All Chapters of Penghangat Ranjang Tuan CEO: Chapter 31 - Chapter 40
283 Chapters
Ayah yang Egois
“Papa tidak peduli. Lagipula sekarang Kiran sudah tidak memiliki skandal apapun. Dan keputusan Papa ini sudah tidak bisa diganggu gugat! Sudahlah. Papa mau mandi!” Leuwis bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Bianca yang terbengong menatap punggungnya yang mulai menaiki tangga.Dengan wajah gelisah, Bianca menoleh ke arah Jessica yang duduk santai sambil menonton televisi.“Ma! Mama dengar apa yang Papa katakan tadi, ‘kan? Papa mau menjodohkan Mahesa dengan Kiran. Kenapa Mama diam saja? Cegah Papa, Ma!” Bianca menggoyang-goyangkan lengan ibunya. Tetapi Jessica menggeleng.“Kenapa Mama harus mencegahnya? Biarkan saja Papamu melakukan apa yang dia mau. Mau dia menjodohkan Mahesa dengan Kiran, dengan artis lain pun Mama tidak akan peduli.”
Read more
Merasa Mual
Athalia terbangun saat merasa kepalanya begitu pusing. Perlahan ia membuka kelopak matanya, mengedarkan ke sekeliling, kemudian memejamkannya lagi rapat-rapat saat pusing di kepalanya makin menjadi. Ditambah lagi rasa mual seperti mendorong sesuatu dari perutnya untuk keluar.“Aduh, badanku juga rasanya pegal sekali. Mungkin karena semalaman Mahesa menyentuhku berkali-kali,” gumamnya sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Mahesa.“Eenghh … “ namun tangan lelaki itu malah menariknya dan memeluknya makin erat. Mahesa menenggelamkan wajah Athalia ke dadanya, hingga Athalia menghembuskan napas pelan. Bagaimana bisa ia ke kamar mandi sementara lelaki itu menahannya seperti ini?“Mahesa,” bisik Athalia.
Read more
Lagi-lagi Cemburu
Akan tetapi, sepertinya Athalia tetap bersikukuh ingin berangkat ke kantor. Pernah sendirian di apartmen dan nyaris mendapat perlakuan yang tidak baik dari Ayaz, membuat Athalia menjadi sangat waspada.Melihat mata Athalia yang mengerjap memohon padanya, akhirnya pertahanan Mahesa pun runtuh. Lelaki itu membuang napas kasar, sebelum kemudian menganggukan kepala.“Ya sudah. Kau boleh masuk kantor hari ini. Tapi ingat, jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu padamu! Kau mengerti?” Mahesa mengacungkan telunjuknya di depan wajah Athalia.“Baik, aku mengerti.” Athalia mengangguk senang dengan senyum yang mengembang di bibirnya.*** “Apa masih banyak laporan yang harus kutanda tangani?” Ma
Read more
Perjodohan
“Tuan Gwen. Perkenalkan! Ini putraku, Mahesa.” saat Mahesa datang, Leuwis langsung berdiri dari duduknya dan merangkulnya. Bibirnya menyunggingkan senyum pada lelaki paruh baya yang dia panggil dengan sebutan Tuan Gwen.“Oh, jadi ini putramu, Leuwis. Ternyata dia sangat tampan. Kurasa, dia memang cocok untuk menjadi pasangannya Kiran,” ucap Tuan Gwen sambil ikut berdiri, Kiran yang semula duduk pun, kini berdiri di samping ayahnya dan tersenyum pada Mahesa.Dalam hatinya, Kiran merasa takjub. Ia tidak menyangka jika putra dari teman ayahnya itu sangat tampan dan berkarisma.“Haha … kau jangan menyanjungku seperti itu, Tuan Gwen. Kiran juga cantik. Mereka pasti akan menjadi pasangan  yang cocok,” balas Leuwis sambil tertawa.
Read more
Karena Pengorbanan
Begitu lampu menyala, Mahesa melihat Athalia telah tidur miring di atas sofa panjang yang ada di ruang tengah. Ternyata wanita itu menungguinya pulang.“Athalia?”Mahesa menghampiri sofa tempat dimana tubuh Athalia terbaring. Menunduk di sampingnya dan menyibak rambut yang menghalangi wajah cantik Athalia. Melihat Athalia yang begitu tenang dalam tidurnya, membuat Mahesa tak kuasa untuk menarik kedua ujung bibirnya, melengkungkan senyum manis. "Bukankah sudah kubilang jangan menungguiku pulang. Tapi kau sangat keras kepala," gumam Mahesa. Tapi tangannya menyusup ke bawah tubuh Athalia, lalu mengangkatnya ke dalam gendongan. Sebelum kemudian kakinya menapaki tangga sambil menggendong Athalia. 
