Tous les chapitres de : Chapitre 641 - Chapitre 650

Setelah berbicara, Yuna langsung membuka pintu bangsal dan memberi isyarat pada Yanuar untuk keluar.Tatapan Yanuar terlihat suram, dia melirik Zanny sebelum akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari bangsal.Setelah pintu bangsal tertutup kembali, Yuna duduk di samping kasur Zanny dan menarik tangan sahabatnya itu, lalu berkata, "Zanny, jangan khawatir. Aku akan pastikan kamu baik-baik saja. Aku juga nggak akan membiarkan orang yang sudah menyakitimu berleha-leha di luar sana."Yuna menjaga Zanny di rumah sakit selama seharian. Saat hari sudah menjelang malam, tiba-tiba Maggie meneleponnya."Yuna, apa hari ini kamu punya waktu?""Ada apa, Kak Maggie?""Kakek Yono wafat, apa kamu bisa membawa Yuaris kemari untuk memberi penghormatan terakhir pada beliau?""Oke, aku akan segera membawa Yuaris ke sana."Yuna lantas membawa Yuaris ke kediaman Keluarga Yuliadi.Yono Yuliadi, kakek Xena meninggal di usia 96 tahun, bisa dibilang bahwa beliau meninggal dengan tenang dan bahagia.Tidak ada yan

Mendengar penjelasan Xena, Yuna bertanya dengan setengah tidak percaya. "Anak yang menderita penyakit jantung itu Yacob atau Yuaris?""Yacob. Apa kamu nggak sadar kalau tubuhnya jauh lebih pendek dari Yuaris sejak lahir? Sampai sekarang tinggi badannya juga nggak setinggi Yuaris. Perkembangan embrio sejak awal memang membawa pengaruh besar bagi pertumbuhannya."Penjelasan Xena membuat keraguan di hati Yuna hilang seketika.Dia menatap Maggie dengan iba dan berkata, "Kak Maggie, setelah mendengar diagnosis dokter, Kakak pasti merasa sangat sedih. Kalau saja aku yang mengalaminya, pasti aku akan menangis setiap hari."Maggie merasa sedikit tenang, dia mengangguk dengan raut wajah sedih dan berkata, "Benar, aku mengkhawatirkannya setiap hari. Kamu juga tahu 'kan seorang wanita yang sedang hamil itu bisa menjadi lebih sensitif dalam hal apa pun, termasuk pikiran. Kita akan selalu merasa khawatir karena takut bayi yang dilahirkan memiliki kekurangan.Jadi, aku nggak mau kamu mengkhawatirkan

Oleh karena itu Yuna tidak terlalu mengharapkan pesta pernikahan yang mewah, tapi mengharapkan keselamatan mereka semua.Dia tidak ingin lagi mengalami kejadian seperti dua tahun lalu.Tidak mudah baginya untuk bangkit dan menjalani kehidupan setelah kehilangan anaknya, dia juga merasa senang karena akhirnya ayahnya sadarkan diri.Dia tidak ingin siapa pun terluka lagi.Jika hal itu kembali terjadi, Yuna akan merasa sangat kacau.Melihat kekhawatiran Yuna, Wano merasa iba dan memeluknya dengan erat.Dia lantas menunduk dan mencium bibir Yuna."Yuna, aku sudah berjanji padamu untuk menjaga diriku dengan baik. Aku akan kembali ke sisimu tanpa kekurangan apa pun."Wano mengatakannya sambil mencium pipi Yuna.Dia menciumi Yuna dengan mesra mulai dari mata, pipi hingga bibir merah jambu wanita yang dicintainya itu.Napas Wano terengah-engah, suaranya juga menjadi serak."Yuna, aku kangen sekali padamu, aku ingin sekali menciummu. Apa kamu mengizinkanku untuk menciummu?"Wano memang menanyak

Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya

Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe