Hasrat Liar Suamiku

Hasrat Liar Suamiku

Oleh:  Rich Ghali  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
74Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Nasya lelah pada Dewangga, sang suami, yang selalu bergairah ketika dirinya kesakitan. Bukan hanya kasar di ranjang, pria 32 tahun itu juga sangat posesif, sehingga Nasya tidak bisa berinteraksi dengan lelaki mana pun tanpa orang kepercayaan Dewa. Puncaknya adalah Nasya mendapati dirinya tengah hamil. Tahu bahwa sang suami tak akan menyukainya, Nasya pun memutuskan untuk melarikan diri. Berhasilkah Nasya lepas dari belenggu hasrat liar suaminya?

Lihat lebih banyak
Hasrat Liar Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Yasmin Rf
bagus ceritanya, aku suka karya mu semenjak baca novel Gairah panas suami kontrak...
2024-03-29 12:24:10
0
74 Bab
1. Kepuasan Suamiku
“Arght! Pelan-pelan!” Gerakan kasar yang dilakukan oleh Dewangga membuatku merasa sakit di beberapa titik bagian tubuh.Namun seakan tuli, suamiku itu terus saja melanjutkannya. Aku bahkan bisa merasakan beberapa helai rambut tercabut dari tempatnya menancap, sebab ia menjambak rambutku dengan begitu kuat. Entah sadar atau tidak, ia selalu saja menyiksa ketika kami tengah bercinta.Ia selalu menggila jika sudah di atas ranjang seperti ini. Hanya kepuasan dirinya sendiri yang ia pikirkan, tanpa peduli dengan kepuasan dan kondisi kesehatan pasangan.Kini Dewangga memintaku untuk mengubah posisi. Melihat wajahnya yang tampak memerah dan penuh dengan keringat, sepertinya ia akan segera mencapai puncak.“Yank.” Aku memanggil dengan sisa tenaga. Berharap agar pertempuran ini lekas berakhir. Sebab, tidak ada kenikmatan sama sekali yang aku dapatkan. Hanya ada rasa sakit dan nyeri di setiap hentakan yang ia berikan.Dewangga seketika bertumpu pada leherku. Sedikit mencekik ketika ia kembali
Baca selengkapnya
2. Bukan Budak Seks
Sebuah sentuhan halus di pipi membuatku terbangun dari tidur. Lelaki bermanik mata cokelat itu tersenyum saat tatapan kami saling beradu. Aku bangkit untuk duduk, terasa begitu ngilu hampir di seluruh tubuh.“Aku mau berangkat kerja.” Ia berucap dengan begitu lembut.Aku menguap beberapa kali, hanya diam ketika ia pamit.“Kalau butuh apa-apa, minta sama Ruri saja.” Selalu kalimat itu yang ia ucap ketika akan berangkat. Ada banyak pekerja di rumah ini, tapi hanya Ruri yang menjadi kepercayaannya.Aku mengangguk dengan lembut. Mendesis kecil ketika semua tubuh terasa begitu sakit. Terutama bagian selangkangan, dada, dan bahu.“Sakit?” Dewangga bertanya ketika aku mengusap lembut luka terbuka di bahu. Bekas gigitannya yang terasa begitu nyut-nyutan. Aku tidak menjawab, hanya diam karena sudah lelah dengan semua luka yang kudapat darinya setiap kali kami bercinta.Tangan kasar lelaki itu ikut memberikan usapan di bahu. “Aku akan pulang dua atau tiga hari lagi. Ponselmu harus selalu stanby
Baca selengkapnya
3. Foto Mesum
“Jangan, Sya, nanti Tuan Dewa marah.” Ruri memberikan peringatan agar aku tidak menghadiri acara reuni yang sudah kujanjikan. Namun, rasa memberontak sudah terlalu di puncak kepalaku.“Kalau gak ada yang ngasih tau, dia gak bakalan tau.” Aku membantah. Tidak ingin mengikuti perintahnya, juga melanggar larangan Dewangga agar tidak keluar rumah.“Aku gak mau tanggung jawab ya kalau ada apa-apa.” Ia mengancam, berkata lepas tangan jika seandainya nanti terjadi masalah setelah aku keluar rumah.“Kamu kan punya power di rumah ini, jadi kamu handle yang lainnya biar gak ada yang berani buka suara.” Aku memberikan saran.“Tuan Dewa itu udah percaya banget sama aku, masa aku khianati kepercayaannya.” Ia terlihat berat untuk melakukan.“Ayolah, kita bestie kan?” Aku terus merayu agar diberi akses untuk keluar hari ini.Ruri berdecak kesal, meski ia terlihat enggan untuk mengizinkan, tetap saja ia memberi jalan agar aku bisa keluar. Seluruh pekerja ia panggil untuk berkumpul. Diberinya mereka
Baca selengkapnya
4. Gaya Baru
“Argth! Lebih cepat, Sayang, lebih cepat!” Dewangga mendesah dengan wajah memerah.Kugigit bibir bawah untuk menikmati aktivitas yang tengah kami lakukan sekarang. Mencari kepuasan dengan tangan masing-masing, sebab ia yang masih berada jauh di sana ingin melampiaskan nafsunya.“Yeah, faster Baby, faster.” Ceracauannya terus terdengar dari dalam ponsel.Tidak bisa dipungkiri jika aku lebih suka seperti ini daripada disentuh secara langsung olehnya. Aku lebih bisa menikmati setiap gerakan jari yang menggesek area terlarang. Meningkatkan adrenalin, membuat darah putih naik ke puncak kepala.Aku hampir mencapai puncak ketika ia lebih dulu melakukan pelepasan. Desahannya terdengar penuh kepuasan.Aku menyusul kemudian, merasa seluruh sendi terlepas karena mencapai orgasme yang sudah lama tidak kurasakan. Aku tumbang, mengatur napas yang ngos-ngosan. Merasa panas dengan tubuh bugil, sementara AC tetap menyala sedari tadi.“Kau puas?” Suamiku itu bertanya dengan loadspeaker ponsel yang meny
Baca selengkapnya
5. Mama Minta Cucu
Aku tengah asyik menonton DVD bersama Ruri saat salah satu pelayan berkata bahwa ibu mertuaku telah tiba. Hal yang paling tidak aku sukai di dunia ini adalah saat harus berurusan dengannya. Jangankan bertemu secara langsung dengannya, mendengar namanya saja sudah membuatku begitu muak. Ternyata tidak semua orang kaya itu memiliki attitude yang baik. Tidak semua orang yang berpendidikan itu tahu bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain.“Bawa santai saja, kalau dikatain gak usah dimasukin ke hati.” Ruri berkata seolah ia bisa membaca pikiranku.Aku hanya berdehem kecil, bangkit berdiri dan meminta lelaki itu untuk mematikan DVD.Wanita dengan pakaian serba branded itu telah duduk di sofa saat aku turun dari kamar. Wajah angkuhnya langsung menyambut kedatanganku. Kipas putih dengan bulu-bulu angsa itu tidak pernah lepas dari tangannya. Ia mengibas-ngibaskan kipas saat menatapku dari atas hingga bawah. Menatap secara saksama, seolah tengah menilai penampilan menantunya.Aku tidak in
Baca selengkapnya
6. Instruktur Mesum
“Sya, ada paket.” Ruri berkata seraya menyerahkan sebuah paket yang dibungkus dengan kotak berukuran sedang. Tidak terlalu kecil, juga tidak terlalu besar.“Dari siapa?” Aku mengerutkan kening menerima kotak yang ia sodorkan.“Dari Tuan Dewa kayaknya.” Lelaki gemulai itu mengambil posisi tepat di sisi kananku saat aku mulai membuka kotak yang dibungkus dengan plastik dan bubble wrap.Sekarang aku baru ingat dengan ucapannya waktu itu. Tertarik dengan kostum cosplay dan membelinya untuk kukenakan saat ia pulang nanti. Malam nanti ia akan tiba, otomatis barang yang baru kupegang ini harus kukenakan.“Minta dibawa ke loundry, pilih yang kilat. Soalnya Dewa minta aku make ini pas dia pulang nanti.” Aku memberikan perintah pada Ruri.“Apa ini?” Lelaki itu membentangkan gaun mini kostum kucing dengan warna putih hitam. Tanpa lengan, juga panjang hanya sejengkal di bawah pangkal paha. Ada bendo menyerupai telinga kucing, juga ekor yang cukup panjang. Gaun, bendo, dan ekor semuanya senada, ta
Baca selengkapnya
7. Wanita Pilihan Ibu Mertua
