All Chapters of AJISEKA : Chapter 41 - Chapter 50
75 Chapters
41. Sosok Baru.
“Ajiseka! Berhati-hatilah, banyak dedemit yang turut menyerangmu! Maaf, untuk saat ini aku tidak bisa membantu dirimu, waspadalah!” teriak Calingkolo kepada Ajiseka.Baru sekali ini Calingkolo menghindari pertarungan Adik seperguruannya, dirinya tau betul jika memaksakan diri tetap berada di tempat. Oleh sebab itu ia memilih secepatnya menghindari lokasi pertarungan. Tidak main-main, Calingkolo meninggalkan Ajiseka sejauh mungkin, pasalnya ia tidak ingin aura silumannya terendus oleh lelaki kurus yang menatapnya.Sementara itu, usai mendengar ucapan kakak seperguruannya, Ajiseka langsung memasang kewaspadaan tinggi. Bahkan, lelaki kurus yang hanya berdiam diri tidak luput dari pengamatan netranya. Seketika ia menduga jika kepergian Calingkolo berasal dari Lelaki itu.Serangan demi serangan terus terlontar, tetapi sejauh ini Ajiseka masih mampu mengimbanginya. Tidak dipungkiri, tenaga dalam dari kedua lelaki yang menyerangnya memiliki tingkatan yang tinggi. Bahkan, kemungkinan hal seru
Read more
42. Pertarungan yang membosankan.
TrikSosok sepuh tiba-tiba muncul, ia tidak langsung menyerang Ajiseka dengan digdayanya. Namun, tatapannya begitu tajam. Ia mendekati Ajiseka, memangkas jarak dan menelisik sosok muda yang belum terkalahkan oleh dua bawahannya.Tidak urung tatapan keduanya bersirobok, seketika aura panas terpancar dari tatapan lelaki sepuh. Tetapi Ajiseka mengindahkan hal itu, dirinya sadar ada yang aneh dengan sorot tajam lawannya. Namun, selama sanggup menahan tatapannya ia tidak akan mundur. Sebab Ajiseka sendiri sejatinya memiliki digdaya yang hampir mirip dengan yang di lakukan oleh lelaki sepuh itu.“Tidak kusangka, aku menemukan pemuda yang memiliki bakat luar biasa. Ikutlah denganku, Wahai anak muda, lupakan perseteruan ini. Bergabunglah dengan padepokan Lowo Ireng, maka kau akan mendapatkan kesenangan hidup,” ucap lelaki sepuh itu.“Sudah jelas yang saya lihat, Ki. Tidak ada gunanya linuwih jika digunakan untuk keburukan,” jawab Ajiseka tanpa memalingkan tatapannya.“Keburukan seperti apa ya
Read more
43. Kematian dua bawahan tetua sekte.
Akibat ledakan yang sering terjadi, lokasi pertarungan menjadi kacau balau. Ajiseka terpaksa menjauh, masuk ke dalam hutan guna menghindari kerusakan dan korban jika ada yang kebetulan melintas. Pasalnya mereka berada di pinggiran hutan, artinya sewaktu-waktu akan ada yang melintas.Bersamaan dengan itu, dua orang bawahan lelaki tua juga mengikuti pergerakan Ajiseka. Mereka khawatir jika tetua padepokan kerepotan menghadapi pemuda asing yang saat ini masih berkelebat semakin jauh meninggalkan pinggiran hutan. Bukan tanpa sebab kekhawatiran itu muncul, pasalnya sudah ratusan jurus dikeluarkan, tetapi belum juga mampu melumpuhkan lawannya.Dhar!Dhar!Dua ledakan menghentikan laju Ajiseka. Pasalnya pohon sebesar paha orang dewasa tumbang seketika saat terkena hantaman energi dari lelaki sepuh yang mengejarnya.“Berhenti bertele-tele, Wahai anak muda! Selesaikan disini atau seluruh sekte Kembang Kenongo akan mengejarmu sampai ke ujung dunia!” teriak lelaki sepuh itu.Mendengar itu Ajisek