Read more
Ayah tak Bertanggung Jawab
"Dengar, Athalia. Sampai kapanpun aku masih ayahmu. Dan tidak ada satu pun yang bisa mengubah hal itu. Tega sekali kalian mencampakkan Ayah, meninggalkan Ayah sendirian di dalam kontrakan kumuh itu. Ayah kebingungan mencari keberadaan kalian. Untung saja Ayah mendapat informasi dari temanmu kalau kalian pindah ke sini."Athalia memutar bola matanya jengah mendengar penuturan Baron. Tingkah lelaki paruh baya itu memang selalu membuat Athalia sebal. Sebab yang Baron lakukan hanya membuat ibu dan adiknya susah. Tak pernah sekalipun Baron bersikap tanggung jawab selayaknya seorang Ayah. "Katanya ...  sekarang Yasna sudah sembuh? Benarkah? Kalian dapat uang darimana sampai bisa membayar biaya transplantasinya? Hmm? Mengapa tidak memberitahukannya pada Ayah? Ayah adalah ayah biologisnya Yasna, Ayah juga berhak tahu darimana uang itu didapat?" pertanyaan Ba
Read more
Jangan Sentuh Barang Milikku!
Karena merasa lelah, Athalia hanya menatap makanan itu dan beranjak ke kamarnya dengan Mahesa. Saat membuka pintu kamar pun, lelaki itu tidak ada di sana. Athalia celingukan mencari Mahesa di balkon, tetapi hanya ada kursi dan meja kosong di sana. "Apa mungkin Mahesa sedang mandi?" gumamnya bertanya-tanya. Athalia menempelkan telinga kanannya ke daun pintu, lalu suara gemercik air terdengar dari dalam."Jadi dia memang sedang mandi," ucapnya lega. Setelah itu, Athalia melepaskan tas slempangnya dan menaruhnya di atas nakas. "Hahh ...  Malam ini betul-betul sangat melelahkan. Kenapa Ayah harus datang lagi menemui kami. Semoga saja dia tidak akan m
Read more
Athalia Sakit
Athalia perlahan membuka matanya, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tidak. Saat ini Athalia tidak sedang berada di dalam kamar mandi tempat dimana sebelumnya dirinya tak sadarkan diri, melainkan Athalia sudah berada di dalam kamar Mahesa. Bahkan Athalia pun  tidur nyaman di atas ranjang besar itu. "Siapa yang menggendongku ke sini? Apakah Mahesa yang melakukannya?" Athalia terkejut, mengubah posisinya menjadi duduk. Tapi kemudian ia membuang napas pelan saat menyadari bahwa pertanyaannya amat konyol. Tentu saja Mahesa yang sudah menggendongnya ke kamar. Sebab di dalam apartmen itu tidak ada lelaki selain Mahesa yang memiliki tenaga cukup untuk membopong tubuh Athalia.  Athalia meraba perutnya, ia baru menyadari bahwa bathrobe
Read more
Mendiamkan Athalia
 Perjalanan pulang dari kantor menuju ke apartmen, Athalia merasa gelisah duduk di samping Mahesa. Pasalnya, sampai detik ini pun lelaki itu masih marah padanya. "Oh iya, pelayanmu bilang, katanya persediaan apel sudah mau habis di kulkas. Nanti kau akan belanja buah apel di mana? Di toko buah, atau di supermarket?" tanya Athalia, yang sebenarnya hanya ingin memancing Mahesa untuk bicara. Tapi sayangnya lelaki itu tetap diam, tidak menggubris Athalia sama sekali. Matanya tetap lurus ke depan, dimana jalanan terhampar di sana. Diamnya Mahesa membuat Athalia menggigit pelan bibir bawahnya. "Mahesa masih marah. Sampai sekarang dia masih mengabaikanku. Sebesar itukah kesalahan yang kulakukan, sa
Read more
Obat-obatan
"Mahesa! Jangan!" karena Athalia tahu dosis obat tidur yang hendak Mahesa minum lebih dari dosis kewajaran, maka Athalia berteriak dan mendorong tangan Mahesa hingga obat itu berakhir berhamburan di lantai. "Athalia! Kau ini kenapa?!" sentak Mahesa marah. Matanya berkilat menatap tajam ke arah Athalia."Kau akan meminum obat tidur dengan jumlah yang melebihi dosis? Apa kau sudah gila, Mahesa? Bagaimana jika kau mati?!" karena ketakutannya, Athalia balas membentak Mahesa.Athalia bukan takut akan dimarahi oleh lelaki itu. Tetapi Athalia lebih takut jika Mahesa sampai overdosis obat-obatan."Bukan urusanmu! Lagipula jika pun aku mati, tidak akan ada satu orang pun yang peduli!""Kau salah! Tentu saja ada orang yang sangat
Read more
PREV
123456
...
29
DMCA.com Protection Status