All Chapters of Satu-satunya Perempuan Dihati Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60
82 Chapters
51. Menculik suamiku
"Ih Papi ... apa hubungannya coba sama ngupil. Nggak nyambung," omel Yumna."Ya jelas ada hubungannya lah, Yum," balas Papi Yohan. "Bisa jadi si Sandi pas ngupil terlalu dalam sampai lubang hidungnya lecet. Kan itu bisa terjadi sampai akhirnya mimisan.""Benar itu, San. Kamu ngupil terlalu dalam?" tanya Ustad Yunus yang percaya dengan apa yang mertuanya katakan."Enggak, Om," bantah Sandi. "Ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan ngupil.""Terus kok bisa sampai mimisan?" tanya Umi Mae."Aku sendiri nggak tau, Nek. Mangkanya aku periksa darah tadi. Tapi untungnya semuanya baik-baik saja. Dokter mengatakan semuanya normal dan aku sehat.""Syukurlah kalau baik-baik saja." Umi Mae menghela napas dengan lega. "Lain kali hati-hati kalau beraktivitas. Sering pakai masker juga kalau keluar rumah, takutnya itu karena efek debu, San.""Iya, Nek." Sandi mengangguk cepat. "Oh ya, terus Nenek, Om, Tante Yumna dan yang lain kenapa ada di rumah sakit? Siapa yang sakit?" tanya Sandi sembari menat
Read more
52. Langsung lepaskan celananya
Meskipun Tora sudah berusaha keras untuk menolak, namun pada akhirnya dia tidak bisa menghindar. Dia dipaksa oleh Bunda Noni untuk pergi ke Banten."Kamu harus tunjukkan jalan yang benar, Tora. Jangan asal-asalan! Apalagi buat kita nyasar!" tegur Bunda Noni yang duduk di samping Tora, sementara Tora terlihat tertekan saat mengemudi.Dia yang merasa panik, berpikir bagaimana caranya agar Bunda Noni percaya. 'Ya ampun, apa yang harus aku lakukan? Aku perlu mencari cara agar Bu Noni yakin. Tapi caranya apa kira-kira?'***Sehabis pulang dari rumah sakit dan mampir ke supermarket untuk membeli susu ibu hamil, Ustad Yunus pun meminta Papi Yohan untuk menurunkannya di masjid. Karena seperti biasa, dia harus bekerja."Padahal aku 'kan sekarang lagi hamil, Mas," kata Yumna dengan sedih, saat melihat suaminya turun dari mobil."Memangnya kenapa, Dek?" Ustad Yunus mengerutkan keningnya bingung."Ya harusnya Mas temani aku di rumah lah. Libur dulu jangan kerja.""Saya kerja juga nggak akan sehari
Read more
53. Kenapa aku berada di sini
Beberapa menit kemudian, Ustad Yunus dengan perlahan membuka matanya. Dia mencoba menyesuaikan pandangannya dengan menatap sekeliling, namun apa yang dia lihat membuatnya terkejut."Kenapa aku berada di sini, di dalam toilet? Dan bagaimana bisa aku berbaring di lantai seperti ini?" Ustad Yunus tampak bingung, mendapati dirinya tengah berbaring di lantai toilet yang basah dan dingin, membuat pakaian yang dikenakannya ikut basah dan dingin juga.Dengan perlahan, dia berusaha bangkit dan berdiri, merasakan kepalanya yang berat seolah-olah dipenuhi dengan beban.Langkah-langkahnya yang goyah mencoba membawanya keluar dari toilet tersebut, sementara pikirannya mencoba memutar balik kenangan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Apa aku kepeleset? Tapi rasanya nggak mungkin. Dan seingatku, aku belum masuk ke toilet hari ini. Lalu, kenapa..." Ucapan Ustad Yunus tiba-tiba terhenti, ketika dia teringat akan suatu peristiwa.Dia ingat sedang membersihkan kain lap di tempat pengambila
