Cinta Maid Belok Kanan

Cinta Maid Belok Kanan

Oleh:  Lia Dee  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
52Bab
193Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sofi adalah seorang maid yang bekerja dirumah seorang lelaki sukses bernama Daniel. Daniel tidak hanya sukses, tapi dia juga baik. Karena Daniel lah Sofi bisa melanjutkan kuliahnya. Karena sikap Daniel yang baik, Sofi jatuh cinta padanya. Pada suatu hari, Sofi mendengar berita bahwa Daniel tidak membalas perasaannya. Itu berbanding terbalik dengan kenyataan sikap Daniel yang memperlakukan Sofi dengan sangat manis. Benarkah Daniel tidak membalas cinta Sofi?

Lihat lebih banyak
Cinta Maid Belok Kanan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
52 Bab
Majikan Terbaik
“Bos, sakit, Bos!”“Kamu berisik banget sih, Sof!” Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat Daniel menarik tanganku untuk membersihkan luka di jariku. Gara-gara dia datang tiba-tiba, aku yang tengah memotong sayuran pun kaget dan tergores pisau. “Kuliah kamu udah selesai?” tanya Daniel kemudian. Dia adalah majikanku. Dulu, aku sempat cuti kuliah karena tidak memiliki biaya, sedangkan aku hanya seorang yatim piatu sejak SMP. Aku tinggal bersama paman dan bibi yang juga serba kekurangan. Tapi berkat Daniel, aku dapat melanjutkan kuliahku lagi. Dia mencabut masa cutiku ditengah-tengah semester. Aku beruntung bisa melanjutkan kuliahku yang hanya tinggal dua semester. ​“Udah Bos. Hari ini saya pulang cepet. Soalnya, dosen yang masuk siang nggak bisa dateng. Bos juga tumben jam segini udah pulang?” Biasanya Daniel pulang kantor jam 05.00 sore hari. ​“Aku lagi pengen kerja di rumah.” Daniel membuka jas dan mengendorkan dasi di lehernya. Daniel memang punya wewenang untuk keluar m
Baca selengkapnya
Bos Bunglon
"Bilang aja saya kakak kamu.” Ucap Daniel memecah keheningan dalam mobil mewah berwarna hitam miliknya.Hari ini dia memaksaku untuk ikut dengannya berangkat ke kampus. Ini kali pertama aku menaiki mobil mewah.“Bilang sama siapa, Bos?” Tanyaku heran. Hidungku mengendus perlahan, mencium parfum mobil beraroma kopi yang menyegarkan.“Sama Abang kamu!” Aku melirik Daniel. Laki-laki keturunan Surabaya Turki yang mempunyai tampang manis dengan sedikit jambang dan hidung mancung.Kulitnya putih bersih dan sedikit berotot. Daniel sangat suka olahraga, dia terlihat energik. Aku selalu terpesona melihatnya.“Oh...” Jawabku singkat. Daniel melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan Surabaya yang padat.Aku memperhatikan trotoar jalanan yang dipenuhi dengan para pedagang kaki lima dengan berbagai masakan khas Jawa Timur di pagi hari.“Kamu kenapa nggak mau berangkat bareng Salman?” Daniel belum puas membahas Salman.“Nggak apa-apa, Bos.” Timpalku.Sebenarnya, selain aku ma
Baca selengkapnya
Mulai Tumbang
Tidak seperti biasa, hari ini badanku terasa kurang fit. Aku menatap langit-langit kamarku. Aku meraih selimut disamping tempat tidurku dan mulai meringkuk didalamnya. Aku merasa badanku panas, tapi rasanya dingin sekali. Kemarin, aku kehujanan saat pulang kuliah. Tapi malam sebelum aku tidur, rasanya badanku masih sehat. Tiba-tiba aku meriang ditengah malam. Pagi ini, kepalaku pening, badanku lemah. Aku tak mampu berdiri. Tanganku keluar dari dalam selimut. Menggapai ponsel di atas meja samping kasur. Aku melihat jam, sudah pukul 08.00, aku belum sarapan. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Rena. Aku berusaha menghubunginya kembali. Aku akan memintanya datang dan membawa sarapan. Beberapa kali aku menghubunginya, Rena tetap tidak menjawab panggilanku.Tok.. tok.. tok.. Seseorang diluar mengetuk pintu kamarku. Mungkin itu Daniel. Aku bangun dengan sekuat tenaga. Langkahku goyah. Aku berjalan tertatih. Tapi aku berusaha menggapai daun pintu untuk membukanya.“Kamu kenapa,
