All Chapters of Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit: Chapter 21 - Chapter 30
516 Chapters
Bab 21
Jovan mencengkeram kepalanya kuat-kuat sambil berteriak."Kenapa, Pak Jovan? Ada apa?" tanya asisten Jovan yang berada di sampingnya dengan kebingungan.Akal sehat Jovan pun kembali. Dia menatap asistennya."Aku mau tanya. Kalau ada orang yang menyelamatkanmu, tapi kamu nggak tahu dan menjadikan penyelamatmu itu bulan-bulanan, kenapa orang itu nggak memberitahumu kalau dia menyelamatkanmu? 'Kan dengan begitu kamu nggak akan menjadikan dia bulan-bulanan lagi!"Begitu mendengar pertanyaan itu, si asisten pun berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Yah, sederhana saja. Pertama, mungkin dia menganggap aku sudah tahu siapa yang menyelamatkanku. Tapi, karena aku nggak bertanya apa-apa padanya, jadi orang itu menganggap aku bukanlah orang yang tahu balas budi. Itu sebabnya dia merasa nggak ada gunanya juga memberitahuku.""Kedua, orang itu mungkin berpikiran bahwa menyelamatkanku bukanlah perbuatan besar yang gimana-gimana, jadi nggak usah diumbar-umbar ...."Bukanlah perbuatan yang besa
Read more
Bab 22
Belum sempat Jovan selesai bicara.Para pengawal membawa masuk dan melempar seorang pria tua yang dipenuhi dengan luka.Jovan mengenalinya, dia adalah Pak Jeremy.Kemarin lusa, Maxime menyuruh orang untuk mencari ibu dan adik laki-laki Reina yang kabur ke luar negeri. Setelah itu, Maxime mengetahui bahwa pria tua inilah yang hendak dinikahkan dengan Reina dan bukan Revin!Itu sebabnya Maxime langsung menyuruh orang untuk menangkap pria tua itu.Akan tetapi, setelah disiksa sehari semalam, pria tua itu tetap tidak tahu di mana Reina.Maxime pun menatap Jeremy dengan saksama sambil bertanya, "Kamu masih berniat menikahi Reina?"Pria tua itu langsung bersujud sambil menahan sakit."Nggak, nggak, aku nggak berani lagi ...."Setelah itu, Jeremy diseret keluar.Akhir cerita hidupnya sudah jelas.Maxime pun menatap Jovan dengan ekspresi datar, lalu bertanya, "Barusan kamu membela Reina?"Tenggorokan Jovan sontak terasa tercekat, dia tidak berani mengatakan apa-apa."Menurutku, kamu nggak usah
Read more
Bab 23
Begitu mendengar percakapan para sekretaris, Ekki si asisten langsung menyela mereka.Bukannya dia usil, tetapi dia pintar menilai orang.Belakangan ini, selain bekerja, Maxime juga meminta orang-orang untuk mencari Reina dan menekan perusahaan Revin.Menurut Ekki, semua ini jelas bukan karena Maxime membenci Reina.Waktu terus berjalan, tetapi Maxime tidak pernah menyerah mencari Reina.Pada malam tahun baru, hujan turun dengan lebat.Sewaktu Reina masih hidup, dia pasti akan menemani Maxime menghabiskan malam tahun baru di rumah keluarga Maxime.Namun, berbeda dengan tahun ini, Maxime pulang ke rumah keluarganya seorang diri.Di saat semua orang lainnya sedang membicarakan kepergian Reina dengan senang, Maxime hanya duduk sendirian dan tidak mau diajak bicara. Auranya yang dingin membuat semua orang merasa enggan mendekatinya.Maxime pergi ke rumah keluarganya dan kembali ke Vila Magenta dengan tergesa-gesa.Hujan yang tebal terlihat di luar Vila Magenta, pemandangannya tampak sangat
Read more
Bab 24