Aku tidak pernah tahu jika Ruri memiliki tenaga sebesar itu. Sering memang ia menunjukkan sisi kelakian saat di hadapan para pekerja lainnya. Namun, jarang sekali ia menunjukkan kekuatan yang ia punya. Aku speechless dibuatnya.“Gimana?” Aku masih menunggu jawaban dari Ruri.“Aman, orang cuma dipukul pelan kok.” Ia mulai lebih santai dari sebelumnya setelah ia tahu kondisi wanita itu.Syukurlah, aku membatin. Sebab takut jika terjadi hal yang tidak diinginkan.Ruri membawa Viona ke dalam gendongan, kemudian melangkah menuju keluar ruangan. Aku mengekor di belakang. Para pekerja lain yang melihat, bertanya-tanya tentang apa yang tengah terjadi.Viona dibaringkan di atas sofa. Kami duduk menunggu di sofa yang lain. Menanti sambil mengamati, barangkali ia hanya pura-pura pingsan. Sebab, aku yakin fisiknya tidak selemah itu. Meskipun bekas hantaman Ruri masih meninggalkan jejak di wajahnya.Terdengar suara ponsel dari atas meja. Aku meraih, berpikir jika itu adalah ponselku. Barangkali De
Baca selengkapnya
8. Fantasi Dewangga Ketika Bercinta
Aku merasakan ciuman di kening, juga elusan lembut di ubun-ubun. Dengan malas kubuka mata yang terasa berat. Ada Dewangga yang tengah duduk di tepian ranjang. Ia tersenyum saat aku menatap. Ternyata ia telah pulang, pertanda jika hari telah malam. Aku tidak sadar ketika terjatuh dalam dunia mimpi saat menangis tadi siang. Bahkan aku telah melewatkan dua kali jadwal makan.“Kau menangis karena masalah tadi siang? Matamu terlihat bengkak, kau bahkan tidak mengganti pakaianmu.” Lelaki itu memberikan komentar.Aku hanya diam dengan wajah datar, masih kesal padanya karena ia menolak untuk percaya. Aku berbalik setelah menyingkirkan tangannya dari kepala.“Maafkan aku.” Ia naik ke atas ranjang, ikut rebahan dengan posisi tanpa jarak. Tangan kanannya melingkar di atas perutku.Lagi, aku menjauh dengan melepaskan pelukannya. Ia kembali melakukan hal yang sama. Aku kembali menjauh, hal itu berulang hingga beberapa kali.“Jangan buat aku marah, Sya.” Ia memberikan peringatan. Aku tidak ingin me
Baca selengkapnya
9. Lebih Baik Kau Menikahi Pelacur
“Perih, Yank.” Aku berkomentar ketika Dewangga menggigit dan menarik bagian puting buah dadaku. Kurasakan ia telah membuat lecet di area itu. Namun, lelaki berstatus suamiku itu seolah tidak ingin mendengar keluhan sama sekali. Ia tetap saja melakukan itu. Bahkan mulai memompa dengan kecepatan penuh seraya giginya terus menancap di dadaku.Kuremas kuat-kuat rambut Dewangga, bahkan menjambak dengan sadar. Berharap jambakan itu akan sedikit mengurangi kebrutalannya di saat bercinta. Ternyata salah, semakin aku membalas dengan kasar, semakin ia terlihat begitu menikmati.Aku tidak bisa merasakan apa-apa. Bahkan tubuhku mulai mati rasa. Hal yang kini menjadi hal lumrah ketika kami tengah mengadu kasih di atas peraduan. Dewangga melepas gigitan di dada, ia menatap dengan sorot penuh nafsu ketika kami saling membalas pandang. Sementara pinggangnya terus bergerak. Sesekali maju-mundur, sesekali ia berikan gerakan menggoyang.Segurat senyum terukir di bibir manisnya, detik berikutnya ia memej
Baca selengkapnya
10. Trauma Dinding Rahim
Aku beranjak menuju lemari untuk memilih baju dengan asal, yang terpenting bisa menutupi seluruh badan. Sementara Dewangga masih terbaring dengan lelah di lantai. Kedua matanya tengah terpejam, mungkin ia telah tertidur karena kelelahan.Sesaat setelah aku berpakaian, terdengar ketukan di pintu kamar dengan suara Ruri yang memanggil dengan pelan. Aku segera beranjak untuk membukakan.“Ada apa?” Ia bertanya dengan mata yang masih tampak mengantuk. Suaranya juga terdengar serak, seperti orang yang baru terbangun dari tidurnya.“Bawa aku ke rumah sakit sekarang, cari dokter obgyn terbaik.” Aku memberikan perintah.“Loh, kamu hamil?” Suaranya terdengar setengah berbisik seraya melongok menatap ke dalam. Menatap Dewangga yang tengah terbaring lelah di lantai kamar dengan tubuh polos tanpa pakaian.Aku menggeleng dengan pelan.“Dia semakin brutal dan aneh, aku takut.” Aku berucap dengan suara sedikit bergetar. Sebab aku benar-benar merasa takut sekarang.“Aku gak bisa bawa kamu keluar kalau
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status