Baca selengkapnya
Daniel yang Mulai Menyebalkan
Daniel tiba-tiba masuk dengan kaos oblong warna hitamnya. Mungkin dia baru pulang jogging. Daniel selalu pergi jogging setiap pagi. Mungkin itu sebabnya badannya selalu sehat dan memberikan vibes positive untukku. Untukku? Aku tersenyum.​“Ada apa?” Daniel merapat kemeja mini bar. Dia mengagetkan aku yang sedang terpesona melihat ketampanannya.​“Eng.. Enggak papa, Bos.” Aku langsung memalingkan wajahku dan beralih memandangi sayuran yang tengah kupotong-potong.​“Kamu udah sehat?” Tanya Daniel sembari berjalan lalu duduk menyandarkan tubuhnya disofa. Daniel terlihat letih. Aku mengambilkan air putih untuknya.​“Mendingan, Bos. Hari ini saya mau berangkat kuliah. Biar gak tambah sakit. Bosen tidur terus. Tapi saya belum beres-beres rumah, Bos.”Aku melihat rumah Daniel sudah tidak rapi. Kertas kerjanya berserakan diruang tamu. Daniel terlalu sibuk untuk membereskannya sendiri."It's oke. Saya udah biasa sama rumah yang berantakan." Daniel mengangkat kakinya dan meneguk air putih yang
Baca selengkapnya
Ulah Salman
"Aduh! Pelan-pelan dong, Bos." Kepalaku hampir terantuk dashboard mobil. Aku terkejut Daniel ngerem mendadak. ​“Udah sampe, tuh! Makanya jangan ngelamun terus.” Daniel memarkirkan mobilnya tepat didepan gedung jurusanku, Fakultas Ekonomi.Aku memonyongkan bibirku sembari membuka pintu mobil. Aku menuruninya perlahan, karena mobil Daniel yang tinggi.Sepanjang perjalanan kami memeng diam. Aku hanya sibuk melihat jalanan. Danielpun tidak menegurku. Aku malu memulai obrolan. Sebuah mobil sedan berwarna hitam merapat terparkir di samping mobil Daniel.​“Hei, Sofi. Gimana keadaanmu? Udah sehat?” Seseorang mengulurkan tangannya setelah menuruni mobil tersebut. Aku terkejut dan melihatnya. Ternyata Salman yang datang menghampiriku.“Oh iya, Bang. Sudah agak baikan.” Aku menyambut tangannya lalu bersalaman.Daniel turun dari mobil menghampiri kami. Salman tersenyum menyambut Daniel.​“Salman, Mas” Salman mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.​“Daniel.” Daniel meraih tangan Salman la
Baca selengkapnya
Perempuan Dalam Cafe
Aku dan Rena memasuki salah satu mall besar di Surabaya. Kami turun dari mobil setelah berhasil parkir dibasement. Aku berjalan disamping Rena. Kami masuk kedalam mall dan menyisiri lorong demi lorong rak makanan ringan, keperluan dapur, alat mandi dan lainnya. Setelah beberapa barang yang dibutuhkan sudah masuk semua kedalam keranjang, kami berjalan menuju kasir untuk membayarnya. Seorang kasir dengan seragam warna biru menscan satu persatu belanjaan Rena. Dia menyebutkan angka yang harus Rena bayar. Rena mengeluarkan ATM card dalam dompetnya. Mengetikkan pin dan mendapatkan struk dari kasir tersebut.“Okey, belanjaanku dah selesai. Sekarang, waktunya makan.” Rena menarik tanganku, tapi aku menahannya.​“Makan dirumah aja, yuk. Aku yang masakin.” Pintaku pada Rena. Aku tidak mau merepotkannya.​“No! Kamu udah capek-capek nemenin aku. Masa aku tega sih, bikin kamu capek lagi?”​“Aku suka masak, Ren. Cuma masak doang gak akan bikin aku capek.”​“Enggak! Kita cari café dan makan se
Baca selengkapnya
Siapa perempuan itu?