Reina menatap awan putih yang berada di luar jendela pesawat, ingatannya kembali ke masa empat tahun lalu.Waktu itu, Reina benar-benar merasa hatinya hancur. Dia sampai meminta bantuan Revin untuk memalsukan kematiannya dan pergi ke luar negeri. Di sana, Reina melahirkan anak kembarnya secara prematur.Setelah itu, kehidupan Reina berjalan dengan mulus. Sayangnya, pada bulan Maret tahun ini, kesehatan anak bungsunya, Riki Andara, memburuk akibat kelahirannya yang prematur. Tidak hanya itu, Riki juga didiagnosis menderita kanker darah atau yang biasanya kita kenal dengan leukimia.Solusi yang dokter berikan kepada Reina adalah transplantasi sel punca darah dari tali pusat.Selama beberapa bulan terakhir, Reina terus berusaha mendapatkan sperma Maxime.Sayangnya, semua usahanya gagal.Padahal, makin dini transplantasi dilakukan, makin besar peluang Riki untuk sembuh. Pada akhirnya, Reina memutuskan untuk pulang ke Kota Simaliki dan mengambil sperma itu sendiri!Jika bukan karena Riki, R
Read more
Bab 25
"Mama sudah sampai?""Karena aku nggak ada di samping Mama, jangan lupa kalau malam Mama harus minum segelas susu hangat sebelum tidur.""Jangan lupa juga minum vitamin .... Jangan tidur pakai selimut kalau malam, nanti Mama masuk angin ....""Aku sudah menaruh boneka favorit Riki dan aku ke dalam koper Mama. Kalau Mama lagi nggak bisa tidur, boneka-boneka itu bisa menemanimu ...."Anak sulung Reina itu tidak akan berbicara sepatah kata pun jika memang tidak ingin bicara.Namun, begitu bicara, Riko pasti akan mengeluarkan segala omelan dan nasihat yang terlintas dalam benaknya. Entah anak itu meniru siapa.Terkadang, Reina merasa Riko justru lebih tua darinya."Ya, ya, Mama tahu."Setelah mengobrol dengan Riko, Reina akhirnya menutup telepon dengan berat hati.Waktu pertama kali tiba di luar negeri, Reina mengalami gangguan tidur dan makan. Bagaimanapun juga, saat itu dia sedang depresi dan mengalami gangguan pendengaran. Ditambah lagi dia sedang hamil.Setelah anak-anaknya lahir, kond
Read more
Bab 26
Sewaktu masih berada di lantai bawah, Reina melihat ruangan paling mewah yang terletak di lantai atas. Ruangan itu adalah tempat terbaik untuk menonton pelelangan.Kaca yang dirancang khusus diletakkan di bagian luar ruangan itu sehingga orang luar tidak bisa melihat ke dalam, tetapi orang yang berada di dalam bisa melihat ke luar.Reina sengaja memilih tempat duduk yang terlihat jelas dari ruangan itu.Kemudian, Reina menengadahkan kepalanya dengan senatural mungkin.Walaupun hanya kelihatan sekilas, terlihat jelas sorot pandangan Reina tampak biasa saja.Sementara itu, Ekki yang berada di dalam ruangan itu sontak berseru dengan kaget, "Nona Reina!"Maxime menahan diri untuk tidak segera turun menghampiri Reina. Dia memerintahkan Ekki."Berhenti menawar.""Baik."Ekki memerintahkan sekretaris yang berada di lantai bawah untuk berhenti menawar.Awalnya, semua orang yang lain mengira mereka akan menyaksikan adu tawar-menawar hari ini. Tidak disangka Maxime malah menyerah begitu saja.Me
Read more
Bab 27
Reina tidak mau berbasa-basi lagi dengan Maxime, jadi dia menyerahkan selembar cek kepada Maxime."Nih, sudah kubayar. Barangnya kuambil, ya."Maxime memegang cek itu sambil menatap kepergian Reina, lalu memerintahkan tanpa menoleh ke belakang, "Awasi dia."...Di Vila No. 9.Setelah Reina kembali, dia minum anggur sambil berdiri di balkon.Dulu, Reina tidak pernah minum-minum. Namun, sejak pergi ke luar negeri, setiap kali Reina merasa begitu kesepian, dia akan menggunakan alkohol untuk membuat dirinya mati rasa.Kebiasaan buruk Reina ini perlahan-lahan berubah dengan kehadiran Riko dan Riki. Namun, pertemuannya dengan Maxime hari ini membuat Reina kehilangan kendali ....Sebenarnya, Reina juga tidak sepenuhnya bohong tentang lupa ingatan. Semenjak ke luar negeri, Reina benar-benar merasa tersiksa secara fisik maupun batin.Depresi dan kehamilan yang Reina alami membuat ingatannya memburuk, dia bahkan berulang kali melupakan siapa Lyann ....Reina benar-benar menderita selama kurun wa
