu itu, aku juga mau minta maaf karena aku denger dari siswi kalau orang tua siswa yang waktu itu datan
Read more
BAB 83. PERHATIAN KECIL
"Makasih, ya, Vin." Aina tersenyum sambil menatap Gavin."Sama-sama. Cepet masuk sana!"Aina mengangguk, dia masuk ke dalam rumah, melihat dari jendela saat Gavin melenggang pergi dari rumahnya. Aina menekan dadanya, merasakan jantung yang berdetak dengan sangat cepat. Setelah melihat Gavin yang menghilang di tikungan jalan, Aina masuk ke dalam kamar sambil membawa barang-barang yang Gavin belikan."Gavin baik banget," gumam Aina, rona merah menyebar di pipinya.***"Kamu baru pulang, Vin?" tanya Guna saat melihat putranya masuk ke dalam rumah.Gavin mengangguk, menyalami tangan ibunya. "Iya, Mah.""Udah makan? Kalau belum ada makanan di dapur!""Udah kok, tadi Gavin makan sama temen Gavin," jawab Gavin. "Gavin ke kamar dulu, ya, Mah!"Gina mengangguk, membiarkan Gavin pergi ke kamarnya.***"Aina!" teriakan Supri terdengar dari luar kamar Aina.Saat itu Aina yang sedang belajar bangkit berdiri, membuka pintu, melihat Supri yang berdiri di depan pintu kamarnya dengan tangan di pinggan
Read more
BAB 84. LELAH
Seperti yang Gavin katakan, dia tidak ikut mengantar Aina hingga rumahnya, namun hanya di depan gang. Gavin ikut turun ketika Aina turun dari mobil, ia melihat ke gang yang cukup gelap di belakang karena matahari sudah terbenam."Gue anter, ya. Itu gangnya gelap banget, gimana kalau ada apa-apa?" tanya Gavin dengan khawatir.Aina menggelengkan kepalanya, dia menolak, "Enggak usah, Vin. Enggak bakalan ada apa-apa, kok. Aku udah biasa jalan sendiri.""Kalau gitu-""Wih, wih, wih!" Supri tiba-tiba datang dari arah gang, menghampiri Aina dan Gavin di sana.Gavin menatap Aina sejenak, lalu tatapannya beralih pada Supri yang datang. Dia tahu bahwa pria itu adalah ayah dari Aina, Gavin hendak menyapa dengan sopan saat Supri tiba-tiba membuka suara."Katanya cuma temen! Huh! Kalau kaya gitu ngapain kamu nangis-nangis sepatunya Bapak jual? Kan bisa beli lagi," ujar Supri sambil menoyor kepala Aina.Gavin terkejut, dia tidak menyangka jika Supri akan mengatakan itu. "Sepatunya di jual?" tanya G
Read more
BAB 85. APA YANG KAMU HARAPKAN?
"Makasih, ya, Vin. Lo udah mau nganter gue," ucap Jullia pada Gavin yang berjalan di sampingnya.Gavin mengangguk, tatapannya mengedar menatap toko-toko dan orang yang berlalu-lalang. Dia melihat sebuah gaun cantik di salah satu etalase toko, berpikir jika Aina mengenakan gaun itu pasti akan terlihat cocok dan sangat cantik. Gavin tanpa sadar tersenyum."Vin!" Julia menegur pria yang ternyata tidak memperhatikan dan mendengarkannya."Hah? Kenapa?" Gavin menoleh pada Julia dengan wajah bingung."Lo mikirin apa, sih? Gue ngomong dari tadi ternyata enggak lo dengerin!" Julia cemberut kesal.Tangan Gavin terulur, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sorry," ucap Gavin dengan rasa bersalah.Keduanya mengobrol di sepanjang perjalanan. Gavin terus mengikuti Julia meski dia tidak tahu ke mana tujuan wanita itu karena sedari tadi mereka hanya berkeliling mall.Tanpa mereka sadar, seseorang menatap keduanya di kejauhan. Gadis itu bersembunyi di salah satu tiang tinggi, melihat Julia yang tam
Read more
BAB 85. 4 TAHUN KEMUDIAN
Di sebuah kamar yang remang, seorang wanita menggeliat di atas tempat tidur. Kelopak mata wanita itu terbuka, dia menguap, mencoba bangkit dari tempat tidur ketika tubuhnya tiba-tiba di peluk dengan erat pada pelukan seorang pria yang tertidur di sebelahnya."Vin, lepasin dulu!" titah Wanita yang tidak lain adalah Aina, dia mencoba menyingkirkan tangan Gavin yang melingkari pinggangnya."Sebentar aja," gumam Gavin dengan mata tertutup.Aina menghela nafas. "Ini udah siang, Vin. Katanya kamu ada kuliah jam segini?" tanya Aina dengan nada tidak berdaya.Gavin melepaskan pelukannya, dengan malas bangkit dari tempat tidur. "Sebenernya sesekali bolos juga gak pa-pa," ujar Pria itu."Kalau papah kamu tau, kamu pasti di marahin!" Aina turun dari tempat tidur, memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai. "Cepetan bangun!" titah Aina lagi pada Gavin sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi.Selesai mandi dan berpakaian, Aina keluar dari sana, dia melihat Gavin yang hanya memakai boxernya seda
Read more
BAB 86. WANITA ITU SIAPA?
"Vin...ugh." Aina melenguh saat Gavin mengecupi di sepanjang lehernya hingga akhirnya pria itu berhenti pada dadanya yang ranum.Rasa geli menyebar ke seluruh tubuh Aina, apalagi saat bibir Gavin dengan rakus mengisap pucuk dadanya bergantian. Aina mengelus rambut kepala Gavin, membuat pria wajah pria itu terbenam di sana.Tubuh keduanya sama-sama bugil, saling mengerat satu sama lain. Keringat mereka membanjiri tubuh, ac yang tergantung di dinding sama sekali tidak mempengaruhi suhu panas di antara keduanya."Baring!" titah Gavin pada Aina.Mengangguk, Aina berbaring di atas tempat tidur sambil membuka ke dua kakinya. Nafas Gavin memberat melihat wanita itu menatapnya dari bawah dengan ekspresi yang begitu provokatif."Emh..." Aina tersentak, Gavin memasuki dirinya secara tiba-tiba.Kegiatan yang biasa mereka lakukan setiap malam jika Gavin memintanya, Aina hanya menurut, bagaimana pun menurutnya Gavin adalah pria yang baik yang banyak membantunya di saat dia kesulitan. Aina sama sek
Read more
BAB 87. KENAPA BUKAN AKU?
"Kamu pulang?" sapa Aina ketika dia melihat Gavin yang masuk ke dalam apartemen.Gavin mengangguk, dia membuka jaket yang dia kenakan, melemparnya ke atas sofa dengan sembarangan. "Gue lapar, ada makanan?" tanya Gavin.Aina bangkit berdiri dari sofa, dia berjalan ke arah dapur sambil menjawab, "Ada, makan sekarang apa mandi dulu?" tanya Aina."Makan sekarang," jawab Gavin.Mengangguk, Aina mengambil piring dan menyiapkan makanan untuk Gavin. Pria itu duduk di atas meja makan sambil menunggu Aina selesai menyiapkan makanan. Setelah makanan tersaji di hadapannya, Gavin mulai melahap makanannya."Perempuan yang sama kamu tadi siapa?" tanya Aina, dia bertanya dengan hati-hati agar Gavin tidak marah."Temen, kenapa?" Gavin balik bertanya tanpa menatap Aina."Enggak, keliatannya akrab banget sama kamu. Tadi kamu nelepon aku pake nomor dia?"Mengangguk, Gavin mendongak menatap wanita itu. "Kenapa, sih?" tanya Gavin.Kepala Aina menggeleng, dia menuangkan air putih ke dalam gelas dan menaruhn
Read more
BAB 88. MUAL
Aina berdiri di trotoar, menunggu kendaraan umum yang lewat. Wanita itu celingak-celinguk, menunggu dengan cemas. Hari sudah menunjukan pukul tujuh malam, namun dia belum juga mendapati kendaraan yang lewat karena memang hujan deras baru yang diiringi oleh suara petir saja mereda. "Na, kamu mau bareng aja sama saya?" Dimas yang menghampiri Aina bertanya pada wanita itu."Enggak usah, pak. Saya bisa nunggu sebentar lagi, kok." Aina menggeleng, menolak sambil tersenyum."Kalau begitu saya temenin kamu nunggu, ini udah malem, enggak baik perempuan di pinggir jalan kaya gini." Dimas menawarkan diri."Tapi-" Aina ingin menolak, dia merasa tidak enak pada Dimas. Bagaimanapun pria itu juga pasti punya kesibukan setelah ini."Jangan nolak. Saya enggak terima penolakan." Dimas bersikukuh untuk menemani Aina.Pada akhirnya Aina dengan pasrah membiarkan Dimas menemaninya. Wanita itu sedari tadi mengguncang ponsel yang ada dalam genggamannya, menghubungi Gavin berulang kali untuk meminta jemput.
Read more
BAB 89. KURANG AJAR
Aina pulang ke apartemen. Saat dia membuka pintu dan masuk, Aina meletakan barang-barang yang dia beli, dia bahkan tidak sempat membereskan semua itu karena Aina langsung pergi ke dalam kamar mandi dan muntah lagi.Hoek, hoek, hoek.Terengah-engah, Aina menopang tubuhnya pada pinggiran wastafel. Dia berkumur, mencuci mulut dan wajahnya agar terlihat segar. Aina lalu mendongak, menatap wajah pucat nya di cermin. Pantulan dirinya di cermin terlihat sangat kuyu dengan wajah yang basah oleh air dan rambut acak-acakan.Menghela nafas, Aina keluar dari kamar mandi, dia mengganti pakaiannya dengan kaus dan celana pendek sebelum akhirnya berbaring di tempat tidur untuk menenangkan rasa mual di perutnya. Aina berharap bahwa setelah dia bangun nanti, rasa mual itu akan menghilang.***Gavin kembali ke apartemennya setelah menginap di rumah usai ulang tahun bunga, adiknya yang terakhir. Dia menekan serangkaian kata sandi, dan ketika pintu dibuka, Gavin masuk ke dalam apartemen.Suasana hening mem
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status