All Chapters of Menjerat Hati Dokter Tampan: Chapter 31 - Chapter 40
165 Chapters
31. Karena Minuman Itu
Pagi ini, Liora dan Arka akan kembali pulang ke rumahnya. Namun sebelum itu, mereka diajak sarapan bersama oleh Raditiya dan Ana. Selama kegiatan makan bersama berlangsung, Ana sejak tadi terus memperhatikan menantu dan anaknya. Keduanya hanya saling diam, melahap makannya. Ana tak bisa menebak apa yang telah terjadi pada mereka tadi malam. Namun jika dilihat dari raut wajah Liora, menantunya itu sudah tidak marah lagi. Sedangkan Arka, Ana tak bisa menebak. Putranya itu selalu memasang raut tanpa ekspresi."Kenapa kalian tidak pulang besok saja?" tanya Ana memecah hening di sana. Raditiya yang tadi juga sibuk melahap makanannya sambil bermain ponsel pun akhirnya mengarahkan pandangannya pada sang putra di seberang mejanya. Dia mengangguk setuju dengan ucapan sang istri. "Benar, papa sangat rindu denganmu Ka. Kenapa tidak tinggal di sini dulu sampai beberapa hari?""Arka sudah mulai masuk kerja pa. Jadi, Arka ingin cepat pulang saja. Ka
Read more
32. Tidak Sesuai Yang Diharapkan
Beberapa hari setelah pulang dari rumah orang tuanya. Seperti biasa, Arka selalu menyiapkan sarapan pagi lebih dulu di meja makan sebelum dia berangkat bekerja. Tak lupa, dia juga harus membangunkan Liora yang masih tidur. Pintu kamar perempuan itu masih tertutup, Arka sudah hafal Liora tak mungkin bisa bangun pagi jika bukan Arka yang membangunkannya lebih dulu. Dia mengetuk pintu kamar itu dengan pelan. "Liora, bangunlah. Aku akan berangkat bekerja."Sedangkan di dalam kamar itu, Liora masih berbalut selimut tebal dengan penampilan yang masih berantakan. Dia mulai menggeliat saat merasa tidurnya mulai terusik. "Aku masih mengantuk ..." Matanya masih terlalu berat untuk dibuka.  Sedikitpun Liora tak berniat untuk melawan rasa kantuknya. "Liora, kalau begitu aku berangkat sekarang. Kamu jangan lupa untuk sarapan, sudah aku siapkan di atas meja."Kali ini Liora tak menjawab. Perempuan itu justru mendengkur bertanda t
Read more
33. Hari Spesial
"Selamat ibu Liora, semoga perusahaan ini bisa semakin maju untuk kedepannya."Liora menerima jabatan dari rekan kerjanya. Dia lalu tersenyum, dan mengangguk mengiyakan. Baru saja acara penyerahan jabatan untuk Liora selesai. Kini semua pejabat penting yang tadinya ikut merayakannya mulai meninggalkan ruang itu. Dan tersisa beberapa orang saja, termasuk ayahnya.Setelah putrinya selesai berbicara dengan banyak orang, David kemudian menghampiri. Dia tersenyum saat melihat raut bahagia putrinya itu masih terukir jelas di wajahnya."Selamat sayang, ayah yakin kamu bisa membuat perusahaan ini lebih baik lagi."Liora mengangguk dengan percaya diri. Dia lalu berucap, "ayah tidak perlu khawatir. Perusahaan ini akan baik-baik saja di tangan Liora, kecuali perusahaan ini jatuh pada orang yang tidak tepat mungkin itu bisa ayah khawatirkan. Misalkan saja jatuh di tangan kak Erika."Senyum David seketika luntur. Liora selalu saja merendahka
Read more
34. Kembali Teringat
