Terlempar ke masa lalu, Alvin Sanders terbangun di tubuh Adit Winarta, seorang pria pecundang yang telah menganggur selama dua tahun dan hidup menumpang di rumah mertuanya. Adit Winarta hidup merana dan tak berdaya, tapi semua itu berubah setelah Alvin Sanders mengaktifkan sistem canggih yang dibawanya dari masa depan dan menghubungkan sistem tersebut ke tubuh Adit Winarta. Boom! Adit Winarta seketika menjadi orang terkaya di Kota Parsha! Dia bungkam orang-orang yang selama ini mencemoohnya dan mencoba memisahkannya dari istrinya! [Baca juga novelku yang lain: Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang] [Follow IG-ku: @lordkira_mrk]
View MoreâAdit, kamu masih belum juga mencuci mobil? Apa saja yang kamu lakukan dari tadi? Dasar menantu tak berguna!â
Hardikan ibu mertuanya itu mengagetkan Adit Winarta yang sedang bermeditasi.
Adit berdecak kesal. Beberapa detik lagi saja dia bermeditasi, dia sudah bisa mengaktifkan kembali sistem canggih yang terintegrasi ke otaknya.
Dengan begitu dia akan bisa menghubungkan sistem tersebut ke tubuh barunya ini.
Adit membuka matanya. Dia mendapati Julia, ibu mertuanya itu, baru saja memasuki kamarnya dan kini menatapnya dengan mata melotot.
âCepat cuci mobil! Diana mau berangkat setengah jam lagi!â kata Julia. Diana adalah istrinya Adit, anak semata wayangnya Julia.
Menghela napas, Adit beranjak dari kasur dan berdiri, berjalan ke arah pintu.
âDasar sampah kau ini, Adit! Setiap hari kerjamu hanya di rumah dan menghabiskan makanan saja. Menyesal aku membiarkanmu menikah dengan putriku! Harusnya orang secantik dia menikah dengan pria kaya-raya seperti Erkan, bukannya pria miskin tak berguna sepertimu!â
Adit yang baru saja akan keluar dari kamarnya itu berhenti sebentar, menoleh dan melirik Julia dengan dingin.
Erkan adalah CEO Bright Star Company, putra tunggal dari salah satu orang terkaya di Kota Parsha. Pria hidung belang itu telah mengincar Diana dari sejak istrinya Adit itu masih kuliah.
âMulai hari ini aku akan cari kerja lagi,â ucap Adit, ketus.
âOh, ya? Oke. Kita lihat nanti, apa kamu cuma membual atau memang sudah mulai waras. Sudah ada dua tahun kamu menganggur. Kalau bulan ini kamu tak dapat kerja juga, kamu harus menceraikan Diana! Aku tak mau tahu!â semprot Julia.
Adit menghela napas lagi. Ibu mertuanya ini memang telah berkali-kali memintanya bercerai dengan Diana sejak dia menganggur dua tahun lalu gara-gara pandemi. Tapi, entah karena alasan apa, Diana tak pernah mau bercerai dengan Adit.
Adit dan Diana sendiri menikah tiga tahun yang lalu. Ketika itu pernikahan mereka ditentang oleh hampir semua anggota keluarga besarnya Diana, Keluarga Purwatama.
Adit memang hanya pria biasa dari kalangan biasa, sedangkan saat itu ada banyak pria kaya-raya yang berminat meminang Diana, seperti Erkan.
Keluarga Purwatama sendiri adalah salah satu keluarga yang cukup disegani di kota itu, sehingga menikahnya Adit dengan Diana bagaikan aib buat mereka.
Akibatnya, sejak pernikahan yang menghebohkan itu, Julia dan Diana dikucilkan dan dicemooh oleh Keluarga Purwatama. Tak tahan, mereka pun akhirnya pindah ke rumah mereka yang kecil ini, meninggalkan semua kemewahan yang mereka miliki.
âOke, Ma. Bulan ini aku akan dapat kerja,â kata Adit, lalu melengos pergi, menuju garasi di sebelah kanan rumah. Tanpa banyak bicara, dia mulai mencuci mobil yang akan digunakan istrinya.
Sebenarnya, Adit Winarta bukanlah namanya. Itu adalah nama orang yang saat ini tubuhnya diambil alih olehnya.
Namanya yang sebenarnya adalah Alvin Sanders. Dia berasal dari ratusan tahun di masa depan.
Di masa hidupnya Alvin Sanders, kecerdasan buatan sudah berkembang begitu pesatnya sehingga ada teknologi yang memungkinkan sebuah sistem canggih diintegrasikan ke otak seseorang.
Teknologi tersebut diadopsi oleh pemerintah dan diam-diam, secara acak, diterapkan ke warganya lewat suntikan vaksin palsu dengan dalih meningkatkan imunitas dan melawan virus.