Read more
Bab 28
Terdengar suara yang manja, tetapi juga lemah dari ujung telepon sana. Seorang anak kecil yang persis dengan Riko sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah yang terlihat pucat. Dia menyapa Reina dengan hangat.Hati Reina terasa tersentuh."Mwah, Riki.""Mama bahkan nggak meneleponku kemarin malam untuk mengucapkan selamat tidur," protes Riki dengan kesal.Dibandingkan dengan Riko si putra sulung yang suka mengomel, Riki si putra bungsu sama seperti anak-anak pada umumnya yang suka bertingkah manja dan kekanak-kanakan. Tentu saja ini hanyalah penilaian Reina."Ya, maaf, Riki, Mama lupa. Jangan marah, ya."Reina memang lebih memperhatikan Riki karena putra bungsunya itu sudah sakit-sakitan sejak kecil. Ditambah lagi, kali ini Riki didiagnosis menderita leukemia."Ya sudah, kali ini kumaafkan," kata Riki."Tapi, lain kali nggak kumaafkan."Semua rasa sedih dan pahit dalam benak Reina langsung hilang dengan tingkah Riki yang manja dan lucu itu. Reina mengangguk-angguk mengerti.
Read more
Bab 29
Tenggorokan Maxime sontak terasa tercekat. Sebersit cahaya aneh berkilat dalam sorot matanya.Namun, Maxime tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengikuti Ekki berjalan keluar.Grup Sunandar sendiri sudah mendengar tentang kedatangan seorang bos besar yang hendak berdonasi untuk membantu Proyek Harapan Grup Sunandar. Proyek itu merupakan kegiatan amal.Para karyawan perusahaan pun saling berdiskusi."Bos besar mana yang mau berdonasi?""Entahlah. Mungkin dia kebanyakan uang sampai nggak tahu lagi mau dihambur-hamburkan dengan cara apa.""Katanya bos ini dari luar negeri ...."Sementara itu, Reina yang duduk di dalam mobil akhirnya tiba di gedung Grup Sunandar.Gedung itu terlihat sangat megah, sepertinya sudah berkembang dengan lebih pesat jika dibandingkan dengan empat tahun lalu. Semua ini pasti karena gaya kepemimpinan Maxime yang tegas, serta fondasi yang kuat dari Keluarga Sunandar ....Akan tetapi, Reina juga tidak berpangku tangan selama empat tahun ini. Dengan bantuan Revin, Rei
Read more
Bab 30
Maxime sudah mencari tahu soal laporan kesehatan Reina, dia tahu wanita itu menderita depresi berat.Maxime juga tahu soal penyakit itu yang dapat menyebabkan daya ingat seseorang menurun, tetapi tidak ada informasi yang mengatakan pasien bisa melupakan seseorang.Maxime dan Reina sudah saling mengenal selama sepuluh tahun lebih.Karena Maxime hanya diam, Reina pun menatapnya sambil bertanya, "Jangan bilang kamu pernah menyakitiku? Kalau nggak, mana mungkin aku nggak ingat padamu?"Pertanyaan Reina itu seperti pisau yang menghujam jantung Maxime."Nona Reina jangan salah sangka, kita 'kan cuma kebetulan bertemu," jawab Maxime dengan dingin.Maxime akhirnya mengerti. Karena Reina ingin berpura-pura, Maxime akan membiarkan wanita itu tetap berpura-pura.Lagi pula, sedari awal Maxime tidak pernah menganggap Reina istrinya.Sebelum pergi, Maxime menyuruh bawahannya untuk menandatangani kontrak kerja sama dengan Reina.Setelah itu, Maxime kembali ke kantor.Di sana, dia mulai merokok lagi.
Read more
PREV
123456
...
52
DMCA.com Protection Status