Rena melempar tasnya. Dia berbaring diatas sofa ruang tamu rumahnya dengan wajah nampak kesal.Aku mengambil dua gelas air dingin didapur, memberikan salah satunya pada Rena agar dia sedikit tenang.Rena bangun dan meneguk air yang kusodorkan kepadanya. Ponselnya berdering dari dalam tas. Tangannya masuk kedalam tas dan meraihnya.​“Ngapain sih, nelpon-nelpon?!” Rena melempar ponselnya keatas sofa.​“Siapa, Ren?” Tanyaku.​“Kak Di lah. Siapa lagi?.” Jawabnya ketus.​“Oooh.” Aku mempersingkat jawabanku agar tidak ribut lagi.​“Kamu kok kayaknya biasa aja sih, Sof? Kamu punya hati nggak, sih?” Tanya Rena sembari memandangku heran.​“Kata siapa? Aku juga sakit, Ren.” Aku merasa serba salah meresponnya. Aku tidak mau Rena semakin kesal. Aku bingung memilih jawaban yang pas.“Aku sama kamu itu beda, Ren. Aku nggak bisa marah kayak kamu. Aku kan, cuma maid dia. Sedangkan kamu, sepupunya.Meskipun kita sama-sama kesal, sama-sama marah, sama-sama sakit hati, kita akan memberikan respon yang b
Baca selengkapnya
Waktu yang Menyebalkan
Pagi hari yang sejuk, aku membuka jendela disudut-sudut ruangan. Matahari mengintip kedalam rumah melalui sela-sela jendela.Aku bergegas mengambil sapu dan mulai menggoyangkannya ditanganku. Aku merapikan beberapa kertas kerja Daniel yang berserakan.Butuh waktu sebentar untuk membersihkan dan merapikan rumah ini. Karena rumah Daniel tidak terlalu besar.Daniel dan Rena memang sepupu dengan karakter yang sama. Mereka sama-sama orang kaya yang baik juga sederhana.Mungkin juga karena Daniel belum berkeluarga, jadi dia tidak terlalu membutuhkan rumah yang besar nan mewah."Tapi, kalau aku jadi istrinya, aku nggak masalah harus tinggal dirumah sederhana ini. Ah, aku mulai bermimpi disiang bolong." Gumamku.​“Sofi, Kamu gak kuliah hari ini?” Daniel membuatku terkejut. Dia baru saja pulang dari jogging. Badannya masih kuyup dengan peluh.​“Gak ada, bos.” Sahutku. Daniel sedang menyeka lehernya yang berpeluh dengan handuk kecil ditangannya. ​“Kalo gitu, boleh bikinin saya sarapan?” Danie
Baca selengkapnya
Mulai Berdamai
Aku membuka mata dan melirik jam didindingkamarku. Ternyata sudah jam 09.00 siang. Dua jam sudah aku tertidur karenaletih menangis.Aku bangun lalu duduk ditepi ranjang. Mengahadapcermin yang menempel pada lemari. Aku melihat mataku yang sedikit bengkak.Aku menghela nafas Panjang. Aku berdiri laluberjalan kekamar mandi untuk mencuci mukaku yang lusuh.Seusai dari kamar mandi, mataku berkelilingmencari sosok Daniel. Aku menangkap sosok Daniel sedang duaduk disofa ruangtamu.Mungkin labih baik aku meminta maaf untukmengakhiri perselisihan ini.Aku hanya seorang maid. Aku tidak berhak untukmarah-marah apa lagi sampai sok-sokan ngambek dan meninggalkan dia sebelum diaselesai berbicara.Daniel adalah bosku, kalau sewaktu-waktu dia marahdan memecatku, kemana lagi aku harus mencari pekerjaan?Kakiku berjalan menghampirinya.​“Bos.”Aku menyapa Daniel.Aku berdiri disamping sofa tempat Daniel duduk.Tapi Daniel tidak mau menoleh kearahku.​“Hemm..”Jawabnya singkat.Daniel terlihat
Baca selengkapnya
Kejutan Daniel
Aku dan Danielmemasuki sebuah mall. Tangan Daniel mempersilahkan aku untuk berjalandisampingnya.Aku maju kedepan dan mulai berjalan disampingDaniel. Ada perasaan bahagia karena Daniel lagi-lagi membuat aku merasadihargai.Aku merasa dia tidak pernah merendahkan aku yanghanya seorang maid.Daniel membawaku masuk ke outlet baju. Mungkin diaingin membelikan baju untuk Farah.​“Pilihbaju yang kamu suka.” Ucap Daniel.​“Buatsiapa, Bos?” Aku bertanya heran.​“Buatkamu.” Jawab Daniel.Dia semakin membuatku bingung. ​“Enggak usah, Bos. saya nggak punya duitbuat beli baju mahal disini.” Akumengelak.​“Aku yangbayar.” Jelasnya.​“Tapi,Bos.”​“Kamubaru tadi loh, minta maaf sama saya karena kamu ngebantah. Sekarang kamu maungebantah lagi?” Aku menggelengkan kepalaku.​“Okey,sekarang kerjakan apa yang saya perintahkan. Please!” Aku mengangguk danberjalan menuju baju-baju yang berjejer.Aku mengambil satu dress cantik berwarna hitam.Kemudian masuk ke fitting room untuk mencoba dr
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status