Segelintir orang yang disuntik itu menjadi manusia super dalam arti kecerdasannya atau kekuatan fisiknya meningkat drastis, melampaui apa yang terpikirkan.
Sayangnya, kebanyakan tak seberuntung itu; mereka jadi sakit-sakitan dan kondisinya terus memburuk hingga akhirnya mati, termasuk Alvin.
Namun, sesaat sebelum dia menemui ajalnya, sebuah layar hologram tiba-tiba muncul di hadapannya, dan di situ tertulis pertanyaan apakah dia ingin mencoba mengulangi semuanya dari awal.
Alvin menjawab pertanyaan itu dengan berkata âYaâ di dalam hati, dan begitulah ketika dia terbangun dia mendapati dirinya berada di tubuh pria bernama Adit Winarta ini.
Tadi sambil bermeditasi, Alvin mencoba mengakses ingatan Adit Winarta semampu yang dia bisa.
âAdit, kau bisa mencuci mobilku lebih cepat? Aku sedang buru-buru,â kata Diana.
Istrinya Adit itu baru saja keluar dari rumah dan kini menatapnya.
Dengan setelan rok pendek di atas lutut yang dipadukan dengan blazer ketat yang warnanya sama, wanita itu tampak elegan.
Dengan wajahnya yang cantik itu, orang bisa mengira dia adalah aktris atau model papan atas.
Memang sungguh disayangkan wanita cantik seperti dia punya suami pengangguran seperti Adit.
Adit baru saja akan menjawab ketika tiba-tiba dua pria bermuka sangar muncul di depan pagar rumah.
Trang! Trang!
Salah satu pria itu, yang perutnya buncit dan kepalanya botak, baru saja memukul-mukulkan tongkat berukiran naga ke pagar rumah.
Adit menatap mereka dengan kesal. Dia tahu, dua orang ini datang untuk menagih cicilan utang sekaligus menebarkan teror.
Sementara Adit mencuci tangan dan berdiri, Diana cepat-cepat masuk ke rumah, mungkin memberitahu Julia soal kedatangan dua pria sangar itu.
âHeh, Menantu Sampah, mana ibu mertuamu? Suruh dia keluar! Cepat!â bentak Joni, si pria yang buncit dan botak, memandang rendah kepada Adit.
Joni adalah rentenir yang punya kuasa cukup besar di kawasan tempat Adit dan keluarganya tinggal.
Dia bisa sekurang ajar itu pada Adit sebab biasanya Adit akan langsung melipir memberitahu Julia setiap kali dia datang ditemani pengawalnya.
Tahun lalu, Juia nekat meminjam dua ratus juta kepada Joni dan menggunakan uang itu untuk membeli mobil. Tapi, di tiga bulan terakhir, dia belum bisa lanjut membayar cicilan.
Ini adalah kali kesebelas Joni dan pengawalnya itu datang dengan gestur intimidatif.
âHeh, Bos Joni bertanya padamu! Cepat jawab! Malah bengong kayak orang bego! Apa selain miskin kamu sekarang bisu juga, hah?!â kata pengawalnya Joni yang berambut gondrong.
Adit berdecak. Lama-lama dia jengah juga dengan tingkah mereka berdua.
Kalau saja sistem canggih itu telah terintegrasi ke tubuh barunya ini, mungkin dia bisa melakukan sesuatu terhadap Joni dan pengawalnya.
Dan mungkin saja, dia pun bisa melakukan sesuatu terhadap sisa utangnya Julia.
âAda apa ini? Kenapa ribut-ribut?â
Julia akhirnya keluar, diikuti Diana di belakangnya.
âHeh, Julia, kapan kamu akan mulai membayar lagi cicilan utangmu lagi? Kalau kamu tak punya lagi uang untuk membayar cicilan, mobilmu ini akan kuambil sebagai jaminan!â gertak Joni, menunjuk mobil yang sedang dicuci Adit.
Mata Julia membulat. Mobil itu adalah satu-satunya kendaraan yang mereka miliki. Diana menggunakan mobil itu untuk menuju ke kantornya di pusat kota.
âTolong jangan, Pak Joni! Tolong jangan ambil mobil ini! Kalau mobil ini diambil, justru aku tak akan bisa lagi melanjutkan pembayaran cicilan. Tolong beri aku waktu,â Julia memelas, menghampiri Joni dan pengawalnya yang masih berdiri di luar pagar.
âKamu pikir aku peduli, hah? Itu masalahmu, Julia! Pokoknya kalau kamu tak membayar cicilan utangmu untuk tiga bulan terakhir itu hari ini, mobilmu ini akan kuambil paksa! Ingat, kamu juga harus membayar denda keterlambatan seperti tertulis di kontrak yang kamu tanda tangani!â kata Joni dengan mata membulat.
