All Chapters of Perjalanan Waktu Menjadi Menantu Terhebat: Chapter 11 - Chapter 20
39 Chapters
Dipandang Remeh oleh Satpam-Satpam
“Ya, boleh. Menjadi bodyguard sepertinya lebih menantang bagiku. Sekali lagi terima kasih, ya,” jawab Adit. “Sama-sama. Tapi untuk bisa menjadi bodyguard-ku, kamu harus menjalani tes dulu di kantorku. Bisa sih aku bicara dengannya nanti. Aku minta dia meloloskanmu kalaupun kamu tidak lolos tes fisik dan tes-tes lainnya.” Adit tersenyum miring. Dia tak perlu bantuan apa pun untuk lolos tes fisik dan tes-tes lainnya. Terlebih lagi saat ini dia menguasai pencak silat. Itu pastilah sebuah nilai lebih baginya. “Tak usah repot-repot, Brenda. Aku berusaha dengan kemampuanku sendiri saja. Paling aku minta tolong diberitahu saja apa-apa yang harus kusiapkan dan kubawa untuk mengikuti tes-tes nanti,” kata Adit. “Soal itu, kamu tenang saja. Nanti aku jelaskan semuanya lewat chat, ya. Oke?” “Oke.” Mereka masih bercakap-cakap beberapa menit lagi, tapi bahasan soal pekerjaan berakhir di situ. Setelah memasukkan kembali ponselnya ke saku celana, Adit menghela napas lega, tersenyum lebar. Syar
Read more
Lolos dengan Hasil Meyakinkan, Tapi...
Hilman mengatakan dua kalimat terakhirnya itu dengan nada tinggi, hampir-hampir berteriak. Senyum mencemooh kembali ditunjukkan satpam-satpam di belakang Hilman itu. Adit menghela napas. Lagi-lagi dia harus berhadapan dengan orang-orang menyebalkan. “Kamu menantangku, hah? Apa maksud helaan napasmu barusan?!” Hilman mendekatkan wajahnya ke wajah Adit. Dengan jarak sedekat ini, semakin sulit bagi Adit untuk tak terganggu dengan bau tak sedap dari tubuh Hilman itu. “Saya belum menjalani tes sama sekali, Pak. Bagaimana kalau Pak Hilman menilai saya setelah saya menjalani tes-tes itu?” kata Adit. “Hoo, berani juga kamu menantangku. Oke. Kita lihat nanti hasil tesmu seperti apa. Sekarang buka bajumu!” “Eh? Buka baju?” “Iya, buka baju! Cepat lakukan! Itu bagian dari tes!” Tentu saja itu bohong. Di antara rentetan tes untuk menjadi seorang satpam saja seseorang tak pernah diminta buka baju. Adapun Hilman melakukan itu untuk mempermalukan Adit. Dari pengamatannya tadi, tubuh Adit bias
Read more
Ujian Pertama Sebagai Bodyguard
Satpam-satpam itu mengangkat pentungan dan mengayunkannya ke arah Adit. Mereka yakin sekali bisa memojokkan Adit dan menghajarnya hingga babak belur. Tapi apa yang kemudian terjadi? Keempat satpam itu tiba-tiba terkapar memegangi perut mereka, mengerang kesakitan. Rendi ternganga. Dia tak tahu kalau Adit baru saja memukul perut keempat satpam itu sekuat tenaga. Gerakannya begitu cepat sampai-sampai Rendi tak bisa meilhatnya. “Sekarang bagaimana? Masih mau cari masalah denganku?” tanya Adit. Rendi menatapnya dengan bengis. Mukanya memerah. Amarah yang busuk telah menguasainya. “Bangsat! Aku habisi kau!!” teriaknya sambil menerjang Adit, mengayunkan pentungannya ke kepala Adit. Mengingat badan Rendi yang tinggi besar, hantaman pentungannya itu bisa saja membuat tulang Adit retak jika mengenai sasaran. Tapi sayangnya, itu tak terjadi. Adit menahan pentungan tersebut, memeganginya kuat-kuat sampai-sampai Rendi tak bisa menariknya. Mata Rendi semakin membulat, tapi kini dia terlih