Read more
54. Memimpikan perempuan lain
Lantaran panik yang menyelimuti hatinya, Yumna merasa tak ada pilihan lain selain membawa Ustad Yunus ke rumah sakit, dengan harapan mendapatkan pertolongan secepatnya. Dalam perjalanan yang penuh kekhawatiran itu, Yumna ditemani oleh sosok yang selalu menjadi penopang dalam setiap suka maupun duka, yakni Papi Yohan.Pria tersebut, dengan kecepatan dan ketangkasan yang luar biasa, layaknya kilat yang membelah langit gelap. Begitu menerima kabar dari Yumna bahwa menantunya tengah dilanda demam, dengan sigap dia langsung beraksi. Tanpa membuang sedikit pun waktu, Papi Yohan segera datang untuk memberikan pertolongan.Dengan raut wajah yang dipenuhi kecemasan, Yumna menatap suaminya yang terbaring lemah di atas ranjang pemeriksaan. Cahaya lampu ruangan itu seolah menambah kesan dramatis pada situasi yang mereka hadapi."Sakit apa suamiku, Dok?" Suara Yumna bergetar, mencerminkan kekhawatiran yang mendalam, sambil memerhatikan seorang dokter pria yang dengan teliti memeriksa kondisi suam
Read more
55. Takut berpaling
Mbah Ratu segera menenangkan Ayah Cakra. "Tenanglah, Cakra. Aku ini dukun santet, bukan dukun cabul. Jadi kamu nggak perlu khawatir. Aku hanya berusaha menyembuhkanmu. Karena sejak kemarin-kemarin kamu hampir mati!""Mati?!" Ayah Cakra terperanjat dan tubuhnya seketika membeku. Dia menatap Mbah Ratu dengan raut tidak percaya. "Serius, Mbah?""Iya." Mbah Ratu mengangguk cepat. "Kataku juga kamu minum air dariku dengan cepat. Tapi kamu malah banyak tanya, alhasil racun ular itu mulai menyebar keseluruhan tubuhmu."Mendengar kata 'ular' Ayah Cakra seketika mengingat momen sebelumnya terjadi. Tapi, ada kebingungan di dalam hatinya."Tapi, Mbah. Kok bisa aku terkena racun ular? Kan aku nggak digigit ular.""Racun ular itu berasal dari ular yang aku kirimkan untuk Yunus. Karena ular itu mati, sebelum mematuk Yunus dan memberikan racun pelet ... jadi racun itu akan berbalik ke orang yang mengirimkan," jelas Mbah Ratu."Kok bisa ular itu mati?""Istrinya yang membunuh.""Ah kurang ajar sekali
Read more
56. Semakin lama, semakin sakit
Setelah menyelesaikan doanya, Yumna merasakan sedikit kelegaan hati yang mendalam.Beban yang sejak tadi membebani hatinya, perlahan mulai terangkat, seolah-olah ada tangan tak kasat mata yang mengangkatnya. Dengan langkah yang lebih ringan, namun tetap diliputi kekhawatiran yang berkecamuk dalam dada, dia kembali ke kamar rawat Ustad Yunus, siap menghadapi apapun yang akan terjadi dengan kekuatan cinta dan do'a yang tak pernah padam, berharap mukjizat akan terjadi.Setibanya dia di sana, Yumna dikejutkan oleh Umi Mae yang tengah menangis di dekat ranjang dimana Ustad Yunus berada, suara tangisannya mengiris hati.'Apa yang terjadi?' Itulah yang ada dalam benaknya, pertanyaan itu bergema, mencari jawaban.Bergegas, Yumna yang bersama Papi Yohan menghampiri wanita itu, langkah mereka penuh kehati-hatian. Kemudian menatap ke arah Ustad Yunus yang masih memejamkan mata, tubuhnya tampak begitu renta dan rapuh."Umi ... Umi kenapa nangis? Ada apa?" tanya Yumna dengan lembut, suaranya berget
