Semua Bab Setoran Bulanan Untuk Mertua : Bab 41 - Bab 50
110 Bab
Identitas Bayu
Sudah dua hari ini Rina dan Agus dititipkan di rumah Laras. Mirah sibuk merawat suaminya yang sedang sakit akibat dipukuli pekerjanya."Agus, ayo pulang!"Agus dan Rina yang asik bermain di halaman rumah Laras, didatangi oleh sang ibu. Namun Mirah hanya mengajak Agus untuk pulang, tapi tidak dengan Rina."Ina, Bu?" tanya gadis kecil itu.Laras hanya bisa mengamati mereka dari warung miliknya."Kamu bukan anakku. Jadi terserah mau pulang, kek … pergi, kek. Aku gak peduli," ucap Mirah sembari menatap anak sambungnya dengan bengis. Rina menangis sambil meremas bajunya. Dia masih saja diperlakukan tidak baik oleh Mirah.Sepeninggal Mirah dan Agus ke rumahnya, Laras lantas menghampiri Rina dan mengajaknya duduk di warung."Kamu sama Bibi aja, ya. Bukannya kamu seneng sama Bibi?"Rina mengangguk. Jemari mungilnya bergerak ke pipi dan mengusap air mata yang menggenang di sana."Besok pagi, Bibi ajak kamu ke kota.""Ngapain?" tanya Rina penasaran."Kita main-main di sana. Di kota juga banyak
Baca selengkapnya
Bertemu Rina
TriiingTriiingTriiing"Halo?" Terdengar suara wanita dari seberang sana. Laras pun berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk menyampaikan berita tentang Bayu."Halo … halo? Ini siapa, ya?" Karena Laras terlalu lama terdiam, suara wanita di seberang sana terus mengulang pertanyaannya.Saat Laras hendak menjawab telepon itu, angkutan umum yang dinantinya sejak tadi tiba-tiba datang. Terpaksa dia harus mematikan teleponnya secara sepihak dan gegas naik ke dalam angkutan umum itu bersama Rina.Di sisi lain, Embun dan keluarganya yang sedang asik berlibur di suatu daerah yang ada di Jawa Timur, dibuat risih oleh panggilan telepon tanpa suara."Mas … tadi ponselmu berbunyi," ucap Embun."Oh, ya? Terus? Kamu gak angkat?" tanya Bumi."Sudah, tapi gak ada jawaban.""Oh … biarlah! Paling itu orang iseng atau salah sambung."Bumi menyepelekan panggilan telepon itu. Karena melihat suaminya merespon dengan santai, akhirnya Embun pun ikut melupakan telepon misterius itu. Mereka berdua asik mema
Baca selengkapnya
Akhir Kisah Bara
"Sudah deket, Mbak?" tanya Embun pada Laras."Sudah deket, kok, Mbak. Nanti parkir di rumah sana, Mbak! Saya kenal kok sama yang punya rumah" Laras menunjuk rumah Pak Hasan. Dia menyarankan Bumi memarkirkan mobilnya di rumah itu. Setelah itu, mereka harus berjalan kaki sejauh 300 meter untuk sampai ke rumah Bayu.Pagi ini, Embun bersama suami dan adik iparnya ikut mengantar Laras ke desanya. Sedangkan ibu dan ayahnya masih di hotel menjaga anak-anak. Mereka juga dibantu babysitter yang disewa Embun selama dua hari. Rencananya, mereka akan menginap sehari atau dua hari lagi di kota ini.Bastian sempat diminta tinggal di hotel oleh Bumi. Biarlah pencarian Bara ini diserahkan pada mereka berdua. Tapi Bastian menolak. Dia kekeuh ingin ikut bersama kedua kakaknya. Dia ingin menanyakan langsung pada Bara apakah kakaknya itu ada kaitannya dengan menghilangnya Arista."Sini sama Ina, Om."Saat mereka sudah turun dari mobil dan hendak melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, tangan mungil
