All Chapters of Hasrat Liar Suamiku : Chapter 21 - Chapter 30
74 Chapters
21. Rahasiakan dari Dewangga
Dewangga memegang ucapannya. Ia selalu pulang tepat waktu untuk makan siang bersama di rumah. Memastikan bahwa aku telah meminum pil yang ia beli sebelumnya, tapi telah diganti oleh Dokter Roni ketika Ruri membawanya ke rumah sakit.Aku tidak lagi takut ketika menelannya, sebab sudah dipastikan jika itu bukan obat penghambat untuk hamil, tapi obat untuk menyuburkan rahim. Dewangga tampak senang akan hal itu. Ia jadi tidak khawatir untuk melakukan pelepasan di dalam ketika kami tengah bercinta. Sebab berpikir bahwa itu tidak akan memberikan efek apa-apa.Meskipun fantasinya semakin lama semakin aneh, aku masih bisa mengimbangi. Walaupun besoknya aku jadi tidak bisa keluar kamar karena merasa sakit di sekujur badan. Namun, semakin lama aku mulai terbiasa dan menikmati setiap permainannya.Seperti sore ini, ada sebuah paket yang datang atas nama Nasya. Aku tahu jika paket itu pemberian Dewangga. Sebab, ia telah berpesan sebelum berangkat kerja tadi pagi.Aku membuka kotak paket dengan dad
Read more
22. Dilecehkan Oleh Pelanggan
“Sakitnya parah, Dok?” Dewangga kembali bertanya karena tidak kunjung mendapatkan jawaban. Apalagi semuanya memasang wajah panik. Lelaki itu menjadi semakin panik.“Biarkan dia istirahat yang cukup selama beberapa hari ini.” Dokter akhirnya memberikan jawaban.“Istri saya sakit apa?” Ia tetap ngotot meminta jawaban.Aku menatap Ruri, berkomunikasi lewat sorot mata. Bernegosiasi agar aku memberitahu Dewangga kenyataan yang sebenarnya. Namun, ia langsung menggeleng dengan pelan.“Nyonya Nasya hanya masuk angin dan kelelahan.” Ruri yang memberikan jawaban pada akhirnya. Ia tetap memilih untuk memberikan kebohongan.Aku terdiam, menghela napas dengan kasar. Merasa jika saran Ruri ada benarnya juga. Aku harus menunggu waktu yang tepat untuk memberitahu Dewangga masalah kehamilan. Bulan depan ia telah berjanji ingin mengadakan pesta di rumah. Sebagai acara perayaan satu tahun pernikahan kami. Beberapa hari ini ia telah sibuk ingin memilih gaun apa yang akan kupakai nanti. Barangkali aku bis
Read more
23. Mati Aku
“Tangan pria diciptakan untuk melindungi wanita, bukan untuk menyakitinya.” Seorang lelaki yang cukup familiar berucap seraya meremas tangan pria itu.“Jangan ikut campur, urus saja urusanmu!”“Jelas ini urusanku ketika melihat yang kuat menindas yang lemah.”“Lepas atau kau akan menyesal?!”“Kau akan melakukan apa?” Lelaki itu bertanya, menantang.Aku menghela napas lega, bersyukur karena ternyata masih ada orang baik yang peduli terhadap orang yang tidak dikenal.Pria itu berdecak, mengempaskan tangan hingga cekalan lelaki itu terlepas, lalu beranjak pergi dengan raut wajah kesal.“Kau tidak apa-apa?” Lelaki yang telah menolongku itu bertanya seraya tersenyum.Aku menggeleng pelan dengan tangan kanan berada di perut. Sebab baru mulai merasakan efeknya sekarang. Merasa sakit di bagian bawah perut.“Apa kita sebelumnya pernah bertemu? Sepertinya aku mengenalimu.” Aku bertanya memastikan. Sebab, wajahnya tampak begitu familiar.Lelaki itu tertawa tipis.“Kau lupa padaku? Kita pernah be
Read more
24. Kau Selingkuh