Read more
Sandiwara dan Provokasi
Adit memegangi tangan Tommy dengan begitu keras sampai-sampai pria tinggi-besar itu meringis kesakitan. Apa yang dilakukannya ini membuat Brenda terbelalak."Sialan! Lepaskan tanganku!" Hardik Tommy, berusaha menonjok Tommy dengan tangannya yang satu lagi.Tapi Adit dengan mudah menghindar. Selanjutnya dia pelintir tangan Tommy yang dipegangnya itu hingga pria itu terjengkang.Bunyi gedebuk yang keras terdengar, diikuti bunyi erangan dari Tommy.Di titik ini, Brenda berdiri dan memundurkan kursi. Dia menatap Tommy cemas. Ini membuat Adit bingung."Kamu baik-baik saja, Tommy?" tanya Brenda sambil memutari meja kerjanya, menghampiri Tommy.Tommy mengangguk meski tampak kesakitan. Dia mencoba bangkit terduduk, tapi malah meringis dan memegangi pinggangnya.Bantingan Adit barusan memang lumayan keras. Benar-benar di luar ekpektasinya.Adit yang masih berdiri itu menatap bingung kepada Brenda yang tiba-tiba menunjukkan perhatiannya pada Tommy.Bukankah tadi ajakan Tommy ditolak mentah-ment
Read more
Dikeroyok di Toilet
Adit menahan diri untuk tidak menghajar Bram. Bagaimanapun saat ini dia berada di antara banyak orang.Dan sebagai seorang bodyguard yang sedang menjalankan tugas, dia harus bersikap profesional.“Kamu keterlaluan, Bram! Aku tahu kamu kesal karena aku tiba-tiba mengganti Tommy dengan dia, tapi kamu tak perlu sampai berbuat sejauh ini. Lagi pula, sebagai CEO, aku berhak menentukan siapa orang yang menjadi bodyguard-ku. Ingat itu!” cerocos Brenda.Bram melirik Brenda sekilas. Memang benar, dia tak terima Tommy tiba-tiba saja diganti oleh pria yang sama sekali tak dikenalnya ini. Dan kalau saja dia bisa, dia ingin meludahi si bodyguard baru ini di situ.Ada alasan personal di balik sikap penolakannya yang berlebihan ini. Bram sudah sedari lama menyukai Brenda. Dia tak suka melihat ada pria asing berada di dekat sang CEO Galaxio Group.Dengan sorot mata yang dingin, Bram berjalan ke belakang Adit, menaruh tangan kirinya di bahu kiri Adit.Dia condongkan tubuhnya, dia dekatkan mulutnya ke
Read more
Auman Singa Jantan
Hardikan Adit membuat lima orang yang mengeroyoknya itu terdiam sesaat. Bagi mereka, hardikan Adit barusan seperti auman singa jantan yang marah. Adit memanfaatkan momen ini untuk membalikkan keadaan. Dia menyerang dua dari para pengeroyoknya itu sebelum orang-orang itu sempat bergerak."Argh...""Ugh..."Adit hanya memberikan satu pukulan dan satu tendangan, tapi dua orang itu mengaduh kesakitan dan ambruk. Pupil Adit membesar. Dia bertanya-tanya apakah semakin lama dia semakin kuat. "Kurang ajar! Mati kamu!!"Satu dari tiga pria yang masih berdiri berteriak kembali memukulkan lagi asbak kayu jati ke punggung Adit. Kali ini Adit bergerak cepat. Ditangkisnya tangan orang itu hingga asbak kayu itu terpental. Serangan berikutnya datang dari dua orang lagi, tapi Adit menghajar mereka di muka sampai-sampai mereka terjengkang. Tinggal satu orang lagi saja yang masih berdiri. Adit menggertaknya dengan menggeram dan bertingkah seolah-olah akan menyerang. Itu saja sudah cukup untuk me
Read more
Argh... Tanganku!!