Laki-laki berjas putih itu mulai menghampiri Liora. Dia tersenyum saat Liora memperhatikan wajahnya dengan seksama, seperti berusaha mengenalinya."Sepertinya kau lupa denganku nyonya Arka?"Liora sedikit kaget dengan panggilan yang laki-laki itu berikan padanya. Walau dia sudah menduga jika semua orang di rumah sakit itu pasti sudah mengenalinya bahwa dia adalah istri Arka."Seharusnya kau masih ingat dengan pertemuan kita, aku menghampirimu saat kau berbicara dengan Arka. Dan kau mengatakan padaku bahwa Arka tidak mau tanggung jawab."Liora membuka mulutnya, dia mulai mengingat pertemuan sebelumnya dengan laki-laki itu. "Ah, benar. Aku masih ingat. Namamu ...""Danu.""Ah iya, dokter Danu."Danu tersenyum. Dia lalu kembali berucap, "panggil Danu saja. Sekarang kau adalah istri Arka, sahabatku. Aku juga akan menganggapmu sebagai sahabat dekatku, sama seperti Arka.Liora tersenyum. Lalu mengangguk menyetujui per
Read more
35. Terlalu Datar
Sesampainya di ruang pribadinya, Arka meminta Liora duduk di salah satu kursi di sana bersebrangan meja dengan tempat duduk Arka. Dia menatap Liora tanpa ekspresi. "Kenapa kau datang ke sini?"Liora tersenyum lalu menjelaskan, "kebetulan sekali aku baru saja dari perusahaan. Karena melewati rumah sakit, jadi aku memutuskan singgah sebentar untuk melihatmu. Aku sangat merindukanmu sayang. Sejak pagi tadi aku belum melihatmu."Arka menghela nafas pelan. "Itu salahmu sendiri tidak mau bangun pagi."Liora meluruskan pandangannya, lalu menghela nafas kecewa. Memang benar yang diucapkan Arka, padahal laki-laki itu selalu membangunkannya tapi Liora sangat malas dan memilih untuk melanjutkan tidur. Membuatnya tidak bisa melihat sang suami berangkat kerja setiap pagi. Tapi raut kecewa Liora seketika berubah, dia kembali mengukir senyum senang. "Tapi setelah ini aku akan bangun pagi setiap hari, karena aku sudah mulai bekerja. Dan aku adalah CEO,
Read more
36. Perhatian
Arka menyisipkan beberapa helai rambut Liora ke belakang telinga agar bisa melihat wajah perempuan itu dengan jelas. Membuatnya kini menyadari bahwa wajah perempuan itu begitu sangat pucat. "Kamu sedang sakit?"Liora kembali menggeleng, masih tak mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Dia terlalu ragu."Duduklah sebentar, biar aku periksa." Arka memegang kedua bahu perempuan itu, dan memintanya untuk kembali duduk. Liora hanya menurut. Laki-laki itu mulai mengambil stetoskop miliknya untuk memeriksa sang istri, namun Liora segera menghentikannya. "Sayang, aku tidak apa-apa. Ini hanya ..."Arka kembali mengernyit saat Liora lagi-lagi ragu menyelesaikan kalimatnya, membuat Arka semakin penasaran. "Jika kamu tidak mau mengatakannya, aku akan memeriksamu.""Baiklah." Liora mengalah, dia kemudian menunduk dengan rasa kecewa. "Aku haid. Perutku selalu kram seperti ini di hari pertama h
Read more
37. Memainkan Suasana Hati
Setelah merasa semua jadwalnya selesai, Arka memutuskan untuk kembali ke ruang pribadinya.Sesampainya di sana, dia melihat Liora sudah tertidur dengan posisi duduk di kursi. Arka kemudian menghampiri, dan mulai membangunkan sang istri.Kelopak mata Liora perlahan terbuka, mata berwarna merah khas orang bangun tidur itu langsung mengarah pada Arka."Maaf aku membangunkanmu, kita bisa pulang sekarang."Liora mulai menegakkan tubuhnya. Menguap lebar sesaat, kemudian mengangguk mengiyakan. "Apa perutmu masih nyeri?"Liora memegang perutnya sesaat. Dia baru saja tertidur pulas sampai melupakan rasa nyeri yang tadi sempat menyiksa dirinya."Sudah tidak terasa parah seperti tadi."Arka mengangguk lega. "Baguslah kalau begitu. Sekarang kita bisa pulang, pekerjaanku juga sudah selesai."Liora mengangguk, kemudian dia berusaha berdiri. Arka memegang lengannya untuk membantu, membuat Liora menahan senyum senang
