Semua Bab AJISEKA : Bab 21 - Bab 30
75 Bab
21. Berhasil melewati ujian.
Dua energi berbenturan cukup keras, pasalnya keduanya sama-sama menyerang, jika semula Ajiseka masih menahan diri agar tidak terjadi perkelahian, kali ini ia melawan dengan digdaya yang tidak ia sadari.“Ah! Seperti melawan Ki Kumbolo saja,” gerutu Ajiseka manakala lawannya terus bergerak cepat merangsek ke arah dirinya.“Bocah! Lawan dia! Atau Kau akan terluka dan pulang sia-sia, dasar bod*h!” ucapan Kumbolo membuat Ajiseka kebingungan. Pasalnya ia merasa Kumbolo begitu dekat, bahkan suaranya seperti tidak berjarak darinya.“Hoy! Ki! Dimana dirimu, he?” tanya Ajiseka sembari menoleh kesana kemari.“Berisik! Aku berada di alam bawah sadarmu bod*h! Lawan atau lebih baik Kau pulang sekarang juga!” umpat Kumbolo.“Iya, iya ...” jawab Ajiseka sembari melesat menyambut serangan yang sudah mulai mengancam posisinya.Kumbolo sendiri tengah duduk di singgasana kecilnya, tepat di alam bawah sadar Ajiseka. Menonton jalannya pertarungan antara Ajiseka dengan penjaga padepokan yang berada di bawa
Baca selengkapnya
22. Ujian lagi.
“Ada apa, Kakang Rimpang. Sepertinya ada sesuatu yang membuat dirimu khawatir,” ucap Ajiseka manakala pemuda yang memanggilnya berada tepat di depannya.“Gawat! Ki Balung Wojo akan memilih salah satu dari kita untuk mengikuti pertandingan perguruan, jujur aku belum siap untuk hal itu,” ucap Rimpang.Mendengar itu Ajiseka dan Condro Kumolo malah saling pandang, keduanya tidak langsung menjawab ucapan dari rekannya.“Pertandingan atau latihan gabungan Kang?” Ajiseka merasa ucapan kedua temannya tidak sama.Menurutnya jika latihan gabungan tentu tidak ada adu kekuatan antar murid. Namun, jika yang terjadi adalah pertandingan tentu akan berbeda lagi.“Akan ada murid dari perguruan lain selain dari padepokan Kahuripan, aku tidak tau persis apa namanya,” jawab Rimpang.“Kalaupun ada pertandingan pasti kita akan dipilihkan lawan yang seimbang,” ucap Ajiseka. Ia sendiri tidak terlalu menghawatirkan soal itu, pasalnya dirinya sudah pernah melawan musuh yang memiliki digdaya melebihi dirinya.“
Baca selengkapnya
23. Pengaruh Raja Tirtadunya.
Kedua sahabat Ajiseka berteriak hampir bersamaan. Pasalnya mereka melihat benda tajam itu melesat cepat ke arah tubuh bagian atas Ajiseka, tentu jika sasarannya tubuh bagian atas maka akan sangat sulit untuk menghindarinya. Namun, nyatanya bukan anggota tubuh Ajiseka yang dituju, melainkan akar yang membelitnya.“Ah! Terimakasih kisanak,” ucap Ajiseka sembari menurunkan tubuhnya secara perlahan, Ya! Ajiseka tidak terjatuh seperti dua temannya, ia masih tetap mengambang. Bahkan, tidak bergerak saat akar itu terlepas dari kakinya.“Kau rupanya yang dipilih oleh Ki Balung Wojo, heah ...” pemuda itu langsung menyerang Ajiseka. Ia tidak memberi kesempatan sedikit pun kepada Ajiseka. Bahkan, serangannya terhitung cukup tajam, ia mengincar titik vital di tubuh lawan. Namun, Ajiseka cukup lihai menghindari semua serangan yang di terima.“Siapa Kau kisanak!” ucap Ajiseka. Dirinya tidak tau asal-usul dan tujuan pemuda asing yang menyerangnya. Hal itu membuat Ajiseka ragu melakukan perlawanan, i