Adit membentak si pria berambut klimis sambil memelototinya.Sesaat, pria itu mematung dengan mata terbelalak dan mulu ternganga. Dia bahkan tak bisa menggerakkan lidahnya.“Hanya lelaki pengecut yang menampar wanita!” kata Adit kemudian, melepaskan tangan pria itu sambil mengibaskannya.Si pria sempat terhuyung-huyung. Setelah kembali berdiri tegak, dia menatap Adit dengan penuh kebencian.“Siapa orang ini, Amel? Jangan bilang dia klienmu!” kata si pria sambil menatap si wanita yang ditamparnya tadi.Wanita bernama Amel itu mengangguk, berkata, “Pak Tony berniat membeli rumah ini, Pak Guntur.”“Hah? Dia mau membeli rumah ini? Jangan bercanda kamu, Amel! Kamu tahu sendiri kan semahal apa rumah ini. Dari penampilannya saja aku bisa tahu kalau orang ini tidak berasal dari keluarga kaya. Dia mau bayar dengan apa, hah? Mau jual ginjal gitu?” cemooh Guntur.Adit memicingkan mata. Tadinya dia tak berniat melakukan apa pun ke Guntur, tapi kini dia berubah pikiran.Orang sok tahu sepertinya i
Read more
Upaya Membalas Dendam
Adit berada di dalam taksi yang melaju cepat ke rumah.Dia mengaktifkan sistem canggihnya sejak lima menitan yang lalu.Layar hologram itu muncul di hadapannya. Tentu saja si sopir taksi tak melihatnya.Yang dilakukan Adit sedari tadi adalah mencari-cari fitur yang mungkin bisa digunakannya saat ini untuk membuatnya tiba di rumah lebih cepat.Kotak demi kotak fitur dia buka, tapi belum juga dia menemukannya.Masalahnya adalah, kekuatan yang dimilikinya saat ini jadi tak berguna jika Adit berada jauh dari orang-orang yang harus dihadapinya.Adit menyadari kalau si sopir taksi berulang kali meliriknya dengan ujung matanya, memberinya tatapan aneh.Tapi Adit tak peduli. Saat ini yang dia pikirkan adalah bagaimana agar dia bisa menyelamatkan Diana dan Julia dari ancaman preman-preman itu.‘Sialan orang itu! Setelah aku menghajarnya kemarin itu, dia masih belum kapok juga. Lihat saja, kali ini akan kupatahkan tangannya!’ pikir Adit.…Di rumah, Julia berjalan mondar-mandir seperti setrikaa
Read more
Kau Siap Mati Di Sini?
Melihat Adit berjalan ke arahnya dengan muka garang, si Bang mendadak ketakutan.Baginya ini sungguh memalukan. Dia bahkan kesulitan menggerakkan tangan dan kakinya.“Sialan lu!!!” teriaknya kemudian, mencoba mengusir rasa takutnya itu.Dan dia berhasil. Kini dia kembali bisa mengerakkan tangan dan kakinya. Dan yang dilakukannya adalah menarik pelatuk tiga kali.Dor! Dor! Dor!Tiga tembakan yang diarahkannya tepat ke dada Adit.Tapi apa yang terjadi?Adit menghilang. Tiba-tiba saja dia menghilang dari pandangan si Bang.“Kau mencariku?”Suara Adit terdengar di belakangnya. Dan saat si Bang menoleh, dia mendapati Adit berdiri persis di belakangnya, menatapnya dengan dingin.Belum sempat dia mengatakan apa pun, Adit langsung memegang bahu kanannya dan menarik tangan kanannya ke belakang kuat sekali.Krakkk!“Arrrrghhhh! Tangan gua!!!” teriak si Bang.Adit baru saja menggoyahkan sendi yang menghubungkan bahu dan tangan kanan si Bang. Kini tangan pria itu terkulai lemas. Tak ada tanda-tan
Read more
Keputusan Jordi, Rumah Baru untuk Julia
Adit tak juga menemukan fitur yang bisa digunakannya untuk membantunya keluar dari situasinya ini. Satu-satunya opsi yang tersedia baginya adalah menggunakan kecepatan supernya. Namun, dia tak tahu, akankah dia cukup cepat untuk menghindari semua peluru yang ditembakkan Jordi dan orang-orangnya ini. Tiba-tiba saja, Jordi tertawa. Dia tertawa lepas sambil menurunkan tangannya yang memegang pistol. Satu per satu, pengawal-pengawalnya itu pun melakukan hal yang sama. Adit mengernyitkan kening, tak mengerti apa yang sedang terjadi. "Aku hanya bercanda, Adit Winarta. Aku tak mungkin menghabisi orang sepertimu. "Kalaupun saat ini kau tak tertarik untuk bergabung dengan Naga Hitam, suatu hari mungkin kau akan tertarik. "Menunggu kau bergabung masih lebih baik daripada menghabisimu di sini." Itulah yang dikatakan Jordi. Bos Naga Hitam itu kini tersenyum lebar. Dia tak lagi terlihat berbahaya. "Oke. Sampai di sini saja dulu perjumpaan kita. Lain kali saat kita berjumpa lagi, aku harap
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status