Semua Bab PETAKA SEKOTAK KURMA : Bab 51 - Bab 60
71 Bab
51
Dengan geramnya pria itu menatapku, wajahnya menegang dengan bola mata yang merah menunjukkan kemarahan yang luar biasa. Dari balik kisi-kisi pintu halaman, aku bisa melihat dengan jelas bahwa ia benar-benar terbakar oleh kemurkaannya."Ada denganmu, kenapa kau terbakar seperti itu?!" tanyaku selepas memastikan bahwa aku telah mengunci pintu gerbang dari dalam. "Kau harusnya menjaga dirimu jawabnya dengan berapi-api."Mungkin akhirnya kau menyadari ternyata seperti itulah sakit yang kurasakan begitu mengetahui kau menikahi wanita lain tanpa izinku." Lelaki itu terbelalak, sedang aku hanya tersenyum kemudian beranjak masuk ke dalam rumah, kuajak anakku yang sejak tadi hanya menatap ayahnya dengan ekspresi tidak habis pikir. *Menjelang akhir musim penghujan, gerimis tidak pernah berhenti di pagi hari, hal demikian membuatku sedikit kesal karena berangkat kerja menggunakan motor akan menyulitkanku, sulitnya berkendara mengenakan jas hujan sementara jalan-jalan bisa saja tergenang dan
Baca selengkapnya
52
Tertegun diri ini mendengarkan jawabannya, melihat matanya yang menatapku tanpa berkedip aku langsung menundukkan kepala agar aku bisa mengendalikan diri dan perasaanku."Saya kagum atas cerita hidup dan bagai mana perjuangan Mbak Ida. Namun saya tidak akan berani untuk bersikap lebih jauh dari itu. Permisi, saya akan ke kelas dulu."Tidak kujawab ucapannya melainkan hanya kuperhatikan gerak-geriknya dan bagaimana cara ia tersenyum lalu meninggalkanku sendiri yang di ruangan guru. Setelah beberapa saat, aku kembali pada kesadaranku bahwa aku juga harus menuju ke kelas dan memberi pelajaran pada anak-anak. *Mungkin pengakuannya mengubah sudut pandang atau menciptakan kecanduan diantara kami berdua, setidaknya itu yang ku pikirkan dari pagi sampai sampai jam kelas berakhir, lalu ada jeda istirahat untuk salat dzuhur dan makan. Kupikir dia tidak akan berani menatapku lagi, tapi dari seberang lapangan tadi, saat ia berjalan bersama anak-anak didiknya, lelaki itu sempat tersenyum kepada
Baca selengkapnya
53
Lalu beberapa hari setelah kami pulang bersama.*Aku adalah tipikal anak yang selalu menceritakan segala sesuatu pada orang tuanya, apapun yang mengganggu atau terjadi dalam hidupku pasti semuanya akan kuceritakan pada ayah dan ibuku. Seperti yang terjadi sekarang, aku ke rumah mereka setelah kejadian 3 hari yang lalu, di mana guru bahasa Inggris bernama Jaka berniat untuk menghitbah diri ini. Aku pikir aku harus segera berdiskusi pada orang tuaku dan menceritakan segalanya serta mendengar pendapat mereka."Bu, Apakah salah bila ada yang menyukai saya?"ibu yang sedang menuangkan teh ke dalam cangkir langsung menatapku dia mengernyitkan alisnya lalu tersenyum beberapa detik kemudian."Kenapa, Siapa yang menyukaimu?""Ada guru bahasa Inggris di sekolah saya, tapi usianya lebih muda 2 tahun, dia duda dengan dua anak, istrinya meninggal beberapa tahun yang lalu.""Oh, menurutmu dia laki-laki seperti apa?" Ibuku balik bertanya kepadaku. "Dia ramah dan santun, cerdas serta beretika.""Ba
Baca selengkapnya
54
