Nafkah Nasi Aking

Nafkah Nasi Aking

By:  Yuni Masrifah   Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings
60Chapters
856views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Nasi aking, tentu akan berpikiran tentang nasi sisa yang diolah kembali. Hidup dalam serba kekurangan akibat sang suami terkena PHK besar-besaran di sebuah perusahaan. Membuat Risa berusaha bertahan hidup dengan mengandalkan nasi aking pemberian suaminya, yang berubah drastis menjadi buruh serabutan. Namun tanpa disadari, dibalik nasi aking itu, tersimpan sebuah rahasia besar yang disimpan oleh sang suami, yang tak pernah Risa duga sama sekali. Setelah rahasia besar terbongkar, kehidupan lampau Risa terungkit kembali dan menyisakan penyesalan yang mendalam. Rahasia apakah itu? Simak selengkapnya sampai tamat.

View More
Nafkah Nasi Aking Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
default avatar
widha.87
baru baca smpe part 14. beneran bagus thor. bkin pnasaran lanjutannya. yukzz smangat lanjut ya thor...
2024-04-11 23:23:22
1
user avatar
Yuni Masrifah
Ayo baca, sekali baca pasti langsung ketagihan
2024-04-08 05:27:35
1
user avatar
Yuni Masrifah
Novel candu
2024-04-03 17:13:22
1
60 Chapters
Bab 1 Nasinya Sangat Lezat
"Terima kasih, Mas. Nasinya sangat lezat," ucapku dengan menahan tangis.Aku memasukkan suap demi suap nasi aking yang diberikan oleh mas Rendi, suamiku."Maafkan Mas ya, Ris. Mas belum bisa membahagiakan kamu. Hanya ini yang bisa Mas berikan untuk kamu. Kamu tahu sendiri, kan? Mas hanya seorang kuli serabutan. Penghasilan tidak tentu. Kadang Mas tidak mendapatkan uang sama sekali. Mas harap kamu bisa sabar ya, Ris! Untuk sementara kamu makan saja nasi aking ini, ya!" sahut mas Rendi memberi pengertian.Aku mengangguk sambil menatap nasi aking yang ada di atas piring."Habiskan, kamu mesti jaga kesehatan. Kania masih membutuhkan asi, jadi kamu jangan membiarkan perut kamu kosong," ujar mas Rendi.Aku kembali menyuap nasi aking ke dalam mulutku dengan perasaan getir."Kamu nggak makan, Mas? Ayo makan sama-sama!" ajakku.Mas Rendi menggeleng sambil tersenyum kecil lalu menjawab, "Tidak, Mas belum lapar. Kamu saja yang makan, nanti kalau Mas lapar Mas pasti makan."Aku mengangguk, aku sa
Read more
Bab 2 Pakan Bebek
Mataku menatap getir isi dalam kantong kresek hitam itu. Ternyata semua tak sesuai ekspektasi. Isi dari dalam kantong kresek hitam itu ternyata berupa butiran nasi aking kering."Syukurlah, hari ini Mas bisa beli nasi aking lebih banyak dari kemarin. Maaf ya, Ris, Mas hanya bisa membelikan ini lagi buat kamu. Mau beli beras tapi uangnya tidak cukup. Bisa saja sih di cukup-cukupi, tapi nanti kamu tidak ada lauk buat teman nasinya," imbuh mas Rendi seraya mengusap rambutku. Kemudian mas Rendi mengambil air minum dari dapur lalu kembali menghampiriku.Aku tertegun dengan ucapannya. Sangat meyakinkan tapi bertolak belakang dengan penglihatanku tadi. Apakah aku salah lihat tadi? Aku rasa tidak, jelas-jelas yang aku lihat di warung nasi Padang tadi adalah mas Rendi."Oh, terima kasih, Mas. Aku kira isinya nasi Padang. Tapi ya sudahlah ….""Uhuk!"Mas Rendi terbatuk dan air dari mulut mas Rendi muncrat mengenai nasi aking ini."Kenapa, Mas?" tanyaku."Oh tidak apa-apa, Mas cuma tersedak saja
Read more
Bab 3 Pingsan
"Siapa itu? Kenapa dia?" gumamku, saat melihat seorang perempuan muda tergeletak tak sadarkan diri di samping rumahku dengan tas berukuran besar yang berada di sampingnya.Setengah berlari aku pun menyimpan terlebih dahulu beras ke dalam rumah, kemudian menghampiri perempuan itu. Aku berjongkok dengan masih menggendong Kania. Aku menyoroti wajah perempuan itu, namun sama sekali aku tak mengenalnya."Mbak, Mbak bangun!" Aku menepuk pelan sebelah pipi perempuan itu. Mencoba membuat dia sadar dari pingsannya."Mbak bangun, Mbak!" Aku terus mencoba membangunkannya kembali. Berharap dia sadar dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.Masih tetap sama, perempuan itu masih belum sadarkan diri, dia masih tak bergerak dan memejamkan mata.Kemudian aku mencoba mengguncang-guncangkan tubuhnya namun masih tetap sama.Merasa tak bisa untuk membuatnya tersadar, aku pun panik lalu berdiri untuk mencari pertolongan."Tolong … tolong ada orang pingsan!" Aku berteriak berharap ada seseorang yang ma