Baca selengkapnya
Kacau
"Ma … Pa. Kalian pulang duluan, ya! Embun titip anak-anak. Kami bertiga akan pulang minggu depan. Mas Bara sudah ditemukan tapi ia telah meninggal dunia." Begitu lah isi pesan Embun pada kedua orang tuanya. Pak Salim dan Bu Nadine begitu terkejut mendapat kabar duka itu. Mereka ingin menyusul anak-anaknya ke desa, namun dilarang oleh Embun. "Kasihan anak-anak jika dibawa ke desa ini, Ma. Perjalanannya cukup jauh dari kota. Di sini juga tak ada tempat buat menginap. Kalian pulang duluan ke rumah, ya! Gak apa-apa, 'kan? Embun, Mas Bumi, dan Bastian bisa menyelesaikan semuanya." Begitulah penolakan Embun pada permintaan orang tuanya saat ingin menyusul ke desa. Biarlah Embun dan yang lainnya menyelesaikan semua ini. Setelah Mas Bara dikebumikan, mereka akan kembali pulang ke rumah."Bagaimana denganmu, Mas?" tanya Embun pada sang suami."Aman, Sayang. Cutiku masih panjang. Kita bisa menyelesaikan urusan di desa ini dulu baru pulang."Jika kalian bertanya soal perasaan Bumi dan yang la
Baca selengkapnya
Aku Harus Datang
Dua hari berlalu, sudah waktunya Embun dan yang lainnya pulang ke rumah. Mereka akan meninggalkan desa ini bersama Rina. Lalu, bagaimana kabar Mirah? Wanita itu masih shock. Dia harus ditemani oleh kerabatnya. Dia tak boleh dibiarkan sendiri di rumahnya. Agus pun tak terurus jika hanya ada Mirah di rumah itu."Agus mau ikut Rina … Mau ikut."Agus merengek, meminta ikut ke kota. Dia tak ingin dipisahkan dengan Rina. Para kerabat membantu membujuk anak itu agar kembali tenang. Setelah melakukan perpisahan pada sang kakak, Rina lantas pergi meninggalkan rumah yang selama ini dia tinggali penuh dengan derita. Rina kecil merasa bahagia sekaligus bersedih. Bahagia karena tak akan mendapat siksaan lagi dari kedua orang tuanya, dan bersedih karena harus berpisah dengan Agus.Sebelum meninggalkan desa, Embun dan keluarganya terlebih dahulu mengambil barang-barangnya di rumah Laras. Beberapa potong pakaian yang mereka beli di desa ini, dibiarkan begitu saja untuk Laras atau siapapun warga des
Baca selengkapnya
Asalkan Bukan Valerie
"Kita bawa ke rumah sakit aja yuk, Mbak." Valerie menyarankan Embun untuk membawa Arista ke rumah sakit. Demamnya tak kunjung turun.Embun lantas memanggil suaminya untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit. Valerie dan Bastian ikut bersama yang lainnya."Cepet sembuh, ya, Sayang. Tante ada di sini bersamamu." Valerie begitu perhatian pada Arista. Dia berusaha menjadi calon ibu sambung yang baik bagi anak Bastian.TriiingTriiingTriiingTelepon Valerie berdering. Itu dari ayahnya. Wanita itu enggan menerimanya. Tapi Bastian yang tahu betul kalau panggilan itu dari ayah Valerie, dia lantas menyuruh kekasihnya untuk pulang."Pulang lah, Val! Nanti Papa marah lagi sama kamu. Arista pasti akan baik-baik saja. Ada aku, Mbak Embun, dan Mas Bumi di sini."Awalnya Valerie menolak, tapi setelah diyakinkan oleh yang lainnya, akhirnya dia memilih mengalah. Dia akan menuruti perintah ayahnya untuk pulang. Tapi besok, Valerie akan datang lagi menemani Arista."Kamu gak bisa dibilangin banget, ya?