Setelah puas bercakap-cakap dengan orang tuaku, lelaki itu kemudian meminta diri untuk izin pamit. Ayah mengizinkannya kemudian Mas Jaka menyalami orang tuaku dan berjanji akan akan datang kembali di waktu yang tepat bersama keluarga besar dan orang tuanya. "Antarkan dia ke depan," bisik ibu."Iya Bu.""Ayah dan ibu tidak ada kepadanya tapi kalian punya tugas untuk meyakinkan anak masing-masing.""Aku mengerti, Bu."Kuiringi langkah kaki Mas Jaka yang hendak meninggalkan halaman rumah ayahku, kau antarkan dia sampai trotoar di mana ia memarkirkan motor miliknya. "Saya tidak menyangka kalau Mas Jaka akan datang dengan cepat.""Aku tidak mau menunda-nunda.""Terima kasih," ucapku lirih."Apa hanya ucapan itu?" tanyanya dengan senyum dikulum."Iya, hanya itu." Aku yang tidak bisa berbahasa-basi dalam situasi cowok yang seperti itu hanya berkata dengan lirih."Uhm, baiklah," ujarnya mengangguk, tatapan matanya berseri kemudian dia naik ke motornya dan meluncur pergi. *Dan kehebohan it
Baca selengkapnya
55
Kuputuskan untuk pulang lebih cepat karena khawatir tentang keadaan anakku yang katanya jatuh di jam olahraga. Tanpa mengerjakan modul ajar yang sudah kejar tayang, kupilih untuk mengakhiri jam kerja dan segera meluncur pulang ke rumah."Aku ingin ikut denganmu untuk melihat keadaan Elina.""Tidak usah sekarang.""Tidak, Kalau tidak sekarang kapan lagi?" Ucapnya dengan tegas.Lelaki itu menarik motornya dari parkiran lalu mengikuti motorku yang meluncur pulang. Aku tidak punya alasan untuk mencegah kehendaknya. Aku tidak tahu persis kapan waktu yang tepat dia akan berani kuperkenalkan pada Elina, tapi, mungkin sekarang sudah waktunya dan aku tidak punya pilihan selain pasrah dan membiarkan segala sesuatu mengalir sesuai alurnya. *Kuhentikan motorku lalu kubuka pintu gerbang rumah dan membiarkan motor Mas Jaka masuk ke dalam garasi. Lelaki itu juga mengambilkan motorku dan merapikannya sementara aku langsung meluncur masuk ke ruang tamu, kekhawatiran yang sejak tadi menggelayuti per
Baca selengkapnya
56
Baru kali ini dalam hidupku, aku benar-benar bertengkar hebat dengan Mas Hisyam, kami saling mengatai, saling berteriak dan menghina diri masing masing. Selepas ketegangan itu, pria yang tak punya alasan untuk bertahan itu, pergi meninggalkan rumah sambil menggebrak pintu gerbang dengan kasar. Tinggallah kami bertiga, aku, Jaka dan Elina. "Dek, maaf ya, Om tidak bermaksud untuk membuat Ayah dan ibumu ribut.""Ga apa, bukan salah Om." Anakku menggeleng dengan penuh pengertian. "Om berjanji ini yang pertama dan terakhir kalinya, ke depannya tidak akan ada lagi pertengkaran dan keributan, om janji," ujar Mas Jaka sambil menggenggam tangan Elina. "Iya, Om."Usai bicara dengan Elina, mas Jaka pamit undur diri dari rumah kami. Aku antarkan dia ke gerbang, dan menyaksikan kepergiannya menggunakan motor besar. "Maaf ya, kamu harus terlibat dalam konflik kami.""Itu memang tidak bisa dihindari, mau tidak mau itu pasti terjadi.""Sekali lagi Maaf."Aku yang merasa sangat malu hanya bisa mi
Baca selengkapnya
57
Sabtu sore,Mas Jaka datang menjemput kami untuk diperkenalkan pada keluarga besar dan orang tuanya, jadi sejak ashar kami sudah bersiap-siap dengan memakai baju yang pantas dan beberapa bawaan kecil untuk diberikan pada keluarga Mas Jaka. "Apa kalian sudah siap berangkat?"Tanya Mas Jaka setelah mengucapkan salam dan masuk ke dalam rumah kami."Sudah.""Kalau begitu ayo.""Tunggu dulu Om," ujar Elina menyela."Ada apa Nak?"Putriku yang baru mau naik kelas 6 SD itu memberi isyarat agar Mas Jaka duduk di dekatnya di sofa ruang tamu. "Katakan, apa ada sesuatu yang membuatmu terganggu.""Om kan, lebih muda dari bunda, apa tidak masalah. Apa keluarga Om tidak akan keberatan?""Om tidak tahu apa reaksi keluargaku, tapi sekarang, kita dalam rangka untuk berkenalan dan meyakinkan mereka kalau kita bisa jadi keluarga dan baik-baik saja.""Beberapa kali Ayahku menghina Om. Apa itu tidak apa-apa?""Aku akan bersabar dengan perbuatannya, tapi jika aku tidak bisa menahannya lagi maka aku akan
Baca selengkapnya
58
Setelah Mas Hisyam pergi Pak RT mendekati kami, aku yang masih panik dengan nafas berdegup kencang karena melihat pertengkaran mantan suami dan Mas Jaka, hanya bisa berdiri dengan lutut lemas dan bola mata berkaca-kaca. "Apa Mbak baik baik saja?""Iya, Pak RT, maaf atas kericuhan yang terjadi di depan rumah saya.""Tidak apa, itu bukan salah Mbak.""Maaf Pak RT saya tidak bermaksud untuk membuat keributan di tempat ini," ucap Mas Jaka dengan wajah yang penuh rasa bersalah. ".... Saya telah membuat keributan dan mempermalukan Mbak Ida.""Tidak apa Mas, masnya datang ke sini dengan niat yang baik, kami tidak bisa mengusir atau memperlakukan Mas dengan kasar. Setiap orang punya hak untuk bergaul dan bersama dengan orang yang mereka inginkan. Kami pengurus rukun tetangga daerah sini hanya membantu untuk menertibkan keamanan saja."Aku saya mengatakan hal itu Pak RT menepuk bahu Mas Jaka kemudian mengajak anaknya dan para tetangga lain untuk kembali ke rumah masing-masing. Malam maki
Baca selengkapnya
59
"Bukan menang, Nak, tapi kau yang telah berhasil menemukan calon istri yang tepat, jadi ibu menyukainya," balas ibunya sambil menggenggam tanganku. "Makasih ya Bu." Tidak ada ucapan yang bisa ku katakan selain kalimat itu. "Saya amat terharu karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan hadiah sebagus ini.""Oh ya.""Keluarga suami saya yang sebelumnya memang sangat kaya tapi ...." Aku tidak bisa melanjutkan perkataanku karena itu akan terkesan menjelekkan keluarga Hisyam dan aku bisa terlihat buruk di hadapan calon mertua."Ibu mengerti Nak.""Apa yang ibu lakukan pada saya membuat Saya terharu, perasaan saya seperti mendapatkan kehangatan," ucapku yang tiba-tiba terharu dan merasa tidak bisa menahan air mata. Air mata bahagia. "Ya ampun, jangan nangis Zu, kau pantas mendapatkan kebahagiaan yang lebih baik dari sebelumnya.""Aaamin.""Semoga anak Ibu bisa menjagamu dan semoga kalian akur selamanya." "Terima kasih."Masih mengatakan itu, sekali lagi aku mencium tangannya dan berpamit
Baca selengkapnya
60
Mas Hisyam menggeram atas ucapan Mas Jaka yang berhasil membuat dia tertegun dan syok. Wajah lelaki itu merah menahan emosi sementara tatapan matanya nyalang ke arah Mas Jaka."Aku tidak akan memukul wajahmu dengan helm meski aku bisa melakukannya. Ini hanya peringatan yang pertama dan terakhir kalinya. Jangan ganggu Zubaidah lagi.""Cih!" Mas Hisyam meludah dan memasang ekspresi yang kesal sekali, seperti dendam yang amat membara. "Bagaimanapun kau menilai kami, tahan untuk dirimu sendiri. Jika aku mendengarmu sekali lagi menghina Zubaidah, maka akan kubuat istrimu janda!""Dengan cara apa?""Menghilangkan nyawamu!" jawab Mas Jaka, sambil kembali ke atas motor lalu tancap gas membawaku pergi dari mobil Mas Hisyam yang sudah pecah kacanya dan berhenti di bahu jalan. "Sudah kubilang kan Mas jangan bikin masalah dengan Mbak Zubaidah!" Aku mendengar Eva memarahi Mas Hisyam.*"Maafkan perkataan mantan suamiku, Aku harap itu tidak akan membuatmu terganggu, Mas.""Tentu saja aku tergang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status