Read more
Bab 4 Sahabat
Nampan yang berisi segelas minuman bergetar mengikuti gerakan tanganku. Aku tertegun melihat pemandangan seperti ini."Ris!" panggil mas Rendi saat melihatku berdiri menatap mereka. Davina mengurai pelukannya terhadap mas Rendi.Aku terdiam menatap mereka berdua. Ada apa sebenarnya dengan mereka? Kenapa mereka berdua bisa saling berpelukan seperti itu?"Kalian berdua ngapain?" tanyaku menyelidik."Ris, jangan salah paham dulu. Ini Davina, sepupu aku dari luar kota," jawab mas Rendi."Sepupu?" Rasanya aku belum bisa mempercayainya. Aku sama sekali tidak kenal dengan Davina, yang disebut sepupu oleh mas Rendi itu."Jadi ini istri kamu, Mas? Ya ampun … aku nggak nyangka loh, Mas. Istri kamu itu baik banget, aku bersyukur sudah ditolong sama Mbak Risa." Davina menceritakan semua yang terjadi terhadapnya kepada mas Rendi."Jadi begitu? Maaf Mas nggak bisa dihubungi, karena kadang ponsel mas tidak ada kuotanya," ucap mas Rendi.Aku hanya menyimak percakapan mereka berdua."Aku belum sempat
Read more
Bab 5 Penyambung Hidup
"Ya sudah, Ris. Aku pulang dulu, ya! Sudah sore," pamit Dela.Dela pun pulang dan aku masuk ke dalam rumah."Siapa itu, Mbak? Cantik banget," tanya Davina yang baru saja pulang."Itu teman Mbak. Kamu sudah dapat kerjaannya?" jawabku kemudian bertanya balik.Davina menghempaskan tubuhnya ke atas sofa."Belum, Mbak. Nyari kerjaan susah," jawabnya."Kenapa nggak kerja di tempat kamu dulu merantau, Vin," imbuhku.Davina menghembuskan nafas kasar. Kemudian menjawab, "Sudah habis kontrak, Mbak. Makanya aku nyari kerja disini. Oh iya, Mbak, aku lapar nih. Mas Rendi belum pulang?""Belum pulang dia, entah jam berapa pulangnya tak tentu. Ya sudah kalau begitu, Mbak masak dulu. Tapi kamu jagain Kania dulu." Aku menyerahkan Kania kepada Davina.Davina menerima Kania dan menggendongnya.Aku berkutat di dapur, menanak nasi aking dari mas Rendi.Owek … owek … owek!Terdengar Kania menangis di ruang keluarga. Aku segera menghampirinya."Kania kenapa, Vin?" tanyaku."Nggak tahu, Mbak. Dia rewel, mung
Read more
Bab 6 Curiga
"Mas Rendi? Benarkah dia? Mereka mau ngapain keluar malam-malam begini tanpa izin dariku pula? Kenapa sikap mereka begitu mesra," batinku.Pikiran negatif bermunculan dalam benak. Apakah mereka … tapi kan mereka sepupuan. Aku menggelengkan kepala. Membuang rasa curiga ini, namun tetap saja, pikiran buruk ini mendominasi diri. Andai saja hal itu benar dengan apa yang aku pikirkan. Sungguh aku tak akan pernah memaafkan mereka berdua.Perutku kembali merasa lapar. Aku pergi ke dapur dan mengambil nasi aking yang aku masak tadi sore. Aku memakannya walaupun mulut ini rasanya tak bernafsu sedikitpun. Mengingat sesuatu hal yang terasa janggal yang baru saja aku lihat. Aku melakukannya hanya untuk mengganjal perut saja.Selesai makan, aku tak langsung tidur. Aku duduk di sofa ruang tamu, menunggu kepulangan Davina dan mas Rendi. Aku ingin menanyakan mereka dari mana dan habis ngapain.Ingin rasanya aku menelepon mas Rendi, untuk menanyakan keberadaannya dimana. Aku melirik ponselku, yang ter
Read more
Bab 7 Noda Merah
"Ya Tuhan ini ada apa? Apa yang terjadi?" Tubuhku bergetar hebat, saat mendapati noda merah bekas lipstik di baju mas Rendi.Aku meremas kasar baju mas Rendi. Rasanya aku tak sabar ingin mencacinya, karena telah tega bermain di belakangku.Aku menunggu mas Rendi di dekat pintu toilet. Terdengar nyaring guyuran air menandakan mas Rendi sedang mandi.Baru kali ini aku merasa kecewa olehnya. Bahkan lebih kecewa saat dirinya menganggap aku seekor bebek. Kenapa ini bisa terjadi? Bekas bibir siapa yang ada di baju mas Rendi. Ya Tuhan … semoga saja semua tak seperti yang aku pikirkan. Tak sanggup rasanya jika mas Rendi benar-benar bermain di belakangku dengan wanita lain. Aku tidak akan terima.Lumayan lama aku berdiri di depan pintu kamar mandi. Pintu kamar mandi pun dibuka dari dalam.Ceklek"Loh, Ris kamu sedang apa disini? Sana istirahat! Kasihan kamu, pasti seharian ini lelah mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus Kania," ujar suamiku sembari menyeka rambutnya yang basah oleh handuk.
Read more
Bab 8 Gelagat Aneh Dela
Dela ingin bicara sama mas Rendi? Bicara apa?Aku menghampiri mereka berdua, yang tidak menyadari keberadaanku."Mau bicara apa?" tanyaku.Mas Rendi tersentak mendengarku yang muncul dari belakangnya."Nggak ada kok, cuma kemarin Dela hanya menawarkan pekerjaan lagi. Cuma aku nggak enak, aku tidak mau menyusahkannya," jawab mas Rendi.Aku tak habis pikir dengan mas Rendi. Kenapa dia enggan untuk menerima tawaran pekerjaan dari Dela. Jelas-jelas Dela itu sangat baik, aku dan mas Rendi pun sudah lama mengenalnya."Tapi … anu, Ris ….""Dela, maaf … sekali, saya tidak bisa menerima tawaran dari kamu. Saya tidak enak dan saya mohon, jangan paksa saya lagi," mohon mas Rendi dengan kedua tangan terkatup di depan dada.Seketika Dela menatap kecewa ke arah mas Rendi. Aku mengerti, Dela menginginkan yang terbaik untuk keluarga kami. Tapi apalah daya, mas Rendi masih tetap pada pendiriannya.Aku tersenyum kepada Dela, berusaha mencairkan suasana."Mas Rendi ingin mandiri, aku harap kamu mengerti
Read more
Bab 9 Dandan
"Nggak boleh, ya? Ya sudah!" Aku keluar dari kamar Davina."Mbak, em … maksud aku bukan begitu. Jadi ini bedak nggak bisa sembarangan yang pake. Kalau nggak cocok bisa-bisa kulit Mbak jerawatan," jelas Davina."Iya, tidak apa-apa. Mbak mau lihat anak Mbak dulu," sahutku.Aku masuk ke dalam kamarku. Melihat Kania yang terlihat menggeliat dan terbangun dari tidurnya.Aku menggendongnya kemudian menyusuinya. Syukurlah Kania sudah tidak panas lagi. Aku sudah tidak merasa khawatir lagi.Setelah Kania meminum asi, Kania kembali tertidur. Aku pun beranjak dan pergi ke halaman untuk menyiram tanaman bunga-bungaku.Saat tengah fokus menyirami tanaman. Aku kembali teringat akan ucapan Davina tadi. Aku ragu tapi aku juga takut jika itu terjadi.Tak dipungkiri, memang terasa janggal saat Dela menyusul ke rumah dan memaksa mas Rendi untuk bekerja dengannya. Padahal sudah berulang kali mas Rendi menolak tawarannya. Tapi Dela masih bersikeras membujuk suamiku untuk bekerja dengannya.Aku menghempask
Read more
Bab 10 Menor
"Kenapa? Ada yang aneh kah dengan penampilanku?" tanyaku."Mbak, apa Mbak nggak ngaca? Mbak ini mau ke kondangan apa mau ngeronggeng?" Lagi dan lagi Davina tertawa lepas dan kali ini dia berani menghinaku.Mas Rendi masih bergeming dan masih menatapku."Mas!" sapaku lirih.Tak ada upaya sama sekali mas Rendi untuk menegur Davina yang secara blak-blakan telah menghinaku."Kenapa kamu dandan seperti ini? Apakah ini yang mau kamu tunjukkin sama aku, sampai-sampai aku meninggalkan pekerjaanku?" Pertanyaan mas Rendi terasa menyakitkan yang aku dengar."Aku … aku dandan seperti ini karena aku mau bikin kejutan sama kamu. Aku juga ingin terlihat cantik di mata kamu, Mas. Nggak ada maksud apa-apa," jawabku.Mas Rendi masuk ke dalam kamar. Kemudian kembali lagi dan menghampiriku sambil membawa sesuatu di tangannya."Kamu lihat ini, ngaca kamu!" titahnya memperlihatkan cermin.Aku menatap cermin yang dibawa mas Rendi barusan.Aku terhenyak melihat wajahku yang ternyata memang benar, aku terliha
Read more
DMCA.com Protection Status