All Chapters of Istri Kontrak Tuan Nick: Chapter 11 - Chapter 20
46 Chapters
Bab 11. Om Mesum
Oliv terdiam sejenak, mencerna ucapan Nick barusan. Lalu, memakan buah yang dikupas tadi. “Terus? Makanan? Baju? Apa bakalan kamu bayar?” “Semuanya saya bayar. Kamu tidak usah khawatir. Kamu cukup siap-siap dan ikut bersama saya,” kata Nick disela-sela makan. Oliv mengunyah pelan. “Okey, kalau begitu. Aku terima tawaran Om.” Nick melirik ke Oliv tajam. “Saya masih muda, ya. Jangan panggil saya Om, apalagi Tuan, ngerti?” “Dish! Kan emang kamu udah tua. Mending ngaca deh, cuma kebanting aja sama muka kamu,” ucap Oliv tanpa takut sama sekali. Nick mendesis pelan. “Ternyata saya salah orang. Saya kira kamu beneran polos dan perempuan biasa aja. Ternyata sangat bawel,” ucapnya sambil menggelengkan kepala. “Makanya, kalau mau sok aja kenalan lebih dalam.” “Saya tidak minat. Buat apa sih kenal sama perempuan lebih dekat? Bukannya bahagia, malah bikin sakit hati yang ada.” Oliv menghentikan makan buahnya dan memincingkan mata tajam menatap pria itu serius. “Wait ... wait ...? Jang
Read more
Bab 12. Tersayat
“Batu,” ucap pria itu sebelum masuk kembali ke kamar. Oliv mendesis pelan dan menyandarkan tubuhnya kembali. “Ngeselin banget jadi orang,” gumamnya, kemudian melanjutkan makan. Tiba-tiba saja Nick melemparkan jaket tepat di hadapannya. “Pakai jaket minimal, biar tidak sakit,” kata Nick sebelum masuk kembali. Oliv melihat jaket itu, sesekali melirik ke pria tersebut. Dia mengambil jaketnya dan memakai jaket itu. “Pas banget, jangan bilang ini jaket mantannya,” gumamnya, kemudian memakai jaket itu. Selama sejam lebih, Oliv mulai menguap dan matanya terasa berat. “Hoamm .... sepertinya aku mengantuk. Padahal pengen nyemil lagi,” gumamnya, kemudian ia beranjak dan mengambil sisa makanan tadi. Oliv masuk ke kamar dan menutup pintu balkon kamar, kemudian menutup gordennya kembali. Perempuan itu melihat seorang pria yang sudah tertidur pulas di kasur sana berselimut tebal. “Padahal cowo dia, tidur duluan. Gimana nanti kalau dia punya istri? Apa bakalan tidur duluan sebelum istri
Read more
Bab 13. Sisi Baik Nick
“Udah, sana kamu tungguin di sana saja. Biar saya yang masak,” pinta Nick, kemudian mengalihkan masaknya. Oliv masih diam dan menatap ke pria itu dengan seksama. “Dia orang baik, tapi sepertinya dia trauma akan masa lalunya. Makanya si cowo ini merubah sikapnya,” batinnya. “Kenapa masih diam di situ? Duduk saja tuh ada kursi.” Oliv menyadarkan lamunannya. Kemudian mengangguk kecil sebelum duduk di kursi sana. “Maaf banget nih, kalau mau bantuan aku bantu kok.” “Tidak usah. Nanti malah tidak enak masakannya kalau pakai dua tangan,” kata Nick fokus dengan masaknya. Oliv menggembungkan pipinya dan menghela napas pelan. Setelah selesai masak, Nick segera menyiapkan makanan di meja makan. “Cepat ke sini. Keburu dingin nanti.” Oliv segera beranjak dari tempat duduk dan duduk di tempat makan. “Nanti aku bakalan hati-hati kok.” Nick melirik Oliv dari sudut mata dan meninggalkannya di sana. Oliv mengehela napas pelan, kemudian ia mengambil porsi makanan untuknya sendiri. “Mana t
Read more
Bab 14. Ke Rumah Oliv