Read more
44. Tubuh tanpa kepala.
Tubuh tua itu meluncur deras, menghantam tanah kering dan menciptakan cekungan dalam. Bahkan, debu dan kerikil berhamburan akibat hempasan tubuh tuanya. Lalu darah mengalir dan merembes membasahi tanah kering dimana lelaki tua itu meringkuk.Ajiseka kembali menancapkan pedangnya, menjadikan senjata pusaka sebagai tumpuan tubuhnya yang bergetar akibat penyesalan diri. Pasalnya, ia telah melanggar janjinya kepada sang ayah. Janji tidak sembarang melukai apalagi membunuh.Ia terpekur, tenggelam dalam rasa yang menurutnya bersalah. Menunduk takzim sebagai rasa hormat kepada tubuh tua yang baru saja ia selesaikan kehidupannya. Tetapi tanpa diduga oleh Ajiseka, mata lelaki tua mengerjap dan jari jemarinya bergerak pelan.“Kehidupan kedua baru saja kumulai, wahai anak muda! Hua ha ha ha” lelaki itu tertawa sumbang, ia berdiri gagah walaupun tubuhnya masih tetap bersimbah darah.Hal itu membuat Ajiseka tercengang untuk beberapa saat, sebelum akhirnya sebuah energi padat meluncur deras ke arah
Read more
45. Kembali ke padepokan Balung Wojo.
Seonggok potongan kepala di turunkan secara perlahan, lalu disandingkan dengan potongan tubuhnya. Tidak lama kemudian matanya membuka lebar, perlahan tapi pasti tubuh yang terpisah dengan kepalanya itu merapat dan kembali menyatu. Ia tersenyum manakala seluruh organ tubuhnya telah tersambung sempurna. Tetapi tidak dipungkiri, tubuhnya terasa lemah akibat energi yang terkuras habis. Ia ambruk dan membutuhkan istirahat untuk memulihkan kondisi. Bahkan, untuk kembali ke markas padepokan Lowo Ireng dirinya harus ditandu. Disisi lain, setelah wakil pimpinan mengalami cedera luar biasa, padepokan Kembang Kenongo berencana memburu pelaku. Sayangnya pimpinan utama baru saja sampai di padepokan, sehingga niat para tetua harus tertunda untuk sementara waktu. Raut murka tercetak jelas di wajah sang pimpinan manakala mendapat laporan perihal kekisruhan bawahannya. “Kalian semua! Siapa pun yang mengenali wajah pelaku, aku tugaskan untuk menjadi telik sandi! Kekalahan Ki Brojolewo adalah pukulan
Read more
46. Sariti dan iblis pelindungnya.
Padepokan Kembang Kenongo dan padepokan Lowo Ireng akhirnya bersatu, mereka menyiapkan ratusan obor untuk penerangan sekaligus berfungsi sebagai pagar, pasalnya alat penerangan itu ditancapkan melingkari bangunan yang akan di gunakan. Kali ini acara sakral disiapkan secara hati-hati, pasalnya jika salah satu syarat tidak ada biasanya akan terjadi kericuhan. Bahkan, untuk mengantisipasi kesalahan, dua pimpinan berbeda padepokan tidak segan meneliti kembali pekerjaan yang dilakukan bawahannya.Sementara, Matahari sudah mulai condong ke Barat, menandakan jika sebentar lagi Sandikala tiba. Bersamaan dengan itu, persiapan telah selesai dikerjakan. Bahkan, sesajian sudah berada di titik yang di tentukan.Warga yang mengetahui hal itu segera mengabarkan kepada warga lainnya agar malam ini tidak keluar rumah. Bahkan, tidak sedikit warga yang bersiap menginap di rumah sanak saudaranya. Pasalnya, setiap ada kegiatan aneh , pasti ada saja yang menjadi korbannya.Langit menguning dihiasi semburat
Read more
47. Rencana pencarian.
Mencekam, satu-satunya kata yang pantas untuk menggambarkan situasi di dalam aula padepokan. Sosok Sariti tiba-tiba melayang dan menyambar salah satu lelaki yang duduk di tengah-tengah kumpulan anggota sekte. Hal itu membuat sebagian anggota yang duduk di dekatnya hampir berteriak histeris.Brugh!Sariti melempar begitu saja lelaki yang kini meringkuk di atas altar, tubuhnya menggigil manakala Sariti mengendusnya.“Siapa pun dia!” Ucap tegas Sariti sembari menunjuk ke arah lelaki yang meringkuk tak berdaya.“Habisi! Aku tidak sudi tempat ini dikotori dengan penyusup atau penghianat!” ujar Sariti setelah beberapa saat mengendus tubuh lelaki di depannya.Semua orang tercengang, terlebih saat tatapan sosok yang mereka agungkan itu masih menelisik seisi ruangan. Seolah mencari siapa-siapa yang akan dijadikan tumbal berikutnya. Sedangkan di atas altar sendiri salah satu anggota sudah berada di sebelah lelaki yang meringkuk ketakutan, di tangannya sudah tergenggam senjata untuk melaksanakan
Read more
48. Pertandingan antar padepokan.
Cukup lama Ajiseka menemani dua sahabatnya, Rimpang dan Condro Kumolo. Beruntung keberadaan padepokan tertutup dan tidak bisa di lihat oleh pihak luar. Jika saja terlihat oleh manusia, sudah pasti Ajiseka akan ditertawakan oleh orang-orang.Pasalnya, wujud Rimpang di alam manusia adalah seekor Kera, dan Musang merupakan wujud asli Condro Kumolo. Sedangkan mereka bertiga berteman selayaknya manusia biasa, malahan terkadang mereka bergurau seperti teman sepermainan. Tentu sangat janggal dan tidak bisa di nalar oleh manusia.Hari berlalu, tetapi kedua murid Ki Balung Wojo masih tampak ragu. Pasalnya, untuk pertama kalinya Ajiseka mengikuti kompetisi, begitu juga dengan Calingkolo. Namun, mereka selalu di yakinkan oleh gurunya, bahwa kompetisi itu sangat berarti untuk padepokan juga pesertanya.“Misi kalian sebelumnya adalah ujian sekaligus latihan yang sesungguhnya. Ingat! Walaupun kalian berada di lingkup pertandingan, tetapi lawan yang dihadapi sama persis dengan pengalaman semasa menj
Read more
49. Pertandingan babak pertama.
Terhempasnya Rengas, artinya kekalahan untuknya, maka babak berikutnya pun di mulai. Jual beli pukulan dan adu kekuatan terjadi begitu cepat, sehingga babak demi babak dapat terselesaikan dengan cepat.“Calingkolo!”Setelah satu nama di sebut akhirnya pewarta memanggil Calingkolo. Keduanya langsung menuju arena pertarungan, tidak lama kemudian adu kekuatan terjadi, pergerakan Calingkolo dan lawannya sama-sama cepat. Bahkan, adu kekuatan keduanya sudah berada di tingkatan yang lumayan tinggi.Sehingga, setiap terjadinya benturan selalu saja menimbulkan kerusakan di sekitar mereka. Hal itu membuat arena di perluas oleh penyelenggara, tentu tujuannya agar pertandingan memiliki ruang gerak yang lebih luas. Mengingat peserta sudah mulai melakukan gerakan dan tingkat tenaga dalam yang digunakan berada level menengah.Blar!Blar!Baru saja arena pertandingan di perluas, dua energi kembali berbenturan cukup keras, lagi-lagi mengakibatkan kerusakan yang cukup berat. Tanah yang semula rata, kin
Read more
50. Pemilik mustika Elang perak.
“Uuugh ...” Lenguh Ajiseka manakala bangkit dari cekungan tanah bekas hempasan tubuhnya.KrekKrekIa memegangi lehernya lalu memiringkan ke kanan dan kiri, sehingga menimbulkan bunyi gemeretak yang cukup nyaring.DharDharBelum lama bangkit, dirinya kembali dihujani oleh lesatan energi yang meledak di sebelahnya. Hal itu memaksa Ajiseka melakukan serangan balasan, tentu dirinya tidak ingin benar-benar menjadi bulan-bulanan seperti yang di ucapkan lawannya. Satu Hentakan kaki sudah cukup mengantarkan Ajiseka di depan Gaharu, tetapi dirinya tidak langsung menyerang, ia malah menukik ke atas lalu lesap begitu saja dari pandangan lawannya.Lesapnya Ajiseka jelas membuat Gaharu kebingungan, terlebih saat dirinya melihat sekelebat samar ular naga terbang memutari tubuhnya. Wujudnya bening seperti air, membutuhkan konsentrasi untuk melihatnya. Namun, alangkah terkejutnya Gaharu manakala bayangan naga mendarat di tanah dan perlahan mulai berbentuk nyata.“A-apa yang terjadi?” ucap Gaharu se
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status