Baca selengkapnya
24. Teman baru.
“Raja Tirtadunya.” Setelah berucap Kumbolo langsung lesap. Begitu juga dengan si pemuda, ia kembali tersadar.Kehadiran raja Tirta Dunya membuat pemuda itu enggan berhadapan dengan Ajiseka. Jika saja ia tau sejak awal, tentu dirinya tidak akan pernah berniat menguji putra angkat Dewi Panguripan. Namun, hal itu sungguh percuma, pasalnya belum lama tersadar dirinya sudah dihadapkan dengan serangan tajam dari Ajiseka, akibatnya ia harus mati-matian menghindarinya.Dhar!Dhar!Dua bola energi melesat ke arah Ajiseka, juga pemuda yang melawannya, rupanya ada sosok lain yang memperhatikan perkelahian kedua pemuda itu.Tekanan dari dua bola energi yang menyeruak terasa begitu kuat, sehingga membuat Ajiseka dan pemuda itu sama-sama terpental berjauhan.“Cukup Calingkolo!” sosok sepuh dan bersahaja tiba-tiba muncul di tengah keduanya. Ki Balung Wojo, guru dari semua murid di padepokan Kahuripan yang berada di jalurnya.“Diakah orangnya Ki?” ucap pemuda berkepala Babi itu. Ki Balung Wojo pun me
Baca selengkapnya
25. Gangguan Caling Kolo.
Langkah kedua pemuda itu begitu mantab, jalanan setapak yang dilewati cukup terjal. Tetapi semua itu tidak membuat semangat keduanya luntur.“Ajiseka, apakah manusia-manusia itu tidak melihat keberadaan dirimu? Kenapa mereka seolah tidak melihatnya?” tanya Calingkolo manakala berpapasan dengan manusia.“Tidak kakang, aku menghendaki agar tidak terlihat oleh mereka,” jawab Ajiseka. Calingkolo mengangguk paham, langkah mereka terhenti manakala sebuah keributan terjadi tidak jauh dari tempatnya. “Apa yang mereka ributkan,” gumam pelan Calingkolo. Ajiseka sendiri tidak merespon ucapan kakak seperguruannya, ia lebih serius memperhatikan keributan yang terjadi, dirinya mencium aroma penindasan yang dilakukan oleh sekelompok orang kepada seorang lelaki Tua.“Kakang Calingkolo. Sepertinya aku harus membantu kakek itu,” ujar Ajiseka kepada Calingkolo.“Lakukanlah Ajiseka, bukankah itu tujuanmu berguru di padepokan Kahuripan? Aku akan menontonmu, tenang saja,” jawab Calingkolo. Pemuda itu ter
Baca selengkapnya
26. Roh Pedang.
Ajiseka sendiri mulai bertarung dengan keempat orang yang tersisa. Ya! Empat orang yang ragu untuk menyerang lawannya. Fokus mereka terganggu oleh keberadaan satu orang yang memilih duduk dan linglung.Hal itu memudahkan Ajiseka untuk melakukan perlawanan fisik, beberapa pukulan telak mendarat. Setidaknya titik organ lawan cedera karenanya, formasi yang semula mampu membuat Ajiseka terkungkung kini tidak lagi berguna.“Siapa Kau anak muda!” ucap salah satu dari kelima orang yang mengeroyok Ajiseka.“Aku? Rasanya kalian tidak perlu tau siapa aku, berhentilah melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, terlebih orang itu sudah sepuh,” jawab Ajiseka. Ia melangkah maju mendekati lelaki yang juga bergerak mundur menjaga jarak dengannya.“Kau akan menyesal anak muda!” ucap lelaki itu.Ia menghunus senjata yang sejak tadi tidak ia gunakan. Seketika Kilauan terpancar dari benda panjang di tangannya, ya! Sebuah pedang digenggam erat oleh lelaki itu. Namun, Ajiseka hanya tersenyum dengan pol
Baca selengkapnya
27. Dikuasai Roh Pedang.
Pertarungan dua lawan satu masih terjadi, Ajiseka tersenyum senang manakala ucapan Kumbolo di terima oleh nalarnya. Ia melesat dengan rangkaian serangan yang mengarah pada titik vital tubuh lawannya. Tidak sulit melakukannya, karena memang lawan Ajiseka masih terpengaruh oleh tatapan Ajiseka.Setelah berhasil melumpuhkan salah satunya, lagi-lagi Ajiseka berhadapan dengan orang yang sama, si pemilik pedang. Namun, sebelum terjadi duel, orang tua yang hendak di tolong, mendekati Ajiseka. Dia memberikan benda panjang yang dibebat dengan kain kepada Ajiseka.“Gunakan ini Ngger!” ucap lelaki sepuh kepada Ajiseka. Dia mengulurkan benda itu sembari membuka kain pembebatnya.Seketika, aura putih muncul dari benda yang kini tidak lagi terbungkus. Sebilah pedang yang ukurannya sama dengan pedang milik lawan Ajiseka.“Pedang ini yang mereka inginkan, maka gunakanlah untuk melawannya.” Ucap lelaki tua itu sembari memberikan pedangnya kepada Ajiseka.Ajiseka menerima pedang pemberian lelaki sepuh
Baca selengkapnya
28. Tawaran dari Calingkolo.
Hening, hanya debu sisa hempasan tubuh Ajiseka saja yang masih beterbangan. Bahkan, tubuh Ajiseka tidak terlihat dari pandangan lawannya. Seringai tipis tercetak jelas di bibir lelaki itu, tetapi ia tidak puas jika belum melihat langsung keadaan musuhnya.Maka, dengan langkah jumawa lelaki itu menghampiri tempat dimana Ajiseka terhempas. Tetapi, langkahnya terhenti manakala di dalam cekungan tanah mulai ada keganjilan. Sungguh peristiwa yang mustahil, pasalnya jelas-jelas tanah di sekitar tempat itu sangat kering. Tetapi ia melihat cekungan tanah dimana Ajiseka berada malah menyerupai sebuah sumur yang lembab lagi basah.“Digdaya macam apa ini.” Ucap datar lelaki itu.Menyadari ada yang aneh dengan lawannya, lelaki itu kembali melesakkan energi dari tangannya.Dhar!Dhar!Dua ledakan menghantam tanah di sekitar lubang. Akibatnya dalam sekejap cekungan tertimbun dan menjadi gundukan tanah. Senyumnya kembali mengembang manakala tidak ada pergerakan yang mencurigakan dari reruntuhan itu.
Baca selengkapnya
29. Buah jambu biang masalah.
Perlahan wujud Calingkolo memudar, menjadi asap tipis dan menyeruak masuk ke dalam raga Ajiseka. Sebuah tindakan yang membahayakan jika si pemilik raga tidak mampu menampungnya, sebab yang dilakukan Calingkolo adalah meminjamkan kekuatannya kepada Ajiseka. Digdaya yang dia kuasai dari padepokan Balung Wojo, Calingkolo memiliki kekebalan dan mampu menahan hantaman berat.“Jangan ragu untuk menyerang, Ajiseka ... Anggaplah ini pertarungan hidup dan mati. Ingatlah! Misi kita masih panjang, dan perlu Kau tau. Aku tidak kuat terlalu lama berada diragamu.”Calingkolo berucap setelah seluruhnya merasuk ditubuh adik seperguruannya, Ajiseka merasa dadanya sedikit sesak manakala raganya di rasuki oleh Calingkolo. Dua kekuatan bersatu dalam satu wadah, tidak ada pengambilan alih raga seperti halnya manusia yang dirasuki makhluk astral. Ajiseka masih mengontrol dirinya sendiri secara utuh, tanpa ada pengaruh dari Calingkolo.Bagh! Satu pukulan telak meluncur deras menghantam dada. Namun, Ajiseka
Baca selengkapnya
30. Sekte Kembang kenongo.
“Kau!” lelaki itu tiba-tiba naik darah. Ia tersinggung dengan tingkah Ajiseka yang dianggap telah meremehkan dirinya. Tangannya terkepal dan meninju wajah Ajiseka menggunakan kekuatan penuh. Sayangnya Ajiseka menghindarinya dengan mudah.“Sabar, Ki? Bukankah Aki meminta bekal? Saya adanya ini saja, jika tidak berkenan jangan seperti itu, Ki?” Ajiseka memajukan tangan agar lelaki itu berhenti mencoba memukul dirinya. Tetapi tindakan lelaki itu malah semakin menjadi-jadi. Alhasil Ajiseka mundur dan menjaga jarak agar terhindar dari serangan serampangan lelaki setengah baya itu.“Tindakanmu menghina Sekte Kembang kenongo, Wahai anak muda! Sudah menjadi keharusan setiap pendatang memberikan upeti kepada kami, tetapi apa yang Kau lakukan sungguh keterlaluan!” ucap lelaki itu sembari menarik pedangnya.Ajiseka memundurkan tubuhnya manakala lelaki paruh baya itu mulai menyerang dirinya. Terlebih serangan yang dilakukan cukup membuat Ajiseka khawatir, baik sabetan dan tusukannya begitu cepat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status