Sesampai di lokasi, Oliv segera membuka handset dan melirik ke belakang. “Udah sampai?” “Menurut kamu?” Kening Oliv mengkerut dan menatap ke depan kembali. “Humm ... percuma juga aku handsetan, tangan kamu nggak bisa diem,” gerutunya, kemudian segera membuka sabuknya, namun susah. “Bisa tidak?” “Bisa, cuma nyangkut aja ini.” Nick mendesis pelan. “Bilang saja tidak bisa.” “Bisa kok, cuma ini nyangkut aja,” gerutu Oliv tidak terima dan masih membuka sabuk pengamannya itu. “Astaga, ini beneran sabuk pengaman kurang ajar ya.” “Sudah saya bilang. Mana.” Nick mendekat ke arahnya dan membantu untuk membuka sabuk pengamannya itu. Oliv terdiam, sesekali melirik wajah pria itu dekat. “Astaga, ganteng banget dia,” batinnya, matanya tidak kedip sama sekali. “Sudah. Dasar lemah,” ucap Nick, kemudian segera keluar dari mobil terlebih dahulu. Oliv menerjapkan mata kikuk. Dia menggelengkan kepala cepat dan bergegas untuk turun. “Tunggu dulu, biar aku telpon mama aku dulu,” katanya, kemudi
Read more
Bab 15. Perhatian Kecil
“Aku nggak ada waktu buat Mama kan? Aku bakalan cari waktu buat Mama dulu, habis itu aku bawa Mama ke rumah sakit,” jawab Oliv, kemudian melangkahkan kakinya ke arah bagasi mobil. “Ya kan dia sekarang sakit Oliv. Kamu lupain pekerjaan kamu itu. Fokus sama kesehatan Mama kamu bisa?” Setelah sampai di bagasi mobilnya itu. Oliv segera membuka penutup mobilnya itu agar tidak berdebu. “Kamu cek aja dulu, bisa kamu foto.” Nick terdiam sejenak, kemudian pria itu mengambil gambar dari mobil Oliv. “Sudah. Nanti kamu bawa saja ke rumah saya. Biar enak juga kalau teman saya minat.” Oliv mengangguk kecil. “Yasudah, nanti aku bawa ke rumah kamu sendiri.” Dia terdiam sejenak. “Kalau gitu kamu ke kantor aja, biar nggak telat juga kan?” Nick menautkan alisnya menatap ke arahnya. “Barusan kamu ngusir saya?” “H–hah? Bukan begitu maksudnya. Kan kamu mau kerja, aku juga nggak enak juga ngerepotin orang sibuk seperti kamu.” Nick menghela napas pelan. “Yasudah, kalau gitu aku duluan. Nanti parkir di
Read more
Bab 16. Rumah Sakit
“Ma, kita ke rumah sakit aja ya?” Mamanya itu menoleh ke sumber suara dengan tubuh yang lemas. “Nggak usah, Oliv. Nanti juga sembuh.” “Ma, Oliv mumpung libur sekarang. Periksa ke rumah sakit ya?” Oliv duduk di tepi dan memegang kening mamanya itu. Sangat panas. “Makin panas, padahal udah Oliv kompres loh.” “Kan belum minum obat Sayang. Beli obat aja, biar Mamam minum obatnya, ya?” Oliv menggeleng kepala cepat. “No, Oliv nggak mau ya. Mending Mama ke rumah sakit aja. Biar tau Mama itu sakit apa.” Lauren menghembuskan napas pelan. “Mungkin cuaca aja Oliv. Makanya Mama jadi seperti ini.” “Ya, sama aja. Mama itu sakit. Oliv nggak mau tau, ya. Tubuh Mama juga lemes kan? Mama itu butuh cairan juga.” Lauren terdiam sejenak. “Yasudah, kalau itu mau kamu. Mama ikut kemauan kamu saja.” “Nah, gitu dong. Biar cepat sembuh. Ayo, Oliv bantu.” Oliv membantu mamanya itu bangun dari tidurnya dan memapah untuk berdiri. “Bisa nggak?” “Masih bisa kok, Sayang,” ucap Lauren lirih sambil berjalan pe
Read more
Bab 17. Makanan Dari Nick
Wajah Oliv nampak kikuk saat mendengarkan ucapan mamanya barusan. “Engh ... c–cucu?” tanya Oliv memastikan. “Ya, Mama pengen cucu dari kalian. Pasti sangat lucu kalau mereka main sama Mama,” ucap Lauren lirih. Oliv terdiam sejenak, kemudian menerjapkan mata pelan. “Em ... ya ... Oliv juga masih proses. Mama doakan saja ya,” ucapnya sambil tersenyum paksa. Lauren tersenyum lembut saat mendengarkan perkataan Oliv barusan. “Oh ya, nanti kalau suster udah kasih obat langsung minum. Jangan sampai kalau Mama nggak mau minum obatnya.” “Pasti Sayang. Kamu nggak usah khawatir.” Oliv menggembungkan pipinya. Dia menggenggam tangan mamanya itu sembari mengusapnya pelan. “Mama ini udah tua. Kalau udah sakit bilang ke Oliv, jangan diem-diem terus.” “Oke, kalau kenapa-kenapa Mama bilang ke kamu, Sayang. Tapi, doakan ysng terbaik aja sama Mama.” “Kalau itu sih pasti Ma. Oliv bakalan doain Mama biar cepet sembuh,” ucap Oliv, tulus. *** Oliv menutup pintu ruangan tersebut dan ternyata ada
Read more
Bab 18. Merasa Bersalah
“Cuma gitu saja. Lagian itu hak manusia untuk menjenguk orang yang lagi sakit.” Oliv menghela napas pelan. Setelah menghabiskan makanannya itu, dia meminum minumannya sampai habis. “Oh ya, gimana sama mobilnya? Aku udah pake tadi, soalnya sekalian manasin sama nganter Mama.” “Ah ya, mau saya transfer sekarang?” “Boleh, kalau udah ada di kamu sih,” ucapnya. “Sudah kok. Sebentar.” Nick mengambil ponsel di saku jasnya itu dan mengotak-atik ponsel di sana. Oliv menatap pria itu yang sedang fokus memainkan HP-nya itu. “Apa temenmu itu sangat butuh? Makanya dia beli mobil aku?” Nick melirik ke samping dan memperlihatkan transaksi ke Oliv. “Mungkin begitu. Sudah masuk ya, itu bonus dari dia juga.” Oliv menerjapkan mata pelan. “Engh– bukannya itu terlalu banyak? Nggak usah ngadi-ngadi deh kamu,” ucapnya cepat. Nick meringis kecil dan meletakkan ponsel di meja. “Itu beneran, kalau tidak. Kenapa saya transfer ke kamu, hah?” Oliv terdiam sejenak. Benar juga sih yang dikatakan oleh N
Read more
Bab 19. Peraturan Kontrak
“Kenapa kamu keluar? Bukannya temanin Mama kamu di dalam?” kata seorang pria yang baru keluar dari sana. Oliv menepis air mata kembali, kemudian menoleh ke Nick yang kini sudah duduk di sampingnya. “Lagi pengen cari angin. Kenapa kamu ke luar juga?” “Lagi pengen keluar juga. Bahasan mereka tidak seru. Mana bahas cucu juga, jadi saya ke luar.” Oliv menghela napas pelan dan memainkan jari-jarinya sendiri di bawah sana. “Mama juga tanya kayak gitu tadi.” Nick menoleh ke samping dan menghela napas kasar. “Apa kamu keberatan? Sepertinya kamu tidak kuat dengan kontrak ini?” Oliv menggelengkan kepala. “Nggak kok, asal ada fee-nya apapun bakalan aku lakuin. Lagian cuma akting doang kan? Itu nggak masalah buat aku,” ucapnya diselingi dengan senyuman paksa. “Semoga saja kamu kuat. Saya juga mau menyingkirkan mantan saya biar tidak mengejar saya lagi.” “Heum? Masih mengejar ... kamu?” tanya Oliv memastikan. Nick menghela napas gusar dan menyandarkan kepala di kursi. “Ya, sepertinya dia
Read more
Bab 20. Balik ke Rumah
Oliv melirik ke Nick, memastikan pria itu baik-baik saja. “Nick? Are you okay?” Nick menerjapkan mata pelan dan menggelengkan kepala. “Ah ya ... i'm okay, kalau begitu. Saya balik dulu. Kabari saya, kalau kamu tidak balik ke rumah nanti,” kata Nick sebelum meninggalkannya. Oliv menghela napas pelan. Dia sedikit meringis ketika melihat punggung pria itu yang sudah menghilang dari pandangannya. “Sepertinya dia masih ada rasa sama mantannya itu. Cuma, dia juga punya luka dari mantannya itu. Jadi bingung, kalau aku jadi Nick pasti bingung juga sih,” ringisnya. Oliv menggelengkan kepala pelan, kemudian ia masuk ke dalam ruangan mamanya itu. “Nick mana?” “Sudah balik, dia beneran sibuk, Ma.” Oliv menutup pintu kembali dan duduk di kursi, tepatnya di samping mamanya itu. “Yasudah kalau gitu. Kalau kamu mau pulang, pulang saja ya? Kasihan suami kamu itu, dia juga butuh makanan di rumah. Dia juga butuh kamu.” “Dia pasti ngerti, Ma. Nggak usah mikirin Nick dulu. Nick juga menyuruh
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status