Tatapan tajam Dewangga langsung menyambut saat aku mendatangi dirinya yang tengah menunggu di ruang belakang. Sorot itu terlihat begitu nyalang. Seakan ada amarah yang tengah tertahan. Terbukti dengan wajahnya yang terlihat begitu memerah.“Dari mana kamu?” Nada suaranya terdengar penuh amarah.“Dari rumah sakit.” Aku berusaha untuk menjawab sesantai mungkin. Berusaha untuk menyembunyikan rasa takut. Sebab, ia akan semakin merasa berkuasa jika aku menunjukkan rasa takutku di hadapan wajahnya.“Apa buktinya?” Ia menyorot penuh curiga.Aku menarik napas dalam.“Aku cuma ke rumah sakit. Kenapa kau menatapku seakan aku habis berselingkuh?” Aku membalas dengan nada tidak bersahabat.“Tunjukkan buktinya jika kau dari rumah sakit. Untuk apa kau ke rumah sakit? Siapa nama dokter yang memeriksamu? Apa kau sakit?” Ia langsung mencecarku dengan banyak pertanyaan.Lagi, aku menghela napas dalam“Aku sedang tidak ingin berdebat.” Aku berucap dengan tegas, hendak berlalu begitu saja. Namun, langkah
Read more
25. Permintaan Maaf
“Huek!” Rasa mual itu tidak bisa kusembunyikan setiap mencium aroma makanan. Aku lekas bangkit dan berlari menuju kamar mandi. Memuntahkan makanan yang baru tertelan beberapa suap.Terdengar ketukan dan gedoran dari luar. Dewangga memanggil dengan kepanikan.Aku merasa begitu lemas setiap kali habis makan. Apa yang masuk, pasti akan langsung dikeluarkan saat itu juga. Jika terus seperti ini, tidak akan ada nutrisi yang terserap oleh tubuh.“Sayang!” Dewangga terus memanggil dengan nada khawatir. Ia tidak berhenti mengetuk pintu hingga aku menjawab panggilannya.Aku keluar kamar mandi setelah mencuci muka dan berkumur-kumur. Menatap Dewangga dengan tidak semangat setelah membuka pintu.“Ayo ke rumah sakit, pasti ada penyakit serius.” Dewangga berucap setengah memaksa.Aku langsung menggeleng. Sebab, tidak ingin ia tahu kenyataan yang sebenarnya . Terlebih ia telah memberikan ancaman bahwa akan mengangkat rahimku jika ketahuan aku tengah hamil.“Mungkin asam lambungku yang naik. Akhir-a
Read more
26. Ciuman Ganas
Hari ini ada satu tambahan pekerja yang direkrut langsung oleh Dewangga. Sebagai antisipasi jika ada pelanggan yang berbuat mesum seperti kemarin, ia mempekerjakan seorang pria. Aku tahu, dia sebenarnya peduli. Hanya saja semua kebaikan yang ia tunjukkan tidak ada gunanya selama ia masih suka main tangan.Awalnya hanya kasar ketika tengah di ranjang. Namun, makin ke sini sikap kasarnya tidak lagi mengenal tempat. Ia bersikap sesuka hati, sebab bisa dengan mudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Posisinya di kantor sangat berpengaruh. Terlebih perusahaan milik ibunya akan jatuh ke tangannya dalam waktu dekat. Kekuasaannya semakin meningkat.“Aku akan mengawasimu dari kantor. Ruangan kerja sudah kuminta pindah agar berada dekat jendela yang mengarah ke sini. Jadi kau tidak perlu khawatir jika ada pengganggu seperti kemarin.” Dewangga berucap dengan lembut.Aku mengangguk seraya menyunggingkan senyum.Bibir dan hidung masih terasa nyeri ketika berbicara karena hantamannya semalam. Bekas
Read more
27. Rasa yang Beda
Aku menatap Dewangga, menunggu apa yang akan ia lakukan setelah tahu ibunya datang secara mendadak malam ini.Ternyata dugaanku benar, ia lebih memilih untuk mengurungkan keinginannya. Borgol di tanganku ia lepas, lalu berucap dengan lembut agar aku lekas mengenakan pakaian. Sementara ia beranjak menuju kamar mandi. Mencuci muka dan menetralisir perasaan, sebab sebelumnya sudah kubangkitkan gairahnya.Seperti apa pun kondisi hatinya, ia tidak pernah menolak kehadiran ibunya.Aku menghela napas lega, setidaknya tanpa sadar ibu mertuaku telah menyelamatkan hidupku malam ini. Sebab, tidak mungkin tidak akan terjadi cidera. Terlebih kandungan yang masih lemah.Aku mengenakan piama, lalu duduk di tepian ranjang untuk menunggu Dewangga. Merasa malas jika turun lebih dulu untuk bertemu dengan ibunya. Wanita paruh baya itu tidak pernah tahu bagaimana caranya menghargai menantu.Dewangga keluar kamar mandi dengan wajah dan ubun-ubun yang basah. Ia tersenyum saat beradu tatap denganku. Aku leka
