Semua Bab Cinta Maid Belok Kanan: Bab 11 - Bab 20
53 Bab
Kesan Pembelaan yang Indah
"Plak" Akuterpental kesofa. Tamparan Farah sangat keras."Jangan kurang ajar kamu Farah!"Daniel mendorong Farah dan membantuku berdiri.Entah apa salahku sampai Farah datang kerumah Daniel dan menyerangku."Eh, gembel. Ngapain kamu disini?!"Sungut Rena."Farah!" Suara Daniel melengking dalamrumah. "Duduk!" Telunjuk Daniel memberi aba-aba.Farah duduk dengan raut wajah murka disofa ruangtamu."Kamu nggak apa-apa, Sofi?" Daniel dudukdisampingku. Mengelus pipiku dengan lembut."Nggak usah deket-deket." Farah menarikbahuku sangat kencang. Air mataku jatuh tak tertahan.“Heii..!” Daniel membentak Farah lagi.“Siapa dia, Dan? Kenapa kamu belain dia terus?”Farah menoleh kearahku penuh amarah. Daniel berjaga didepanku."Kalo kamu masih kayak gini, mending kamukeluar sekarang!" Usir Daniel. Farah diam dan membuang muka."Kamu ngusir aku demi gembel ini, Dan?!Hah.." Farah tertawa picik."Kalo kamu gak bisa tenang, aku minta kamukeluar dari sini!" Usir Daniel."Oke. Sekarang kamu jela
Baca selengkapnya
Farah Memecah Keheningan
Hari ini gerimisdatang lagi. Seperti biasa, Daniel selalu mengantarku kekampus saat gerimis.Dia tidak mengizinkan aku untuk pergi sendiri naik taxi.Kali ini Daniel tidak menyalakan type atau radiodalam mobilnya. Susana masih terasa hening.Aku memilih diam saja sebelum Daniel yang memulaipercakapan.Aroma parfum kopi yang memenuhi kabin mobil terasamenenangkan diiringi suara gemercik hujan yang jatuh pada kaca mobil Daniel.​“Dressyang cantik, kayak yang makek.” Puji Daniel memecah keheningan. Hatiku berbunga.​“Makasih..Ini baju yang Bos belikan, loh” Aku menyeringai salah tingkah. Menyilangkankaki agar terlihat lebih elegan.​“O, ya?Cantik." Pujinya lagi. Aku semakin salah tingkah. "Kamu tahu, nggak?Hitam itu warna favorite saya.”​“Sayatahu." Timpalku."Tahu dari siapa?" Daniel tersenyumdengan wajah bingung."Nebak aja. Karena Bos sering banget pakaibaju warna hitam. Barang-barang Bos dirumah juga, dominan warna hitam. So, sayafikir warna favorite kita sama.”​“O ya?
Baca selengkapnya
Kongkalingkong Rena dan Salman
Sofi, aku punyasesuatu buat kamu.” Salman menyodorkan sebuah bucket berisi cokelat.​“Cie..suit, suit..” Kelas mulai riuh meneriaki tingkah Salman.​“MaafBang, aku nggak suka cokelat.” Ujarku.​“Terimaaja kali, Sof. Hargai effort dia. Kasian tahu.” Rena berbisik sambil menyenggollenganku. Aku terdiam.​“SiniMan, Sofi sebenernya suka banget sama cokelat. Tapi dia malu sama kamu.” Akumemeloti Rena, tapi Rena balas memelototiku.​“Oya?Kalo gitu, ambil dong, Sofi. please.. Kamu bawa pulang.Nanti kamu makan cokelat ini, biar inget terussama aku.” Kelakuan Salman semakin menjadi.​“Cie..”Kelas Kembali bising. Aku sangat terganggu dengan situasi ini. Kenapa Salmantidak penah menyerah.Padahal, aku tidak pernah sekalipun meresponnya.Ingin rasanya aku buang saja cokelat itu. Aku malu menjadi sorotan teman-temandikelas.​“Selamatpagi..” Dosenku, Bu Farisa tiba dikelas.​“Selamatpagi, Bu.” Kami serentak menjawab.Bu Farisa memulai mata kuliah ekonomi makro.Mataku memandang keara
Baca selengkapnya
Lagi-lagi Karena Salman