Read more
38. Sifat Baiknya Muncul
Malam itu sebelum tidur, Arka memutuskan untuk ke kamar sang istri. Membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih, tidak lupa juga dengan suplemen untuk Liora.Setelah mengetuk pintu kamar, dan mendapat ijin dari Liora, Arka langsung masuk.Di dalam sana Liora belum tidur. Perempuan itu masih duduk di atas kasur sambil berselimut. Arka lalu meletakkan nampan yang dia bawa ke atas nakas samping tempat tidur, dan dia duduk di samping Liora. "Apa perutmu masih sakit?"Liora mengangguk pelan. Dia lalu tersenyum, mengusap perutnya. "Tapi tidak terlalu sakit. Setelah meminum obat yang kamu berikan tadi siang, sakitnya hanya muncul kadang-kadang saja."Arka mengangguk paham. Dia kemudian menatap wajah Liora sesaat. Perempuan itu kini tidak memakai make up, membuatnya bisa melihat jelas wajah Liora yang begitu sangat pucat. "Aku membuatkanmu bubur." Arka mengambil semangkuk bubur yang tadinya berada di atas nampan.
Read more
39. Tidur Bersama
Setelah selesai, Arka kembali ke kamar Liora. Perempuan itu sudah terbaring dengan selimut tebal menutupi tubuhnya. Arka kemudian menghampiri."Tidurlah di sini." Liora menepuk kasur di sebelahnya. Meminta sang suami untuk ikut berbaring di sana. "Jangan tidur di lantai, aku tidak suka."Karena melihat kondisi sang istri yang kurang baik, Arka kali ini tak berani membantah. Dia tak mau berdebat, dan mengikuti apa saja yang Liora inginkan. Laki-laki itu akhirnya duduk di sisi kasur. Entah kenapa, dia jadi ragu untuk membaringkan tubuhnya di samping Liora."Kenapa Arka? Aku tidak akan berbuat macam-macam padamu. Sakit di perutku saja belum sembuh, jadi aku tidak nafsu untuk menggodamu."Arka menghela nafas pelan. Lalu mengangguk, berusaha mempercayai apa yang sang istri katakan.Liora akhirnya kembali mengukir senyum senang saat melihat sang suami menurut, dan mulai berbaring di sampingnya. Laki-laki itu kemudian menoleh menatap L
Read more
40. Perhatian Sesaat
Suara pintu terbuka. Liora baru saja keluar dari kamarnya. Tadinya setelah bangun tidur dia sempat terkejut karena Arka sudah tidak ada di sampingnya. Membuatnya jadi curiga, apa Arka meninggalkannya saat dia sudah tertidur pulas? Tapi Liora mencium aroma wangi laki-laki itu menempel pada kasurnya, membuatnya sedikit yakin jika pasti sang suami juga tidur di sampingnya tadi malam. "Sudah bangun?" tanya Arka saat melihat Liora udah berdiri di depan pintu kamar. Padahal dia tidak membangunkan perempuan itu, tapi Liora justru bangun dengan sendirinya. Tidak seperti biasanya. Arka kemudian menghampiri. "Aku tidak membangunkanmu, aku pikir keadaanmu belum membaik jadi aku membiarkanmu tidur lebih lama.""Makasih sayang, kamu begitu memperhatikan kesehatanku." Liora tersenyum senang. Mendadak pikirannya kembali curiga. Dia lalu bertanya, "kamu tadi bangun jam berapa?""Jam tiga pagi. Aku sudah terbiasa bangun di jam itu, dan aku melihat kamu
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status