Julia tampak kebingungan. Mukanya mendadak pucat. Sebenarnya uang itu ada saja kalau dikumpulkan. Tapi, kalau dia memberikannya kepada Joni sekarang, nanti dia dan Diana mau makan apa?
Adit menyadari kebingungan yang tengah mendera Julia. Sayangnya, saat ini dia pun tak punya solusi. Akan berbeda kalau saja meditasinya tadi itu tuntas dan sistem canggih itu sekarang sudah terhubung ke tubuhnya.
Saat itulah...
[Ting!]
Sebuah layar hologram muncul di depan Adit. Di situ tertulis:
[Sistem sudah terintegrasi dengan tubuh baru user.]
[User mendapatkan bonus awal sebesar 100 triliun.]
[Pilih âYaâ untuk memindahkan uang ke rekening user.]
Adit mengerutkan kening. Benarkah apa yang dilihatnya ini? Sistem canggih itu sudah terintegrasi ke tubuhnya?
Untuk membuktikannya, dia mengatakan âYaâ di dalam hati.
[Ting!]
[Transaksi berhasil.]
Adit langsung mengeluarkan ponsel dari saku celana pendeknya dan mengecek saldo rekeningnya dengan M-banking. Matanya terbelalak.
Benar saja, uang 100 triliun itu baru saja ditambahkan ke saldo tabungannya!
âJadi, meditasiku tadi itu sebenarnya tuntas?â pikirnya.
Di masa hidupnya Alvin Sanders, uang 100 triliun terbilang kecil. Tapi di masa hidupnya Adit Winarta, itu sangatlah besar.
Ini benar-benar sebuah keuntungan baginya!
Adit mengangkat wajahnya. Dia mendapati Julia sedang memelas meminta tambahan waktu kepada Joni yang berdiri di luar pagar.
Adit tersenyum tipis. Ini saatnya memutarbalikkan keadaan. Dia pun melangkah maju.
âAdit, mau ngapain kamu?â tanya Diana yang mash berdiri di teras, menatap Adit dengan cemas.
Adit hanya menoleh sebentar sambil melebarkan senyumnya, lalu lanjut melangkah.
âBerapa yang harus dibayar ibu mertuaku hari ini? Sebutkan! Biar aku yang bayar,â ucap Adit.
âHah?!â
âŠ
Suasana di bus menjadi semakin tegang seperti di film-film laga.Para penumpang terbelalak. Sebagian menutup mulut yang terbuka dengan tangan.Tak seorang pun dari mereka menyangka manuver seperti ini akan terjadi.Kini Adit dan Gen saling menatap tanpa berkedip. Don mengaduh kesakitan tetapi Adit tak peduli. Dia tempelkan terus moncong pistolnya ke kepala Don.Sementara itu, Adit menyeret Don ke depan, memperpendek jaraknya dengan Gen.âJangan coba-coba! Kalaupun aku tak menembak temanmu ini di kepala, aku bisa menembaknya di kaki atau di pinggang. Itu mudah saja bagiku,â ancam Adit.Gen yang semula hendak berdiri dan menempelkan moncong pistol ke kepala si sopir bus itu terhenti.Gen dan Don adalah dua teman baik. Mereka telah saling mengenal sejak kecil dan aksi pembajakan dan perampokan seperti ini sudah sering mereka lakukan bersama, berdua saja.Sialnya, ini pertama kalinya mereka berada dalam situasi di mana salah satu penumpang bus melakukan perlawanan dan berhasil menekan bal
Adit mengamati situasi di bus saat si pria bersenjata itu mendekatinya.Kemampuan bela dirinya telah kembali. Dia bisa dengan mudah menjatuhkan si pria bersenjata.Tapi bagaimana dengan yang satunya lagi?Itulah masalahnya. Si pria bersenjata yang satunya lagi itu berada di dekat sopir. Adit khawatir dia akan menembak si sopir atau melukai penumpang-penumpang lain sementara dia mengurus si pria bersenjata di hadapannya.âCepat serahkan ponselmu! Jangan sampai aku benar-benar menembakmu!â gertak si pria itu lagi, sambil memelototkan matanya.Opsi menghajar pria ini sepertinya tak tersedia. Tidak untuk saat ini.Adit memutar otaknya, mencari alternatif lain.âYang kalian berdua inginkan apa sebenarnya? Uang? Ya sudah berikan semua ponsel yang terkumpul itu padaku. Aku beli dengan harga yang kutawarkan tadi,â kata Adit.Adit mengambil dompetnya, mengeluarkan kartu debit miliknya.âAku tinggal mentransfer uangnya di ATM. Atau kalaupun mau kutransfer via M-banking, bisa saja,â kata Adit.T