Read more
28. Benar-benar Gila
Ketukan di pintu kamar membuatku terbangun dari tidur. Aku menggeliat, melepas pelukan pada Dewangga yang juga ikut terbangun karena ketukan itu. Selama ini tidak ada yang berani membangunkan kami tanpa diberi pesan sama sekali.Terdengar decakan keluar dari mulut Dewangga, ia pasti kesal karena harus terbangun dari tidur yang lelap.“Ini sudah jam lima, kau harus menyiapkan semua keperluan suamimu.” Terdengar suara ibu mertua dari balik pintu kamar.Aku bangkit untuk duduk, menutup mulut dengan tangan saat menguap. Mencoba untuk mengumpulkan kesadaran karena baru bangun.Dewangga lekas turun dari ranjang, ia beranjak menuju pintu, lalu protes pada ibunya itu. Kami memang terbiasa bangun terlambat, sebab semuanya sudah tersedia. Bangun tidur langsung mandi, turun ke bawah untuk sarapan yang sudah terhidang, lalu bergegas pergi bekerja. Jadi, tidak ada yang harus dikejar hingga bangun di jam sepagi ini.“Ini masih terlalu pagi, Ma.” Dewangga berkomentar.“Mana si Nasya, suruh bantu bu
Read more
29. Bawa Aku Pergi
Ruangan tampak ramai oleh para tamu undangan. Para pria dengan setelah jas hitam, sementara wanita dengan gaun merah elegant. Ada banyak makanan dan minuman yang terhidang. Termasuk minuman beralkohol dengan botol-botol yang masih tersegel di atas meja.Perayaan ini cukup resmi, sebab sekaligus pengumuman atas berpindahnya kepemilikan perusahaan milik ibu mertua yang akan dipegang oleh Dewangga mulai malam ini.Aku berdiri dengan kikuk di antara para tamu undangan. Merasa tidak nyaman berada di tengah kerumunan. Sementara Dewangga dan ibunya berada di atas panggung sana. Berdiri bersama pembawa acara. Lelaki itu tampak tidak senang, sebab ia memang tidak pernah ingin meneruskan perusahaan. Ia lebih suka bekerja di bawah kepemimpinan seseorang.Aku menarik napas kasar. Mulai merasa bosan mendengar pidato yang sejak tadi tidak kunjung selesai. Beranjak menuju meja untuk meraih segelas sampanye. Namun, mengurungkan keinginan untuk meminum itu karena mengingat kondisi yang tengah mengandu
Read more
30. Kabur
Perkelahian tidak dapat dielakkan. Dewangga dan Robin saling berbalas serangan. Tampaknya mereka telah terlatih dalam hal bela diri. Aku tahu sekeras apa pukulan Dewangga, sebab sudah berulang kali merasakannya. Namun, ternyata pukulan Robin lebih kuat darinya. Wajah suamiku itu tampak babak belur. Ia mulai kewalahan dalam memberikan serangan ataupun bertahan dari hajaran temannya. Ia memegang dada dengan posisi sedikit menunduk. Tangan kanannya mengusap hidung yang sudah mengeluarkan darah segar.Tidak ada yang berani melerai pertengkaran meskipun ada banyak kerumunan.Dewangga menatapku dengan tajam. Ada dendam yang tersirat dari sorot matanya yang begitu mencekam.“Tunggu aku di luar, aku akan segera menyusul!” Robin menoleh padaku, memberikan instruksi agar aku lekas meninggalkan ruangan.Fokus orang-orang mulai berpindah padaku. Mereka mulai saling bisik satu dengan yang lain. Menerka-nerka atas apa yang telah terjadi. Tatapan sinis tidak sedikit yang aku terima.Aku mengangguk m
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status