"Bangun,Sofi." Aku membuka mataku yang perih setelah lama pura-pura tertidur."Makasih tumpangannya, Bang." Ucapkupada salman."Sama-sama, cantik." Aku muak denganperlakuan Salman.Mungkin seperti ini rasanya digoda oleh orang yangnggak kita sukai. Aku turun dari mobil Salman.Aku membuka gerbang rumah Daniel. Salmanmembunyikan klakson dan pergi melajukan mobilnya.Kepalaku pusing karena harus pura-pura tidurselama dalam perjalanan. Aku tidak mau Salman membicarakan sesuatu yang tidakaku sukai.Rayuan, gombalan, juga hal pribadi yang selama iniaku sembunyikan. Aku mulai membuka pintu rumah Daniel dan masuk kedalamnya.Aku melihat Daniel sedang duduk disofa ruang tamu.Aku menghampirinya.​“Bos.”Aku menegur Daniel.​“Hemm..”Dia hanya bergumam. Matanya fokus melihat ponsel ditangannya.​“Bos,pulang cepet hari ini?” Tanyaku basa basi.​“Iya.”Dia menoleh kearahku. “ Gimana kabar kamu, Nona Sofi?" Tanya Daniel dengannada sinis."Apa kamu bahagia hari ini? Oo tentu sangatbahag
Baca selengkapnya
Bulan Mulai Menampakkan Wajahnya
Malam yang tenang.Aku duduk seorang diri diteras rumah dengan bukuditangan. Buku itu hanya menemaniku. Karena tidak sedikitpun aku membukanyamalam ini.Aku mendongakkan kepalaku. Melihat langit yangindah dihiasi sang bulan. Bintang gemintang menjadi pelengkapnya.Aku menyingkap dressku yang tertiup angin. Anginmalam memang lebih kencang. Tapi ia membuat sejuk yang menyenangkan.Aku melirik jam dilayar ponsel. Jam menunjukkanpukul 09.00 malam, tapi aku belum mau tidur.Aku melihat sekeliling rumah, mencerna setiapdetailnya satu persatu. Suatu saat nanti, aku akan merindukan rumah ini.Beberapa bulan lagi, aku akan lulus kuliah danmencari pekerjaan baru. Aku tidak mungkin selamanya menjadi maid Daniel.​“Coffee?”Daniel mengagetkanku dengan tangan kanan menyodorkan kopi.​“Thank's.”Aku meraih kopi yang disodorkan. Akhir-akhir ini Daniel memang terlihat berbedasejak dia marah padaku karena bucket cokelat itu.Daniel tambah perhatian. Aku tidak mengerti maksuddari setiap perhat
Baca selengkapnya
Semilir Angin Tambak Wedi
"Aduh.." Kakiku tersandung bebatuanpantai Tambak Wedi Surabaya. Pantai dengan spot Jembatan Suramadu."Kamu nggak apa-apa?" Tangan Danielmenahanku yang hampir jatuh"Sakit, Mas.""Ayok naik." Daniel membungkukkanbadannya. Dia memintaku untuk naik kepunggungnya."Nggak usah, Mas." Aku menolak."Udah cepetan. Aku bawa kamu ketempat duduklesehan dibibir pantai." Aku masih ragu untuk menaiki punggung Daniel."Cepataaan.. Tenang aja, aku kuat, kok."Aku menaiki punggung Daniel perlahan.Daniel membawaku kebibir pantai. Kami dudukditikar yang sudah disediakan oleh para pedagang disana.Daniel memesan dua susu jahe hangat untuk kami."Sini kakinya, aku pijitin. Sakit, kan?""Wah.. Selain menikmati semilir angin pantai,kita juga bisa menikmati service pijatan, ya?"Aku dan Daniel tertawa. Aku meluruskan kakiku,kemudian Daniel memijatnya perlahan."Enak juga mijitnya. Belajar dari mana?""Seperti kata kamu. Bakat terpendam."Kami kembali tertawa."Indah sekali viewnya. Lampu kelap kelip
Baca selengkapnya
Kemesraan Mereka
​Aku berjalan beriringan bersama seorang laki-laki muda manis nan rupawan. Laki-laki yang menjadi majikan sekaligus keluarga untukku saat ini.Hari ini, Daniel membawaku untuk meeting bersama rekan bisnisnya.Tidak hanya hari ini, mungkin beberapa hari kedepan aku akan mengikuti kegiatan Daniel untuk aku tulis dalam skripsiku.Daniel menarik kursi dan memeprsilahkan aku untuk duduk, lalu menarik kursi disampingku untuk dirinya sendiri.Dimeja ini, sudah ada dua orang laki-laki. Yang satu sudah paruh baya, dan satunya lagi masih muda energik yang ternyata itu adalah PA dari si bapak paruh baya tersebut.“Kenalkan, ini Sofi.” Daniel mengenalkan aku pada mereka. Aku mengulurkan tanganku bersalaman dengan mereka.Aku melempar senyum tipis pada mereka. Mereka membalas senyumku."Kebetulan Sofi sedang menyusun skripsi dikampusnya, dan judul skripsinya relate dengan apa yang akan kita bahas hari ini.Jadi, dia ikut meeting untuk bahan penelitiannya. Semoga Bapak tidak keberatan dia ada disin
