All Chapters of Sukses Usai Diselingkuhi: Chapter 31 - Chapter 40
47 Chapters
Bab 31 Permintaan Yana
"Odeng, gyoza, ramyeon, masing-masing bikin dua, Mbak," ucap seorang pembeli kepada Hilma yang mencatat pesanan. "Minumnya banana milk sama air mineral, masing-masing tiga juga ya, Mbak," ucap perempuan berkacamata itu lagi.Hilma kembali mencatat kemudian mengangguk. "Baik, Mbak. Ditunggu pesanannya."Melihat kesibukan di warung, membuat Hilma turut membantu pekerja lainnya dengan menerima pesanan yang kemudian diserahkan pada bagian dapur. Ia juga turut membantu mengantarkan pesanan kepada pelanggan. Ia pun menyediakan meja dan kursi untuk makan di dalam kios juga di halaman sebelah kanan untuk pelanggan yang makan di tempat, sedangkan sebelah kiri diperuntukkan parkiran juga pengemudi online yang menunggu pesanan.Hampir empat jam pelangan yang datang silih berganti, di waktu makan siang, biasanya pembeli yang datang semakin banyak, baik yang makan di tempat ataupun memesan lewat online. "Mbak Hilma istirahat
Read more
Bab 32 Merelakan Hati
Idam menatap cincin berlian yang dipegang antara telunjuk dan jempol. Diputar-putar lalu dilihat dengan seksama. Benda berbentuk bulat yang ia beli sebelum berangkat ke Jakarta, simbol untuk megikat hati yang telah berhasil menautkan hatinya. Akan tetapi, harapan tak sesuai kenyataan. Seseorang yang ingin ia jadikan pelengkap hidupnya terlihat lebih ceria dengan adik sepupunya.Berbulan-bulan ia merenungi diri, menelaah hati dan mencoba mencari makna dari setiap getaran juga perasaan yang ia rasakan ketika mendengar suara seseorang atau melihat Hilma dari kejauhan. Ada hal yang berbeda, telah mewarnai jiwa juga kehidupannya.Awalnya, semua itu masih terasa abu-abu, tak dipungkiri terkadang ia berusaha menepis segala yang singgah. Namun, senyum, tawa, juga resah, gelisah, selalu mewarnai diri ketika mengetahui tentang dia. Di saat mendengar celotehan Cantika yang ditanggapi penuh kesabaran juga perhatian membuat garis senyumnya mengembang, tatkala mengetah
Read more
Bab 33 Mengungkapkan Asa
[Assalamualaikum][Waalaikummussalam][Ini Idam. Boleh bertamu ke rumah][Ada apa,Pak][Ada yang mau saya sampaikan][Kapan][Habis maghrib][Baik, Pak. Silahkan datang][Oke, terima kasih][Sama-sama]Mendapati pesan dari lelaki yang tak pernah bertegur sapa walaupun kadang bersua membuat Hilma mengerutkan kening. Menerka apa yang hendak disampaikan."Ada apa, ya, kira-kira? Apa ada hubungannya dengan Cantika?"Mengulas ingatan selama kebersamaan dengan anak perempuan itu, ia merasa tak pernah melakukan kesalahan. Bahkan, hubungan mereka semakin baik. "Udahlah, dari pada nebak-nebak, lebih baik nanti dengar sendiri aja." Perempuan yang tadinya hendak ke kamar mandi itu bergumam sendiri, menghibur hatinya yang dilanda kegundahan. Walaupun berusaha abai, tetapi tetap saja merasuk dalam pikiran.
