All Chapters of Nafkah Nasi Aking : Chapter 31 - Chapter 40
91 Chapters
Bab 31 Meninggal
(POV Rendi)Aku melihat Kania menangis di bawah tempat tidur. Lantas aku buru-buru mengambilnya. Davina terbangun karena teriakanku barusan. “Mas kamu sudah pulang?” tanyanya dengan mata menahan kantuk.“Kenapa kamu tidak menjaga Kania dengan benar? Kania jatuh dari tempat tidur, sementara kamu enak-enakan tidur di atas kasur. Dimana otak kamu?” berangku.Dahi Davina mengernyit, kemudian duduk di tepi kasur.“Kania jatuh? Aku tidak tahu, Mas. Aku sangat mengantuk dan ketiduran,” sahutnya tanpa rasa bersalah.Aku bergeming, rasanya sangat marah pada Davina.“Aku minta maaf, Mas. Aku janji tidak akan ceroboh lagi seperti tadi,” ucapnya.“Awas saja, kalau terjadi apa-apa sama Kania, itu salah kamu. Tolonglah, kamu belajar jadi ibu yang baik, walaupun Kania bukan anak kandungmu,” sahutku.“Iya, Mas, aku janji bakalan jadi ibu yang baik buat Kania. Mana susunya? Biar aku buatin susu dulu di dapur,” kata Davina.Aku memberikan kantong kresek berisi susu formula itu. Kemudian gegas Davina
Read more
Bab 32 Penyebab Kematian
(POV Dela)Pagi ini aku akan membantu Risa mencari Kania. Kami berdua berpencar, Risa akan mencari ke kantor Rendi, sementara aku akan meminta bantuan kepada teman-temanku. Semoga saja, dengan cara ini, Kania bisa cepat ketemu.Risa berinisiatif mencari tahu dengan cara mendatangi kantor tempat Rendi bekerja. Meskipun ia tahu, itu akan sangat berisiko. Kedatangan Risa kesana pasti akan menimbulkan keributan lagi, dan tak segan mereka yang ada disana akan mengusirnya lagi. Tapi Risa tidak peduli akan hal itu. Yang ia inginkan sekarang, hanya Kania. Risa ingin Kania kembali ke dalam pelukannya.“Kamu yakin, akan pergi kesana?” tanyaku memastikan, saat kami berdua telah bersiap mencari Kania.“Ya, aku yakin. Aku yakin Rendi hari ini bekerja. Dengan itu, aku akan mencari tahu Rendi tinggal dimana sekarang ini. Maka itu akan memudahkanku untuk mengetahui dimana keberadaan Kania,” jawab Risa.Aku mengangguk, aku sangat prihatin melihat Risa. Dia tidak secerah seperti biasanya. Setelah Kania
Read more
Bab 33 Tabungan Surga
(POV Dela)Aku segera mengangkat panggilan telepon dari Risa.“Halo, Ris,” sapaku dalam telepon.“Halo, Dela, hari ini Rendi tidak masuk kerja. Aku juga diusir lagi dari kantor itu, gara-gara penampilanku ini. Kamu dimana? Lebih baik kita lapor polisi saja. Bagaimana menurut kamu?” balas Risa memberi usul.Mulutku terasa kaku, sulit untuk membicarakan perihal kenyataan ini terhadap Risa. Rasa tak tega menggelayut dalam dadaku.“Halo, Del, kok diam saja. Bagaimana menurut kamu?” ulang Risa.Aku menyeka kedua mataku yang basah ini, sebelum menjawab ucapan Risa.“Halo, Risa, sebaiknya kamu pulang saja. Tidak perlu lapor polisi, tidak perlu kamu mencari Kania lagi ….” Ucapanku terpotong. Rasanya tak sanggup melanjutkan ucapanku.“Kenapa? Kenapa kamu bicara seperti itu, Del? Kania itu anakku loh, kalau kamu tidak mau bantu, ya sudah, aku bisa cari dia sendiri,” balas Risa.Aku menarik nafas dalam, berusaha tenang supaya Risa tidak syok mendengar kabar ini. Aku harus mencari kata-kata yang
Read more
Bab 34 Mengawasi
(POV Risa)“Aku masih hidup, Davina. Kamu salah besar kalau mengira aku sudah mati,” timpalku yang baru saja keluar dari dalam kamarku.Aku mendengar kegaduhan di ruang tamu. Ternyata itu ulah Davina, yang mengira aku yang meninggal.Aku berdiri bersandar di daun pintu, sembari melipat kedua tanganku menatap Davina.“Oh, bukan kamu, ya yang mati? Sayang sekali,” cetusnya sangat tidak sopan.Davina semakin berani berbicara semaunya. Beruntung aku dan Dela sudah mengusirnya dari sini malam itu. Kalau tidak, mungkin Davina akan semakin bertingkah kurang ajar kepadaku, bahkan melakukan hal yang lebih parah dari ini.“Mau apa kamu kesini?” tanya mas Rendi kepada Davina. Davina terlihat mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan dari mas Rendi.“Ya nyari kamu lah, Mas. Mau apa lagi? Aku cariin kamu dari tadi, tapi malah kamu ada disini, di rumah janda gatel.” Davina semakin kurang ajar. Berani sekali dia menghinaku. Padahal dia sendiri yang merebut mas Rendi dariku. Tapi tak apalah, to
Read more
Bab 35 Takut Kehilangan
(POV Davina)“Mas, kamu masih marah sama aku? Padahal aku sudah minta maaf, loh!” ucapku.Mas Rendi bergeming, tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku kesal, suasana kini berubah menjadi canggung. Mas Rendi terlalu fokus menyetir, sehingga aku seperti tak dianggap ada.“Masalah Kania mati, itu bukan salahku. Itu sudah takdir dari Tuhan. Aku juga tidak tahu, kalau kejadiannya akan seperti ini. Lagipula, kalau ada yang harus disalahkan itu kamu, Mas, bukan aku. Kenapa kamu membawa Kania, sudah bagus dia sama ibunya,” ucapku.Aku seperti berbicara dengan patung. Mas Rendi sama sekali tidak menyahut perkataanku. Bahkan menyebut kata oh saja dia tak ada.Geram rasanya melihat tingkah lakunya yang seperti ini. Semenjak kematian anaknya, dia berubah menjadi sangat dingin.“Jawab dong, Mas!” bentakku.Aku meraih tangannya, dan tanpa diduga mobil yang dikendarainya oleng.“Aaaaaaa ….”Beruntung Mas Rendi bisa mengendalikan mobilnya. Kalau tidak, kami bisa mati karena hampir menabrak k
Read more
Bab 36 Rasa Bersalah
(POV Jona)“Mau pesan apa, Mas?” tanya seorang pelayan kafe.“Creamy latte saja,” jawabku.Aku duduk seorang diri di dalam kafe ini. Termenung, seperti tak ada tujuan, dan bahkan aku seperti orang mati. Tak ada keinginan, tak tahu kaki ini mesti melangkah kemana.Dulu, hidupku punya tujuan dan memiliki banyak keinginan seperti orang-orang pada umumnya. Tapi karena terjerumus pergaulan yang salah. Hidupku hancur dan mungkin aku akan menyesal seumur hidupku.Aku memijat pelipis, entah bagaimana kelanjutan hidupku jika terus menerus seperti ini.Brak!Aku dikejutkan oleh suara seseorang yang menggebrak meja. Seorang wanita yang berada di depan mejaku, hanya terhalang beberapa meja, dia menggebrak meja dengan sangat keras. Sehingga membuat pengunjung yang lain menoleh ke arahnya termasuk aku.Aku tidak dapat melihat jelas siapa wanita itu, karena posisinya membelakangiku.Wanita itu beranjak dari meja itu, dan keluar dari kafe. Namun sesuatu terjatuh dari tasnya yang sepertinya tidak dit
Read more
Bab 37 Murah Senyum
(POV Jona)“Lah, kenapa juga aku lari. Bukannya kesini aku mau menemui Risa!” batinku.Konyol sekali kelakuanku, baru melihatnya teriak seperti itu, aku sudah lari. Bagaimana kalau melihat dia marah? Sangat memalukan.Aku berhenti berlari, kemudian duduk di dalam pos ronda, sambil mengatur nafas yang ngos-ngosan.Setelah lumayan lama aku duduk, aku memutuskan untuk kembali ke tempatku berdiri di seberang rumah Risa.Sampai disana, Risa sudah tidak ada. Kemungkinan Risa sudah masuk kembali ke dalam rumahnya.Kring! Kring! Kring!Dering ponselku berbunyi, dengan cepat aku pun mengangkatnya.“Halo!”“Halo, Jo! Lo dimana? Kesini lo ke tempat biasa. Teman-teman sudah pada nungguin.”“Nggak, terima kasih, gue lagi sibuk!”Aku mematikan panggilan telepon itu. Malas rasanya jika harus kumpul-kumpul dengan teman-teman ses4tku. Karena pengaruh mereka, hidupku jadi berantakan.Setelah menerima telepon, ternyata ada pesan masuk dari Davina.Aku pun segera membukanya dan membalas pesan darinya, se
Read more
Bab 38 Rumah Bekas
(POV Rendi)“Pulang sama siapa, kamu?”Davina berjingkat kaget, saat mendapati aku berdiri di dekat gerbang bagian dalam.“Ojek!” jawabnya.Aku iseng mengintip ke luar gerbang. Ternyata benar, Davina baru saja pulang diantar oleh tukang ojek. Terlihat masih muda, namun aku tak bisa dengan jelas melihat wajahnya karena tertutup masker.Davina masuk ke dalam rumah, aku mengikutinya dari belakang.“Vin, aku ….”“Aku mau istirahat, aku kekenyangan dan ngantuk!” potongnya.Padahal ada yang ingin aku sampaikan kepadanya. Perihal rumah dan pernikahan kami. Keputusanku sudah bulat, setelah membeli rumah aku akan menikahi Davina. Dan beruntungnya tadi aku mendapat informasi tentang rumah yang akan dijual dari temanku. Tak apa-apa rumah bekas, yang penting masih layak huni dan nyaman. Aku melihat foto dan video rumah itu yang dikirim dari temanku, terlihat menarik dan nyaman. Rencananya besok aku akan mengajak Davina untuk melihat-lihat rumah itu. Ingin sekali aku berdiskusi sekarang ini dengan
Read more
Bab 39 Angkuh
(POV Jona)“Jona!”“Rendi!”Aku dan Rendi akhirnya bertatap muka setelah sekian lama aku tak bertemu dengannya lagi. Penampilannya sangat berbeda. Jika dilihat dari penampilannya, aku bisa menilai jika dia sudah mapan.Rendi, lelaki yang aku tahu saat dulu dia orang yang selalu mengejar-ngejar Risa saat dia masih gadis, dan sekarang sudah menjadi suaminya.Terlihat aura kemarahan dalam wajahnya. Wajar, karena mungkin dia sudah tahu perbuatanku yang dengan tega merusak Risa. Aku sudah mendahuluinya sebelum dia menikahi Risa. Akibat taruhan dengan teman-temanku, aku telah merenggut sesuatu yang sangat berharga dalam diri Risa. Dan aku sangat menyesali perbuatan terkutuk itu.Seandainya jika Rendi akan meluapkan amarah padaku, aku akan terima dengan lapang dada. Bagaimanapun, aku adalah lelaki yang tidak bertanggung jawab atas perbuatanku sendiri. Aku adalah lelaki pengecut.Rendi keluar dari dalam mobil, kemudian berjalan menghampiriku.Rendi berhenti tepat di depanku, aku pun turun dar
Read more
Bab 40 Apakah Ini Akhir Kisah Hidupku?
(POV Jona)Saat aku mengintip lewat jendela, benar saja, aku tidak salah lihat. Aku melihat Risa tergeletak di dalam rumah ini.“Risa!”Aku berusaha membuka pintu rumah ini. Namun ternyata dikunci dari dalam.Perasaan khawatir menggelayut dalam diri ini. Aku terus saja mencoba membuka pintu ini, namun tetap saja tidak bisa.Aku mundur beberapa langkah, berupaya untuk mendobrak pintu ini. Dalam hitungan satu, dua ti ….“Hey, mau ngapain kamu?” Aku terjingkat kaget saat mendengar seseorang teriak dari arah jalan.“Maaf, Pak. Saya mau bertamu ke rumah ini. Tapi ternyata pemilik rumahnya pingsan di dalam. Kalau nggak percaya coba Bapak lihat!” ucapku menunjuk ke arah jendela.Bapak-bapak itu kemudian menghampiriku.“Masa sih pingsan, coba saya lihat!” Tak percaya dengan ucapanku, Bapak-bapak itu mengintip lewat jendela.“Wah benar … Neng Risa pingsan. Ya Tuhan … kasihan sekali dia. Mana sekarang dia tinggal sendirian,” imbuhnya terlihat cemas.Dahiku mengernyit, tidak paham dengan ucapan
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status