Baca selengkapnya
Cemburu
"Bibi …." Arista begitu senang melihat kedatangan Laras pagi ini. Dia yang semula enggan untuk makan, kini langsung semangat meminta Laras menyuapinya.Embun tersenyum melihat kedekatan Laras dan Arista."Dengar, 'kan, Bas? Arista begitu senang saat Laras datang menjenguknya." Embun berbisik di telinga adiknya. Bastian terdiam. Dia tak menanggapi hasutan Embun."Sama siapa ke sini, Ras? Aku lupa ngasi tahu pak supir suruh membawamu langsung ke rumah sakit," ucap Embun."Tadi dianter Mas Bumi, Mbak. Dia hanya mengantar sampai depan karena harus cepat-cepat berangkat ke kantor. Itu ada titipan baju ganti buat Mbak dan juga Mas Bastian," ucap Laras sembari menunjuk tas hitam yang dibawanya barusan."Kayaknya Mas Bumi lagi ada meeting. Dia sampai lupa menghubungiku, ha ha ha," ucap Embun pada Laras.Laras tersenyum tipis menanggapi kelakar Embun. Matanya terus melirik ke arah Bastian yang sejak tadi hanya terdiam tanpa ikut nimbrung ke dalam obrolan mereka.Tanpa Laras sadari, Embun mel
Baca selengkapnya
Kesedihan Laras
"Loh, mau kemana kamu, Ras?" Embun bertemu Laras di lobby rumah sakit."Mbak Embun?" Laras gegas mengusap air mata yang sedari tadi mengalir deras di pipinya."Loh? Kamu habis nangis, Ras? Trus kamu mau kemana, nih?""Iya, Mbak. Tadi kepedesan. Aku mau keluar dulu nyari minum. Kirain Mbak datangnya sore.""Gak usah nyari minum di luar. Mbak udah bawain minuman sama cemilan buat kita. Iya, nih. Di rumah pada sepi. Anak-anak diajak main ke rumah saudara sama kakek dan neneknya. Makanya, Mbak balik ke sini lebih awal. Yuk masuk lagi!" ajak Embun pada Laras. Namun Laras seperti enggan melangkahkan kakinya kembali ke ruang rawat Arista."Kamu kenapa, Ras? Kok diem terus? Ayo balik ke ruangan!"Embun menoleh ke belakang dan melambaikan tangan pada Laras. Dia baru menyadari kalau Laras tak mengikuti langkahnya dan justru terdiam di tempat semula. Mau tak mau, Embun kembali menjemputnya."Ayo, Ras! Kamu kenapa? Kayak takut gitu. Habis liat setan?" gurau Embun. Namun Laras tetap terdiam."A …
Baca selengkapnya
Ini yang Terakhir
"Mas, ayo ikut aku ke rumah!" Valerie datang saat rumah dalam keadaan sepi. Bumi bekerja, Embun di toko pakaian miliknya, Pak Salim berada di toko sembakonya, sedangkan Bu Nadine dan anak-anak sedang tidur siang."Mau kemana, Val?""Ke rumahku. Keluarga besarku sudah datang. Ini kesempatan kita untuk memperjuangkan hubungan ini. Om, tante, dan sepupu-sepupuku pasti mau mendukung kita. Papa dan Mama pasti terpojokkan.""Aku gak bisa, Val. Arista baru saja keluar dari rumah sakit. Aku mau menemaninya."Bastian menolak ajakan Valerie. Selain karena ingin terus berada di dekat anaknya, Bastian juga enggan berurusan lagi dengan keluarga Valerie."Maaf, Val. Sepertinya kita harus mengakhiri hubungan ini. Keluargaku tak sebanding dengan keluargamu. Yang akan kita dapatkan hanyalah kesengsaraan dan penderitaan.""Kamu jahat, Mas. Bisa-bisanya berbicara seperti itu. Begitu mudahnya melepaskan hubungan ini," Valerie kesal dengan perkataan Bastian.Bastian ingat betul. Selama berhubungan dengan
Baca selengkapnya
Di-pasung
"Alan tampan dan kaya. Tapi hatiku masih tertaut di Bastian. Aaahhh … bingung."Valerie sedang pusing memikirkan dua pria yang kini ada di hidupnya. Dia nyaman dengan Alan, tapi cintanya masih lebih besar dengan Bastian."Apa aku samperin Bastian ke rumahnya, ya? Minta maaf sekali lagi. Sepertinya dia mau menerimaku lagi. Bastian lemah. Seberapa kuat dia ingin menjauhiku, tetap tak bisa. Sudah beruntung ada wanita sepertiku yang mau menerima dia apa adanya." Valerie begitu percaya diri. Dia mengira Bastian akan menerimanya kembali. Akan melupakan kejadian kemarin.Valerie lantas pergi menuju rumah Bastian. Dia berangkat dari butik miliknya. Karena ketika dia sudah pulang ke rumah, maka izin untuk keluar lagi akan susah. Inilah satu-satunya cara agar bisa pergi dengan leluasa, tanpa adanya larangan dari sang ayah.Toko sembako milik keluarga Embun, buka. Valerie lantas melajukan mobilnya hingga ke depan rumah Bastian. TokTokTokTak ada jawaban. Rumahnya kosong tak berpenghuni."Kema
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status