Semua Bab Ratu Bumi : Kebangkitan Sang Raja: Bab 21 - Bab 30
101 Bab
BAB 20
Aliya menatap Dean bingung.Sorot mata obsidian itu seakan mencari jawaban di wajah tampan Dean. Namun yang ditunggu, tidak keluar dari pria di hadapannya itu.Sementara pikiran Dean berkecamuk. Beberapa dugaan singgah, namun ia berusaha menenangkan pikirannya sementara ini, hingga dugaannya terjawab.Ia menghentikan dan mengosongkan pikirannya, sebelum akhirnya membuka suara. “Al--”“Sebentar,” Aliya memotong cepat. “Apakah… Elang akan mengetahui aku bertemu denganmu?” Ada sedikit nada gelisah dalam suaranya.“Kemungkinan besar, ya,” jawab Dean.Ia mengerutkan kening. “Suamimu pasti mengetahui kau masuk ke dunia sukma dan memanggilku. Kecuali…”“Kecuali apa?” Manik obsidian Aliya lekat pada raut wajah Dean.Dean menggeleng. “Tidak apa-apa.”Namun kemudian pria tampan itu melanjutkan dalam hati, ‘Kecuali kau menutu
Baca selengkapnya
BAB 21
Aliya terbangun, nyaris tersedak. Ia terengah dengan tangan memegang dadanya. Napasnya sedikit tersekat. “Itu.. mimpikah?” gumamnya masih dengan perasaan kaget dan tidak percaya. “Ya-ya. Itu pasti mimpi lagi.” Aliya meyakinkan diri sendiri. “Kalau bukan mimpi, Elang pasti datang padaku atau… ah iya. Itu pasti mimpi.” Beberapa kali wanita itu menarik napas dalam lalu mengembusnya perlahan. Mencoba menenangkan diri dan mengembalikan kesadaran utuh kembali ke tempatnya. Ia lalu melirik jam di dinding dan menghela napas. Ini menjelang sore. Pantas saja ia mimpi aneh. Tidak seharusnya pula ia tidur. Aliya lalu turun dari ranjang besarnya, ia keluar kamar dan menuju kamar sang buah hati, Fayza. Namun ketika ia masuk ke dalam kamar itu, tidak didapatinya putri semata wayang dirinya dan Elang ada di sana. Ia pun memutar tubuh ke bagian belakang rumah lalu samar-samar mendengar suara tawa terkikik khas balita. Ternyata Fayza ada di gazebo pinggir kolam renang, bersama Agung. Tangan ka
Baca selengkapnya
BAB 22
Tidak berbeda dengan Aliya, Dean terbangun mengerjapkan mata. Tepat setelahnya, panggilan landing dan pemberitahuan pramugari untuk penumpang memasang sabuk pengamannya, mengudara. Dean melirik ke jendela berbentuk bulat di sisi kiri. Tidak ada yang bisa ia lihat selain kumpulan awan putih yang tampak terbentang dan menggumpal di sana. Mungkin sedikit warna kebiruan di baliknya, yang menunjukkan pesawat yang ia tumpangi berada di wilayah yang dikelilingi lautan. Tarikan napas dalam dilakukan pria berwajah tampan dengan mata berwarna hazel itu. ‘Karena dalam mimpi itu, aku menciummu!’ Kalimat itu terngiang dan memenuhi rongga kepalanya begitu ia kembali ke dunia raga. Kalimat yang diucapkan oleh Aliya dalam dunia sukma mereka --baru saja. “Just wake up, Sir?” Sebuah suara dengan bahasa Inggris yang diucapkan kaku dan tidak terlalu fasih, terdengar dari sisi kanan seberang Dean. Pria tampan itu menoleh dan melihat seorang wanita muda dengan riasan sedikit tebal, serta kedua alis
Baca selengkapnya
BAB 23
Beberapa hari kemudian yang dilalui dengan tenang, Aliya baru saja pulang dari belanja bulanan dikawal oleh Nawidi langsung. Agni dan Guntur menunggu di rumah Aliya. “Sini Moony, biar gue yang bawa!” seru Agni saat membukakan pintu dan melihat Aliya tengah membawa satu kantong belanjaan. Pemuda itu bergegas menghampiri dan menyambar kantong belanjaan itu dari tangan Aliya. “Masih ada yang lainnya?” tanyanya. Aliya mengangguk. “Tiga kantong di bagasi.” Namun Agni hanya melirik sesaat dan melihat Nawidi mengeluarkan tiga kantong sekaligus dari bagasi lalu membawanya ke dalam rumah tanpa sepatah kata pun. “Udah sama bang Nawi..” cengir Agni. “Bukannya diambil alih,” cetus Aliya. “Yang muda bantu yang lebih tua.” Agni terkekeh. “Gue segen ambilnya dari si abang.” Decakan kecil terdengar dari Aliya, namun wanita muda istri Elang itu pun tidak berkomentar lebih lanjut. Memang tidak bisa disangkal, pembawaan Nawidi membuat teman-teman elemen lainnya sungkan. Nawidi, yang berasal da
Baca selengkapnya
BAB 24
“Biar gue aja Bang, yang cek.” Agni bersiap berdiri. Sesaat setelah Nawidi dan Agni membaui aroma Aliya, Agni menerima laporan dari Agung yang kebetulan tengah berada di wilayah Husein dan menangkap getaran energi halus yang ada di area bandara kota Bandung tersebut. Setelah keduanya membaui aroma khas Aliya yang merebak, Nawidi langsung memerintahkan teman-teman elemen Aliya untuk menyebar di empat titik. Dan laporan dari Agung yang berada di wilayah selatan dari posisi tempat tinggal Aliya-lah yang kemudian merasakan kehadiran getaran energi seorang elemen. Tanpa menunda, Agni menuju motor sport miliknya. Mengenakan sarung tangan dengan cepat dan memasang helm, ia langsung melesat keluar dari pekarangan rumah Aliya. Tidak membutuhkan waktu lama, Agni tiba di tempat Agung berada. Tidak dipungkiri, Agni juga langsung bisa merasakan getaran itu. Karena dirinya seorang yang berada di Level dan Tingkat lebih tinggi dari Agung, tentu saja Agni akan jauh lebih cepat dan lebih merasaka
Baca selengkapnya
BAB 25
Kedua bola mata Agni membesar, ia jelas-jelas terbelalak saat melihat pria yang berdiri di hadapannya --yang menghalangi pukulannya pada pemuda asing itu.“Om!!” Agni langsung menghambur ke depan, memeluk pria bertubuh tinggi itu.“Kang Dean!” Dari kejauhan, Agung yang sejak tadi juga ikut memperhatikan semua kejadian yang berlangsung antara Agni dan pemuda asing itu, segera melajukan motornya mendekat.Meski dalam jarak yang sedikit jauh, Agung jelas merasakan getaran energi seorang elemen Bumi yang sepertinya sengaja dikeluarkan Dean, agar dikenali oleh Agni dan Agung.Meski telah dua tahun berlalu, ia tetap ingat dengan getaran Penjaga Inti Aliya yang satu itu.Bagaimanapun, sebelum berada di bawah didikan Nawidi, Dean adalah orang pertama yang mendidik Agung dan teman-teman elemen lainnya.Motor yang dikendarai Agung telah mencapai tempat Agni, Dean dan pemuda asing itu berada.Setengah melompat, Agung turu
Baca selengkapnya
BAB 26
Dean menghentikan laju motor sport yang ia kendarai dan menepi, ketika tiba di satu daerah di Cianjur. Kaki kirinya menjejak tanah untuk bertumpu, tatkala netra hazel itu memindai bangunan di seberang kanan, lima puluh meter di depannya. Bangunan satu lantai yang cukup tua itu masih berdiri kokoh seperti dalam ingatan masa remajanya. Bibir yang melekuk sensual itu kemudian tersenyum kecil, oleh lintasan masa lalu yang menghangatkan hatinya. Ia berdiam beberapa saat lagi, sebelum akhirnya kembali melajukan motor hitamnya dan memasuki pekarangan bangunan rumah tersebut. Belum sempat Dean mencabut kunci motor, sebuah panggilan pelan menyapa telinganya. “Den… Saif?” Dean menoleh dan mendapati seorang wanita lanjut usia menatapnya tanpa berkedip. “Enin Engkar?” “Ya Allah! Sumuhun kasep! Ieu enin! Ya Allah, ini teh beneran Den Saif?” Wanita sepuh itu mengibaskan tangannya berulang, suatu gestur khas yang menunjukkan betapa senang dan antusias-nya wanita itu melihat Dean. Dean berge
Baca selengkapnya
BAB 27
Elang meluruskan tubuhnya yang semula bersandar pada sandaran sofa. Matanya mengedar menatap pemandangan di bawahnya. Ia berada di satu rumah berlantai dua yang berada di pinggiran kota Trenton, New Jersey. Wajah tampan Elang terlihat datar dan dingin saat pandangannya menyapu ke kumpulan orang-orang yang ramai di bawah sana, karena adanya parade peringatan hari jadi kota itu. Rumah yang ia tempati berada di blok yang bersebelahan dengan blok komersial, sehingga saat terjadi parade seperti ini, orang-orang terlihat ramai --meski tidak berdesakan. Elang menarik napas dan mengembusnya sangat perlahan. Memorinya tengah berputar dan mempertontonkan percakapan dirinya dengan Dean beberapa hari lalu saat bertemu dengan pria Elemen Bumi dan Angin itu di negara tetangga Indonesia. “Ini kalung Aliya yang waktu itu kujanjikan untuk aku bawa kembali,” Dean berujar sembari menyodorkan tangan kanannya yang menggenggam satu kotak perhiasan. “Kalung..” Elang tidak segera mengambil kotak itu da
Baca selengkapnya
BAB 28
Dean meletakkan buku terakhir ke dalam rak lalu menoleh ke arah Guntur dan Iyad. “Terima kasih,” ujarnya sambil tersenyum.Guntur dan Iyad baru selesai membantunya menata kembali kamar lamanya, agar bisa ia tempati kembali. Mereka telah selesai meletakkan ranjang berukuran singel dan lemari pakaian dan satu rak untuk koleksi buku-buku Dean.“Sama-sama, Kang,” Guntur menjawab sambil balas tersenyum. Ia lalu menoleh ke sisi kiri dan melihat Iyad yang terlihat bengong dengan mata tak lepas memandang Dean.“Kamu kenapa Yad?” senggol Guntur, membuyarkan lamunan Iyad.Pemuda Api teman kuliah Aliya itu cengengesan. “Kang Dean tambah ganteng. Senyumnya enak banget dilihat.”Dean terkekeh kecil. “Saya masih normal, Yad,” guraunya sembari memindahkan tas ransel miliknya ke atas meja kerja di sudut kiri.“Ya ampun Kang! Saya ge normal!” Iyad tertawa canggung. Ia menggaruk belakang
Baca selengkapnya
BAB 29
Aliya terkesiap. “Apa Miss Diani juga tahu soal itu?” tanyanya kaget.‘Kagak.’“Tapi kok.. tahu?”‘Gue kagak tau. Tapi denger Miss Aliya kaya bingung dan kedengeran gelisah, gue nebak aja,’ jawab Diani diplomatis.“Oh..” Aliya mengembus napas. “Iya Sis, Sebenarnya aku pernah curiga ada sesuatu yang disembunyiin. Tapi ga ada satu pun yang bicara aneh-aneh. Sampai Agni sempet keceplosan bahwa ada elemen dari luar yang sengaja datang ke sini. Lalu aku akhirnya dapat konfirmasi lebih pasti, dari jawaban Kang Awi.”‘Apa dia bilang?’“Ya, bahwa benar ada elemen dari luar yang nyariin aku.”Tidak ada tanggapan untuk sesaat dari ujung sana. Mungkin Diani tengah berpikir.‘Elang kagak cerita apa-apa ke Miss Aliya?’Aliya mengembus lagi napasnya. “Justru itu. Dia ngga bilang apa-apa, Sis. Entahlah… Elang seperti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status