Baca selengkapnya
Kebohonganku
Aku bersiap pergi kekampus. Memasukkan beberapa buku kedalam tas lalu menentengnya keluar kamar.Aku melirik jam ditangan, masih jam 05.30 pagi. Aku sengaja bangun pagi dan menyelesaikan tugasku sebelum Daniel datang.Aku memilih untuk pergi kekampus sendiri menggunakan taxi. Aku membuka pintu utama rumah Daniel. Tiba-tiba aku terserempak dengannya didepan pintu. Daniel sudah pulang jogging. Badannya masih berpeluh. Dia menatapku heran.​“Kamu mau kemana berangkat pagi-pagi begini?” Daniel mengelap wajahnya. Entah kenapa Daniel pulang lebih cepat dari biasanya. Padahal, aku sedang berusaha menghindarinya. Aku masih ingat bagaimana sikap Daniel dan Farah kemarin di restoran. Hatiku masih sakit mengingat kejadian kemarin.​“Saya.. saya mau kerumah temen, Mas. Ada beberapa buku yang harus saya pinjam untuk referensi skripsi saya. Mas Di tenang aja, saya udah menyelesaikan semua pekerjaan saya.”​“Sofi, masuk kedalam dulu, please..” Pinta Daniel.Daniel tidak membiarkan aku pergi. Ak
Baca selengkapnya
Belajar merelakan
Aku membuka lembaran buku dan mencatat beberapa tulisan untuk referensi guna melengkapi isi skripsiku.Aku melirik lenganku dan melihat jam sudah pukul 09.00 siang.Hampir dua jam aku berada diperpustakaan kampus, aku hampir lupa kalau aku ada janji untuk menemui dosen pembimbingku.Aku menutup semua buku dan mengembalikannya pada rak tempatnya semula. Aku keluar dan berlari menuju ruangan dosen pembimbingku. Di koridor kampus, aku bertemu beberapa teman yang juga tengah sibuk kesana kemari mengurusi skripsinya.Sebentar lagi tidak akan kutemui riuh kelas yang penuh dengan candaan dan ejekan teman-teman. Meskipun kami harus berganti teman setiap semester, tapi kami selalu saling merindukan.​“Selamat siang..” Aku membuka pintu dan mengucapkan salam. Mataku terbelalak melihat dosen pembimbingku tengah bercengkrama dengan sosok laki-laki yang kukenal.​“Siang, Sofi. Masuk, masuk sini.” Dosenku mempersilahkan aku duduk disofa tamu kali ini. Padahal, biasanya dia menyuruhku duduk diku
Baca selengkapnya
Daniel Pergi
Aku mengeluarkan buku dari dalam tas kemudian menggantung tas tersebut dibelakang pintu. Membuka jam tangan yang menempel sejak tadi pagi.Aku membaringkan tubuhku diatas kasur, melihat kesekitar kamar.Sudah tidak lama lagi kamar ini akan dihuni oleh maid baru. Rasanya aku enggan meninggalkannya. Kamar ini menyaksikan bagaimana tangis, tawa, juga perasaan yang kusembunyikan selama ini pada majikanku, Daniel.​'Tuhan, aku mencintainya.' Aku bergumam. Hatiku perih setiap kali mengingat kenyataan bahwa aku dan Daniel tidak akan bisa bersatu.Derajat akan menjadi penghalang perasaanku padanya.​Ting nong..Suara bel pintu dari luar. Aku terperanjat bangun dan berlari menuju pintu.Sepertinya tidak mungkin Daniel, karena Daniel punya kunci duplikat rumah ini. Aku membuka pintu dan melihat Salman berdiri didepannya.​“Bang Salman? Ada apa Abang datang kesini?” Aku bertanya heran.​“Kenapa gak boleh?" Jawabnya dengan senyuman.Salman memang selalu terlihat tampan dengan senyum dan tuturny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status