Adit dan Brenda baru saja tiba di parkiran gedung kantor, di basement. Brenda membuka pintu, sedangkan Adit tetap di jok kemudi. "Kamu tunggu di sini, ya. Aku ambilkan baju dulu," kata Brenda, lalu menutup pintu mobil dan pergi ke arah lift. Adit memang masih bertelanjang dada. Dan, sebab dia tidak membawa mobilnya ke kantor, dia harus ke rumah sakit menggunakan angkutan umum. Tentu saja sangat tidak pantas dia berada di angkutan umum sambil bertelanjang dada. Sambil menunggu Brenda kembali, Adit meminta si sistem canggih memunculkan fitur-fitur yang bisa dia aktifkan lagi. Layar hologram itu pun muncul. Ada delapan fitur yang bisa dia aktifkan tanpa persyaratan apa pun. Adit langsung memilih fitur-fitur yang ingin diaktifkannya sekarang juga. Fitur ilmu bela diri termasuk di antaranya. Setiap kali fitur itu diaktifkan, Adit seperti merasakan sengatan listrik yang membuatnya mendesis dan menguatkan pegangannya di setir. Setelah kedelapan fitur itu teraktifkan, Adit menarik na
Tak lain dan tak bukan, pria itu adalah Adit. Kini dia berjalan mendekati kasur. Dalam prosesnya dia menginjak si penjaga yang tadi ditendangnya itu.âUgh!!âInjakan di perut pria itu begitu kuat, sampai-sampai si penjaga memuncratkan darah dari mulutnya. Setelah itu dia pingsan.Melihat apa yang barusan terjadi, Lukas langsung gemetar.Baru juga setengah jam yang lalu dia dihajar oleh pria menyeramkan ini. Sekarang dia akan dihajarnya lagi?Lukas menggeser tubuhnya ke tengah kasur. Sebenarnya ingin sekali dia beranjak dari kasur dan berlari ke ambang pintu, keluar dari kamar itu.Tapi jangankan melakukan itu, bahkan untuk sekadar mengatakan sesuatu saja dia tak bisa. Kehadiran Adit membuat lidahnya kelu.âKau tahu apa yang pantas dirasakan oleh pria bejat sepertimu?â tanya Adit. Kini dia sudah berdiri tepat di samping kasur.âSensasi berhadapan dengan kematianmu sendiri,â lanjut Adit.Mata Lukas membulat. Adit menggerakkan tangan kanannya secepat ular, mencengkeram leher Lukas dan me
Dengan mudahnya, Adit menarik cambuk itu dari tangan si penjaga di depannya.Si penjaga terbelalak. Adit balas mencambuk si penjaga, membuat pria itu mengerang kesakitan.Pipi kiri si penjaga mengucurkan darah.Si penjaga yang satunya lagi ikut tercengang. Adit memanfaatkan momen singkat yang dimiliknya ini untuk melepaskan ikatan di kedua kakinya.Kini, dengan kembalinya stamina dan kekuatan fisiknya, rantai-rantai besi itu tak berarti apa pun baginya.Adit lantas maju, menantang kedua penjaga itu terang-terangan."Mampus lu!!!"Si penjaga yang di belakang mengambil pistolnya dan mengarahkannya kepada Adit, menembaknya.Dor!Peluru tersebut mengenai tiang besar tempat Adit tadi diikat. Adit sendiri tiba-tiba menghilang dari hadapannya.Buk!"Akh!"Adit rupanya sudah berdiri di belakang penjaga tersebut. Dan baru saja, dia menghantamkan tangannya ke bahu tengkuk pria itu.Pria itu langsung membungkuk dan muntah darah. Adit menarik kerah kaus pria itu lantas menghantamkan tinjungnya ke
Dua orang berbadan besar itu membawa Adit ke gudang, sebuah bangunan terpisah di belakang vila.Mereka mengikat tangan Adit ke belakang dengan tali. Salah satu dari mereka berjalan di depan sedangkan yang satunya lagi di belakang, menodongkan pistol tepat ke punggung Adit.âMasuk sana!âSi penjaga di belakang Adit itu mendorongnya dengan cara menendangnya.Adit memasuki gudang dan terhuyung-huyung. Saat dia menegakkan tubuhnya, si penjaga yang memasuki gudang lebih dulu langsung menghantamkan bogem mentah ke pipinya.Bugh!Adit sedikit oleh ke kanan. Darah keluar dari ujung bibirnya.âGua nggak tahu lu siapa, tapi lu benar-benar nekat masuk ke vila ini tanpa izin. Lu tahu Tuan Lukas itu siapa? Dia miliarder terkenal di kota ini. Di kawasan ini aja dia punya puluhan vila mewah. Nggak ada yang berani macam-macam sama dia!â tutur si penjaga yang baru saja menonjok Adit.Adit menatapnya perlahan. Sorot matanya tajam. Ada nyala api di sana.âApa maksud lu lihat gua kayak gitu! Berani lu na
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments