Semua Bab Jerat Terlarang Sang Pewaris : Bab 21 - Bab 30
48 Bab
Bab 21
“Hazel, ya ampun! Apakah kamu sudah sehat? Bagaimana dengan kepalamu?” tanya Mike sambil mengelus kepala Hazel saat pria itu bertemu di lobi perusahaan. Hazel tersenyum simpul, dia menepis sopan tangan Mike yang menyentuh kepalanya. Tidak ingin jika Jonathan berpikir macam-macam ketika atasan anehnya itu melihat keakraban dia dan Mike. “Aku baik-baik saja. Luka di kepalaku sudah sembuh. Terima kasih, Mike, karena sudah peduli,” ucap Hazel. “Kamu sudah sarapan?” Mike melirik jam di tangannya. “Masih ada dua puluh menit lagi. Bagaimana kalau kita sarapan dulu?” Hazel tersenyum kaku menanggapi ajakan pria di hadapannya, dia harus menjaga jarak dengan pria manapun selama ia berada di dalam perusahaan. Bisa-bisanya, si bos akan menghukumnya lagi. Dan mungkin saja, kali ini atasannya akan memberikan hukuman yang sadis jika dirinya ketahuan masih bertemu dengan pria lain di luar jam kerja. Hazel tahu betul bagaimana Jonathan bisa menjadi sangat posesif dan cemburu."Tidak, terima kasih,"
Baca selengkapnya
Bab 22 (++)
"Oh, Ibu menelponku," kata Natasya. "Terima teleponmu dulu, Nyonya Collins. Mungkin ada hal yang penting yang ingin beliau sampaikan," jawab Jonathan, wajahnya datar. Natasya beranjak dari pangkuan Jonathan. "Sebentar ya, Tuan Parker." pamit Natasya. Jonathan tersenyum sambil mengangguk. Saat kepergian Natasya, pikiran Jonathan tertuju kepada Hazel. "Hazel pasti bertemu dengan Mike," gumam Jonathan, penasaran, dan penuh curiga. Sejurus kemudian, Natasya datang kembali dengan wajah sedikit tidak bersemangat. "Tuan Parker, gaun untuk malam nanti sudah ada. Apakah anda tidak ingin menemaniku untuk mencoba gaun untuk acara nanti malam?" tanya Natasya dengan penuh harap. Wanita itu tentu saja berat meninggalkan Jonathan. Apalagi, Natasya sudah tahu gelagat calon suaminya. Namun dia tidak ingin gegabah mengambil tindakan, karena dirinya tidak ingin kehilangan kesempatan menjadi istri dari seorang pewaris. Itu alasan utama dirinya tidak terlalu mengubris urusan pribadi Jonathan. "Maaf,
Baca selengkapnya
Bab 23
Lelah, itu yang dirasakan Hazel. Untuk kesekian kali, dia harus melayani hasrat liar atasannya. Kini, ia melangkah menuju rumahnya. Dengan jarak lima meter, mata Hazel menyipit melihat pintu rumahnya terbuka. "Ada tamu?" gumam Hazel, dia mempercepat langkah pada kakinya. Sesampainya di rumah, dia segera masuk. "Deg!" ia sedikit tersentak melihat kehadiran bibi Clara dan Edward."Hazel, sayang, kamu sudah pulang, Nak? Ayo, masuk." ajak sang ibu, Amy. Hazel menarik napas dalam, mencoba meredakan gumpalan emosi yang berkecamuk. Langkahnya yang semula ragu kini berubah menjadi mantap, seolah setiap tapak kaki yang menyentuh lantai berusaha menghapus kelelahannya."Kemana saja kamu, Hazel?" tanya bibi Clara dengan nada sedikit bengis, matanya sinis. "Ya, habis kerja. Maunya dari mana?" Jawab Hazel. Amy berdiri, menghampiri Hazel. "Nak, tidak boleh begitu. Tuan Edward sudah datang. Dia adalah calon yang dibicarakan oleh bibimu," ucap Amy berbisik. "Kami sudah bertemu, Bibi Amy. Dan se
Baca selengkapnya
Bab 24
"T-Tuan Presdir," gumam Hazel, lidahnya seperti keluh melihat siapa yang berdiri tak jauh darinya.Bukan hanya Jonathan saja yang terkejut, Hazel pun sama. Ia tidak menyangka jika Edward memanggil Jonathan dengan sebutan "Paman". Jika atasannya itu, ternyata memiliki hubungan darah dengan Edward.Kini dua pasang mata itu saling menatap tidak berkedip. Sungguh dunia begitu sempit, bukan?"Nona Hazel, apa yang terjadi?"Suara Edward membuat Hazel tersadar dari lamunan. Hazel mengedipkan matanya berulang kali, mencoba mengumpulkan pikirannya yang berserakan."Ah, maafkan saya, Tuan Edward. Saya hanya... Belum terbiasa dengan pesta seperti ini," jawab Hazel, mencoba mencari alasan yang masuk akal."Bukankah Pamanku adalah atasanmu, Nona Hazel? Aku pikir, anda mengenal Pamanku yang bertunangan malam ini," kata Edward.Hazel menelan ludah dengan susah payah. Mencoba terlihat tenang di hadapan Edward, "Benar sekali, Tuan Edward. Tuan Jonathan adalah atasan saya. Namun, saya tidak mengetahui
Baca selengkapnya
Bab 25
"Maafkan saya, Nona. Saya tidak sengaja," ucap pelayan. Dia segera berjongkok di kaki Hazel dan mengusap kaki wanita itu.Jonathan dan Edward refleks berdiri melihat Hazel kesakitan. Sementara nyonya Luna tersenyum jahat melihat Hazel seperti itu. 'Otomatis, kakimu pasti melepuh. Dasar sekertaris tidak tahu diri,’ batin nyonya Luna.Hazel menepis tangan pelayan itu dengan sopan. "Saya tidak apa-apa, Bi. Tolong jangan di bawah kaki saya," kata Hazel, menahan perih. Edward segera memegangi kedua pundak Hazel, pria itu khawatir jelas sekali kecemasan di wajah Edward. "Hazel, ayo, aku akan membawamu mengobati kakimu," ucap Edward. Natasya melirik sinis. "Aduh, Sekertaris Hazel, makanya, kalau berdiri itu, harus lebih hati-hati," kata Natasya, seolah ia tidak menyadari jika hal tersebut adalah perbuatan ibunya. Rahang Jonathan mengeras saat melihat Edward menyentuh Hazel. Namun tatapan tajamnya berpindah arah menatap nyonya Luna. "Nyonya Luna Collins. Tolong lebih hati-hati dalam berti
Baca selengkapnya
Bab 26
"Siapa?" tanya Jonathan.Suara pria itu menekan dan terdengar tegas sewaktu pintu toilet itu terbuka. Seorang pelayan wanita terkejut melihat punggung Jonathan.Dengan cepat, pelayan itu menundukkan kepalanya. "Ma-maafkan saya, Tuan. Saya pikir tidak ada orang," katanya dengan suara terbata."Pergi!""B-baik, Tuan," jawab pelayan itu. Namun...Saat pelayan tersebut hendak memutar tubuhnya, netra pelayan itu membulat tatkala iris matanya menangkap kain kasa dan tub gel yang tergeletak di atas lantai.'Bukannya Nona Hazel—""Kenapa kau masih berdiri di situ? Segera pergi dari sini!"Pelayan tersebut tersentak. "B-baik, Tuan." dengan buru-buru, ia menutup pintu dan meninggalkan toilet tersebut. "Kenapa tuan memakai toilet umum kediaman? Tidak biasanya." pikir pelayan.Di dalam toilet, dada Hazel berdetak begitu kencang. Jika ia sampai ketahuan bersama atasannya di dalam toilet, habislah sudah. Bibinya tentu akan memarahinya dan ibunya tentu akan dalam masalah.'Tapi... Apa yang disembuny
Baca selengkapnya
Bab 27
Jonathan melangkah keluar dari ruangan yang hangat, di mana percakapan dengan ayahnya dan calon ayah mertua masih bergema di telinga. Cahaya malam yang remang-remang menyambutnya, menambah beban pikiran yang sudah berat. Langkahnya terhenti ketika suara Natasya memecah kesunyian."Tuan Parker, tunggu sebentar," seru Natasya, suaranya lembut namun penuh harap.Jonathan berbalik, menatap wajah Natasya yang terlihat bersemu dalam cahaya bulan yang menembus masuk melalui cela-cela jendela kaca besar. "Ada apa, Nyonya Collins?" tanya Jonathan, mencoba menyembunyikan kegelisahannya.Natasya menatap Jonathan dengan tatapan yang dalam, seolah ingin menyelami isi hatinya. "Aku ingin kau menemaniku, hanya kita berdua malam ini, di summerhouse," katanya, suaranya hampir tidak terdengar di antara bisikan angin malam.Jonathan merasakan detak jantungnya berpacu, konflik batinnya semakin menjadi. Namun akhirnya, ia mengulurkan tangan ke arah Natasya. "Aku akan menemanimu, Nyonya Collins," kata
Baca selengkapnya
Bab 28
"Kenapa? Kenapa kau selalu dingin, Jonathan? Padahal, aku begitu mengagumimu hingga aku menjatuhkan harga diriku. Namun, sedikitpun kau tidak memandangku," lirih Natasya, wanita itu masih terduduk di atas karpet di dalam ruangan Summerhouse. Natasya berpikir, dengan dirinya meminta kepada orang tuanya untuk menjodohkan ia dan Jonathan, semuanya akan berjalan sesuai rencana. Sebab, Natasya sangat tahu jika Jonathan tidak akan pernah ingin mengecewakan orang tuanya. "Mengapa aku harus kalah dengan wanita itu? Apa yang salah denganku?! Apa cantiknya Hazel? Dia hanya wanita sampah dari kalangan rendah! Apakah aku harus menyingkirkan wanita sampah itu sesuai dengan keinginan ibu?" pikir Hazel. Di dalam ruangan, dengan api yang menyala di tungku perapian, Natasya menjadi dilema dengan keputusannya. Ia ingin menyingkirkan Hazel. Namun di lain sisi, dia tidak ingin melakukan hal rendah karena ia harus kalah bersaing. Natasya menggeleng kepalanya kasar, ia mencoba mengusir pikiran jahatnya
Baca selengkapnya
Bab 29 (++)
"Walaupun aku mabuk, aku tidak salah mendengar apa yang aku dengar 'kan? Bagaimana bisa atasanku memikirkan hal semacam ini? Dia... Seperti mempunyai dua sisi yang berbeda," gumam Hazel mendengar permintaan di luar nalar atasannya itu.Hazel berusaha mengangkat kepala yang terasa amat berat. Merasa jika beban Ultraman mungkin sudah pindah ke kepalanya, ia menatap Jonathan dengan tatapan sayu. "T-tuan, kamu sedang tidak bercanda 'kan? Bagaimana bisa kita bercinta dengan keadaan tangan saya di borgol seperti ini? Ini bukan film-film yang sering saya tonton, Tuan," kata Hazel dengan suara serak. Dengan atasan tubuh yang terbuka, Jonathan mengangkat alisnya. "Apakah setiap ucapanku kau anggap lelucon? Aku ingin merasakan sensasi yang berbeda." Jonathan mulai melangkah, pria itu naik ke atas ranjang. "Aaakkhh ...!" Hazel menjerit, tatkala Jonathan yang sudah berdiri di belakang tubuh Hazel, menarik rambut wanita itu ke belakang."Kau memiliki tubuh yang bagus Hazel. Jadi jangan pernah m
Baca selengkapnya
Bab 30
"Dimana Jonathan? Kenapa anak itu belum juga hadir?" tanya Nyonya Catalina. Semua orang sudah siap di meja makan. Hari ini, mereka semua akan pergi ke Villa untuk berburu. Dari semua orang yang hadir, hanya Jonathan dan Hazel yang belum tiba. Edward yang masih kesal dengan kejadian semalam pun angkat bicara. "Bibi Catalina, sebaiknya, Bibi tegur penerusmu itu. Dia begitu tidak sopan!" Semua mata orang-orang yang duduk di meja makan mengalihkan pandangan mereka kepada Edward. Alis nyonya Catalina mengerut. "Apa maksud? Kamu tidak sedang kesal dengan Jonathan, kan?" Wajah Edward kecut, seakan ingin memarahi bibinya. "Bi, Jonathan semalam membawa kabur calon istriku saat kami sedang kencan," kata Edward. Mendengar penuturan Edward, dada Natasya seketika bergemuruh. Hatinya begitu sakit. 'Wanita rendahan itu... Apa yang dilihat oleh Jonathan pada wanita itu? Sepertinya, semakin lama aku membiarkan, mereka berdua semakin lancang. Jadi, semalam itu karena wanita itu Jonatha meninggalk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status