Read more
57. Apa Mas merasakannya?
"Naya ...," lirih Ustad Yunus."Setelah ini, kamu akan terbangun, Mas. Dan akan kupastikan nama itu enyah dalam pikiranmu," gumam Yumna dengan tekad yang kuat. Secara cepat, dia pun langsung menyambar bibir suaminya. Memberinya ciuman yang mesra dan begitu dalam.Suhu tubuh Ustad Yunus masih terasa begitu tinggi. Tapi Yumna akan mencoba untuk mendinginkannya. Dia yakin, dia bisa.Meskipun tak ada respon, tapi Yumna tetap berusaha. Bahkan kini tangannya sudah merogoh ke dalam celana suaminya dan menyentuh suatu benda yang panjang namun terasa lembek.Ajaibnya, saat baru saja dielus, benda itu justru langsung tegak berdiri. Membuat Yumna terkejut.'Kok bisa, tongkatnya Mas Boy langsung bangun pas aku pegang? Sedangkan orangnya masih mimpi?' batin Yumna yang masih terus melancarkan aksinya. Berharap dia akan berhasil membangunkan Ustad Yunus dan tentunya itu akan membuatnya berhenti memanggil nama Naya.Setelah puas menciumi suaminya dari bibir hingga leher, Yumna akhirnya mulai membuka
Read more
58. Mas Boy diguna-guna
"Saya bertemu Naya di masjid, Dek. Dia datang menemui saya, tapi bawa-bawa pisau sambil nangis," jawab Ustad Yunus sembari mengingat-ingat."Kenapa dia bawa pisau sambil nangis? Apa perempuan gatal itu habis motong bawang?" tebak Yumna."Dia nangis karena minta saya menikahinya, terus saya tolak. Tapi dia malah mengancam ingin bunuh diri, Dek, dengan pisau itu. Saya jadi khawatir... apakah Naya baik-baik saja? Soalnya dia sempat pergi pas saya coba untuk mencegahnya.""Ngapain Mas cegah? Kalau dia memang ingin bunuh diri ... ya biarkan saja. Lebih baik dia mati, daripada terus menerus menganggu hidup Mas!" Yumna merasa kesal dengan penjelasan suaminya, karena jelas bahwa pria itu masih peduli kepada Naya.Yang Yumna inginkan, pria itu tidak peduli. Apakah Naya hidup atau mati, sakit atau sehat, Ustad Yunus tidak peduli."Ya Allah, Dek. Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu. Masa iya ... saya harus diam saja saat melihat ada orang yang mau bunuh diri? Nanti saya berdosa.""Tapi Mas sudah
Read more
59. Ilmu hitam
"Assalamualaikum, Umi. Bagaimana kabar Yunus?"Suara itu menggema, mendadak menghentikan keheningan yang tadinya membungkus ruangan.Umi Mae dan Yumna, yang sedang serius berbicara, langsung menoleh, menatap dua sosok yang baru saja memasuki ruangan. Mereka adalah Soni dan Ustad Hamdan, yang tiba-tiba hadir seperti angin segar di tengah kepenatan.Soni, dengan tangan kanannya yang menenteng sebuah kantong berwarna merah, berisi dua rantang plastik segera menyerahkan apa yang dia bawa ke tangan Umi Mae."Walaikum salam, Son. Alhamdulillah... kamu dan Ustad Hamdan sudah sampai," jawab Umi Mae sambil tersenyum, saat melihat menantunya mencium punggung tangannya dengan penuh hormat."Si Yunus, apakah kondisinya semakin parah, Umi?" tanya Soni, suaranya bergetar, penuh kekhawatiran.Matanya menatap intens ke arah pintu kaca, memerhatikan sosok adik iparnya yang tengah terbengong, memandangi dokter yang sedang berbicara dengan kedua mertuanya, seperti mencari jawaban dari pertanyaan yang ta
Read more
60. Malas berdebat
"Ih, kok pakai undang dukun segala? Jangan ah, Pi! Serem!!" sahut Mami Soora tak setuju."Serem kenapa, Mi? Dia 'kan manusia juga seperti kita, bukan setan." Papi Yohan menjelaskan."Meskipun manusia juga tetap saja serem.""Maaf Pak Yohan," sela Ustad Hamdan berbicara dengan hati-hati. "Dukun itu aliran sesat, Pak. Percaya pada dukun sama saja seperti kita musyrik, menyekutukan Allah. Itu dosa besar, Pi.""Oohh benarkah Ustad?!" Papi Yohan sontak terkejut mendengar. "Maaf, kupikir nggak dosa. Karena aku mengira dukun itu seperti paranormal.""Beda, Pak. Dan sebaiknya dalam hal ini kita nggak perlu membawa-bawa dukun. Kita cukup meminta pertolongan kepada Allah saja karena hanya dialah yang dapat membantu kita.""Iya, Ustad." Papi Yohan mengangguk."Nanti sebelum tidur, minta Ustad Yunus untuk membaca surat Yasin dan do'a terhindar dari gangguan sihir, ya, Pak. Minta juga padanya untuk jangan lupa membaca dzikir, karena itu juga nggak kalah penting.""Memang ada, do'a terhindar dari s
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status