Read more
Bab 34 Penolakan Ghava
"Aku tak mau punya papa baru!""Ghava. Sini, Sayang." Meski terkejut mendengar teriakan anaknya, Hilma berdiri dan hendak meraih sang anak, tetapi ditepis. "Mama tidak boleh menikah dengan Om Idam!" tegas Ghava.Melihat situasi yang di luar rencana, lelaki yang tampak terkejut itu hanya terpaku."Ghava Sayang." Hilma kembali ingin merangkul anaknya, tetapi lagi-lagi mendapat penolakan."Om Idam jahat! Om mau mengambil Mamaku, Kan?""Om pasti akan membuang aku dan Mas Ghani jika menikah dengan Mama!""Om hanya akan sayang sama Mama!""Aku ga mau punya papa baru. Aku ga mau dibuang di jalanan!""Om pergi sekarang juga! Jangan pernah ke sini lagi!" Dengan wajah merah padam anak lelaki itu terus berteriak mengusir Idam. Melihat hal itu dengan tegas Hilma menegur dan menyuruh Ghava meminta maaf, tetapi perintahnya mendapat bantahan. Bahkan, anak itu semakin
Read more
Bab 35 Orang Bayaran
Terik matahari yang menyengat tak menyurutkan niat Nela untuk terus melangkah menyusuri gedung lama yang tak terpakai. Tempat yang merupakan bekas kebakaran disebabkan arus pendek listrik yang terjadi malam hari dan menghabiskan sepuluh gedung perkantoran yang saling berdekatan. Ia terus melangkah sesuai petunjuk yang diberikan seseorang.Sepanjang jalan tampak terlihat tembok-tembok yang beberapa bagian menghitam dengan jendela-jendela yang sudah tak ada kacanya. Beruntung ia tak harus memasuki gedung tersebut, hanya mencari tempat di sekitarnya saja.Sebagai seorang perempuan ada perasaan jeri melihat wilayah yang tampak sepi dan suram, tak ada seorang pun yang melintas. Jika bukan karena ingin melancarkan rencananya, ia pun tak akan sudi mendatangi tempat yang menyebabkan banyak orang menjadi korban."Dari sini, belok kanan!" Nela kembali membaca petunjuk yang di berikan, lalu kembali melangkah sesuai yang diarahkan. Semakin ke dalam ia h
Read more
Bab 36 Tanti Kecelakaan
Selepas mandi sore, Yana melangkah ke ruang tamu untuk menonton televisi sambil menunggu anak-anaknya pulang bekerja. Segala tugas rumah telah ia selesaikan termasuk menyiapkan makan malam. Meskipun Wiguna telah menyediakan seorang asisten rumah tangga, tetapi tetap saja perempuan paruh baya itu turut membantu, memastikan semuanya terselesaikan dengan baik.Berbeda ketika masih ada mantan menantunya, ia bisa mengandalkan Hilma sebab setiap tugas dikerjakan sudah sesuai dengan keinginan. Berbeda dengan orang yang bekerja di rumahnya, berulang kali berganti orang, tetap saja belum menemukan yang sesuai dengan standar kebersihannya.Baru saja ia duduk di sofa, terdengar suara ponselnya berdering dari saku baju. Melihat nama Tanti yang tertera, ia langsung menekan tombol hijau."Halo, dengan keluarga Tanti?" Terdengar suara asing dari seberang telepon. Kening Yana bertaut."Iya, ini siapa?" Detak jantung Yana berdegup kencang, memp
Read more
Bab 37 Hasutan Wiguna
Perempuan berusia dua puluh delapan tahun itu mengecup kening Ghava, lalu membelai pucuk kepala anaknya dengan lembut. Setelah itu, ia lihat kembali wajah polos yang membuatnya terpaksa melakukan tindakan yang lebih tegas. Walaupun hal itu membuatnya menahan sesak sebab melihat wajah yang memohon untuk tidak diberi hukuman. Bukan ia egois, tetapi hanya menerapkan kebijakan, ketika anaknya membuat kesalahan harus siap menerima sangsinya, terlebih perbuatan itu dilakukan berulang kali. Jika terjadi pembiaran, dikhawatirkan akan terbentuk perilaku yang kurang bertanggung jawab dan semaunya sendiri juga tidak menghargai orang lain."Maafin Mama Ghava! Semua ini demi kebaikanmu," ucapnya pelan sambil kembali melihat wajah yang tampak lelah. Sepeninggal Wiguna tadi sore, ia meminta Ghava untuk meminta maaf karena sikap yang kasar terhadap orang lain, akan tetapi dengan kekerasan hati, anak tersebut tetap menolak permintaannya. "Ak
Read more
Bab 38 Pengintaian Target
"Bos, sepertinya ada yang mengikuti kita, ucap sopir dengan pandangan tetap mengarah ke depan, berusaha terlihat santai, agar tidak menimbulkan kecurigaan."Aku tahu!" sahut Noto terlihat tenang. Ketika keluar dari pintu utama, ia melihat seseorang yang mencurigakan tengah melihat ke arahnya. Agar tidak menimbulkan kecurigaan ia terus berjalan santai menuju parkiran. Satu tangannya ia gerakan seolah sedang melihat benda di pergelangan tangan. Padahal ia tengah melihat keberadaan orang itu dari kaca khusus yang ada di jam tangan yang dipakainya. Dan betul saja, orang yang tadi mengintainya tengah mengikuti dari belakang."Saya sudah hubungi yang lainnya, Bos, untuk segera datang!""Bagus. Sekarang kita mulai berangkat saja!""Jangan, Bos. Berbahaya. Saya khwatir jumlah mereka banyak.""Kamu tidak usah khawatir. Ada yang melindungi kita," ucap Noto menenangkan.Sopir tersebut mengerutkan kening, tetapi
Read more
Bab 39 Penculikan
Idam terpaku pada seseorang yang bersama Mima di meja makan ketika sedang menuruni tangga. Seketika wajahnya berubah cerah pada saat menyadari jika itu adalah kakek dari istrinya. Dengan riang ia mempercepat langkah dan menghampiri kumpulan orang yang tengah tertawa."Opa, kapan datang!" tanya Idam ketika telah berada di depan lelaki paruh baya yang tengah menyuapi Cantika. Satu tangannya mengambil jemari keriput itu dan menyalaminya."Semalam, Nak." "Semalam? Kenapa tidak ada yang memberitahuku!" Lelaki yang mengenakan jas hitam itu menatap pada adiknya meminta penjelasan. "Mima kenapa ga kasih kabar?"Mima yang tengah mengoles roti menengok. "Opa yang minta untuk tidak memberi kabar. Mau buat suprise, eh Mas Idam lagi-lagi pulangnya kelewat malam, bahkan pagi," ucap Mima menggeleng, mengetahui jika saudara laki-lakinya tengah memiliki masalah lagi, selalu seperti itu jika banyak hal yang dipikirkan. Hanya saja ia tidak suka
Read more
Bab 40 Ghava Kejang
Mendengar mantan istri serta kedua anaknya diculik, Wiguna langsung bangkit berdiri lalu menarik kerah baju ayahnya sampai lelaki berambut putih itu mendongak."Apa yang Anda lakukan terhadap Hilma dan anakku?" ucap Wiguna dengan kemarahan yang membara. Yana yang melihat sang anak berlaku kasar pada Noto langsung menghampiri dan berusaha melerai, akan tetapi Wiguna tidak menghiraukan permintaan ibunya. Ia terus saja mendesak meminta penjelasan.Sementara Noto masih terdiam, kedua matanya terpaku pada tatapan yang menyorot tajam, ia mendapati kekhawatiran juga ketakutan akan kehilangan di manik tersebut."Gun, jangan seperti itu!""Lepasin, Gun! Ga baik kamu bersikap seperti ini!""Guna! Kamu tidak mendengar ibu, ya?""Jangan Guna!" teriak Yana ketika anaknya semakin menarik paksa kerah baju lelaki yang tampak pasrah.  Ia menggeleng dengan airmata yamg semakin menderas. Kesalahpahaman y
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status