Semua Bab Ratu Bumi : Kebangkitan Sang Raja: Bab 31 - Bab 40
90 Bab
BAB 30
09.13. Basecamp.Itu adalah hari berikutnya, setelah Aliya mengetahui bahwa Dean terkena pukulan.Aliya melewati pagar kayu yang diselimuti tanaman rambat, langkah kaki sedikit dipercepat hingga sampai di pintu dengan handel berwarna gading.Ia lupa, ini kali ke berapa ia mengunjungi tempat ini. Dan Aliya baru ke tempat ini lagi setelah sekian lama.Aliya menengok ke belakang.Sosok jangkung, dengan badan atletis terbalut kaos ketat lengan panjang warna hitam kian mendekat. Hidung mancung membulat di depan itu memerah.Begitu juga sekitar kedua pipinya. Warna merah jadi dominan dikulitnya yang putih bersih itu.Jelas. Udara dingin cukup berpengaruh bagi pemuda itu. Bibir tipis miliknya pun melengkung, menyunggingkan senyum.“Kok malah bengong di situ, Moony? Buka aja, pasti dah pada nungguin,” ujarnya riang lalu ia melangkah melewati Aliya, tangan kanannya mendorong handel pintu&nbs
Baca selengkapnya
BAB 31
Tanpa bisa dicegah, jantung Aliya berdebar sedikit lebih cepat.Entah mengapa.Masih sering muncul perasaan aneh saat dirinya akan bertemu dengan Dean. Seringkali Aliya menganggap perasaan aneh ini sebagai ‘hutang’ atau ‘rasa bersalah’ nya pada Dean.Terutama lagi, saat ini, hari ini.Setelah sekian lama sejak Dean mengucapkan salam perpisahannya pada Aliya, dua tahun lalu, dirinya kini akan bertemu kembali dengan pria Elemen Bumi dan Angin itu.Aroma segar nan khas itu semakin menguat.Sosok itu semakin mendekat dengan langkah tegas namun tenang.“Aliya,” Suara rendah dan dalam yang berwibawa terdengar menyapa.Aliya mengangkat pandangan, lalu tersenyum. “Dean,” jawabnya.Detak jantungnya berdebar sedikit lebih cepat. Napasnya tersentak dengan kemunculan pria tampan itu di hadapannya.Tidak ada yang berubah. Sekian lama tidak melihatnya, Dean tetap tampak
Baca selengkapnya
BAB 32
“Wooy! Kira-kira lu pada! Jangan diabisin dong!” Agni protes, namun tanpa beralih pandang dari adu energi dengan Terry.Kedua mata Agni tetap mengarah pada wajah Terry.Tapi, ketika ia sadar ia tidak dipedulikan oleh Agung dan Iyad, Agni pun langsung menoleh ke arah duo pelahap lasagna itu.“Woy! Udah dong! Woy!!” Seketika itu juga Agni melepas energinya. Spontan juga Terry melakukan yang sama, karena jika tidak, ia akan terpental oleh energinya sendiri.Alhasil, meja kayu itu juntai.Jatuh menghantam lantai, menimbulkan suara benturan yang cukup keras, terguling, dan serpihan kayu tampak bertebaran di sekeliling meja itu terjatuh.‘Duh! Ampun deh…’ Lagi-lagi Aliya menghela napas melihat kejadian itu.Agni dengan seenaknya melintang di depan Aliya, untuk merampas kotak lasagna yang dipegang Agung di sisi kanan Aliya.
Baca selengkapnya
BAB 33
Dean menatap Aliya dengan sorot kompleks. Wanita muda istri Elang itu mengerjapkan mata dengan gugup lalu bertanya lirih, “Apa… apakah kau juga bisa mendengarkan pikiranku?” Suaranya nyaris tak terdengar saking lirihnya. Tentu saja ia tidak ingin hal ini terdengar Agni dan yang lainnya. Dean tersenyum dan menggeleng. “Tidak. Pikiranmu tidak terdengar olehku.” “Sungguh?” Aliya menatap lekat Dean dan itu membuat pria berwajah blasteran tampan itu menjadi sedikit kikuk. “He-em,” jawab Dean singkat lalu melempar pandangan ke arah lain. “Jangan bohong,” tuding Aliya tidak puas. Ia menangkap gestur kikuk Dean dan berpikir bahwa itu karena Dean menutupi sesuatu. Sungguh Aliya gugup. Jika dirinya benar-benar bisa mendengar pikiran Dean lalu Dean mendengar pikirannya, apa yang harus ia lakukan? Ia hanya tahu bahwa hal semacam ini hanya bisa dilakukan dirinya dengan Elang. Karena mereka berdua terjalin bonding begitu mereka menikah secara sukma waktu dulu. “Aku tidak berbohong, Al.” De
Baca selengkapnya
BAB 34
Agni menaikkan bahunya. “Oke-lah om.” Lalu dengan langkah santai khas-nya, ia mendekati Aliya. “See you soon ya Moony, karena jelas gue yang nongkrongin kamu,” katanya sambil nyengir. “Cheer up selalu. Dan kalo Terry lirik-lirik Moony apalagi macem macem, langsung kasih tau aja ke gue..” imbuhnya lagi. “Ya Agni. Thank you ya. Dan kamu juga jangan gitu-gitu banget sama yang paling kecil. Terry sekarang jadi si bungsu, lho… Harus dijagain ya,” goda Aliya ke Agni. “Yaahh Moony, jangan semena-mena ngangkat orang ga jelas macem Terry jadi bagian kita doong…” Agni merajuk. “Pan bang Water dah nitip dirimu ke gue, Moony. Ga boleh ada yang macem-macem…” “Bukannya tadi ada yang meluk-meluk bininya bang Water deh ya,” sindir Iyad sedikit kencang. Agni mendelik ke Iyad, lalu segera menoleh lagi pada Aliya. “Hehehe… iya Moony, soal tadi… jangan kasih tau si abang ya…” Agni garuk-garuk kepala. “Ga sengaja yang tadi sih..” “Hmmm…..gimana yaa…” Aliya memutar bola matanya dan memajang muka ber
Baca selengkapnya
BAB 35
Dean berdiri di dekat jendela depan. Memandang kepergian Guntur dan Aliya keluar dari halaman depan rumah kemudian menjauh. Beberapa saat tetap berdiri di sana, sebelum akhirnya ia mengerjapkan mata, menunduk dan berbalik.Sedikit terkejut, ketika ia mendapati Agni telah berdiri di belakangnya.Mereka kini berhadapan.“Ya elah Om… sejak kapan lu gak aware ama kemunculan orang di belakang lu? Bahaya noh…” Agni langsung berkomentar.Dean tersenyum datar. “Mungkin saya belum pulih betul.”“Om….” Agni menatap lalu bertanya perlahan, “Are you sure, you’re alrite? (Apa kau yakin kau baik-baik saja?)”“Ya, Agni. Saya baik-baik saja. Tidak ada luka yang terlalu serius. Itu hanya pukulan yang--”“Lu tau bukan itu maksud gue,” sela Agni memotong perkataan Dean. “Gua gak khawatir tentang luka lu, karena gua tau kekuatan lu,” sambung Agn
Baca selengkapnya
BAB 36
Terry kemudian mencoba melakukan penelusuran dan koneksi terhadap sumber aroma itu, yang kemudian membawa dirinya ditemukan dan didatangi oleh sang Api, Radinka Agni.Salah satu Penjaga Inti Ratu Bumi, pria Api kuat yang paling tidak tahan melihat seseorang mencoba mengganggu atau mendekati Ratu Bumi.Keberuntungan lainnya yang terbungkus kesialan, pikir Terry kala itu.Pertarungan antara dirinya dan Agni tentu saja terjadi saat itu, serta ia mendapatkan dua pukulan dari Agni. Sebelum pertarungan itu benar-benar menghasilkan luka serius pada dirinya, Dean datang melerai.Dean akhirnya membawa Terry ke basecamp para Penjaga Ratu Bumi itu.Dan ia pun luar biasa berbangga hati, karena mendengar bahwa Ratu Bumi --Aliya, ‘mengundang’ dirinya secara langsung untuk bergabung dalam tim. Hal itu dibuktikan dengan Terry yang mampu mencium aroma Aliya yang merebak, tepat di saat kedatangan Terry di Bandung.Meskipun Agni satu-
Baca selengkapnya
BAB 37
Dean menghela napas. Kini wajah tampannya yang terhias jambang yang tampak menyatu dengan bulu-bulu halus tipisnya di garis dagu, terlihat dingin.Tatapan matanya sangat tajam saat ia berdiri tegap di atas sebuah bukit di tenggara kota itu.Pandangannya turun mengarah pada hutan pinus beberapa ratus meter di hadapannya. Hutan kecil yang berada di bawah kaki bukit tempat Dean berdiri itu tampak tenang.Sementara Agung yang berada sekitar 300 meter di belakang dari lokasi Dean, telah siap dan siaga. Ia mengalirkan perlahan energi di tubuhnya ke kedua lengan dan kakinya.‘Mereka datang, kang,’ bisik Agung. Dirinya yang seorang bumi telah mendeteksi getaran tak normal yang semakin mendekat.Tidak lama angin yang semula terasa cukup kencang, tiba-tiba seperti menghilang tanpa jejak. Tidak tampak lagi daun-daun yang beterbangan di sekitar. Seolah-olah tiupan angin menghindar dan melewati area sekitar hutan pinus tersebut.Lambat laun u
Baca selengkapnya
BAB 38
Ketika kepulan debu tanah mereda, tampak kedua laki-laki paruh baya yang masih berdiri namun terengah-engah.Kaos mereka robek di beberapa bagian dengan bekas serupa percikan-percikan api. Meski percikan tersebut langsung bisa mereka padamkan, keringat keduanya mengalir deras.Sementara Agni masih berdiri tegak tanpa jejak lelah berlebihan, meski raut wajahnya tampak memerah marah, seperti ingin memakan hidup-hidup lawan di hadapannya.“Siapapun yang berpikir sesuatu tentang Ratu kami, pantas mati!!” seru Agni tertahan kemudian dia menghentakkan kedua tangannya ke bawah dengan kumpulan energi jauh lebih besar dari kelima pukulan sebelumnya.Agni kemudian melepaskan pukulan tersebut ke arah kedua penyusup paruh baya itu.“Onu!!” Kali ini pemuda penyusup yang berusia 26 tahunan itu berseru lalu bergegas menghampiri kedua laki-laki paruh baya yang di ambang pukulan maut Agni.Pemuda berambut emas itu lalu mengeluarkan en
Baca selengkapnya
BAB 39
Kemudian kelebatan dua sosok tersebut telah berubah, berganti menjadi bola api besar yang membungkus mereka.‘Ini pertarungan dua api yang super keren!’ Iyad menatap penuh takjub kedahsyatan gelombang energi yang terasa dari tempat ia berdiri.Meskipun ini bukan pertama kali Iyad melihat pertempuran Agni, namun ia tetap terkagum. Siapa menyangka, pemuda yang biasa bertingkah tengil dan sembrono itu, kian hari kian bertambah kuat.Dirinya juga seorang api, meskipun usia Iyad lebih tua dari Agni, namun secara kekuatan dan keterampilan, ia masih jauh di bawah Agni.Agni memang pantas menjadi Penjaga Inti bagi Ratu Bumi mereka.Api yang membara. Siapapun seharusnya menyesal telah bermain-main dengannya.Terutama jika menyinggung tentang Ratu mereka. Agni-lah elemen yang paling cepat tersulut ketika musuh mengincar dan mengganggu ketenangan Ratu mereka.Ketika Agni mengerahkan energi tempurnya dengan serius, Agni tampa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status