All Chapters of Kesempatan Kedua: Terlahir Kembali: Chapter 1721 - Chapter 1730

"Kamu nggak sedang bermimpi. Dia Gwen.""Andrew" langsung mengonfirmasi apa yang dipikirkan William.Semua orang menoleh ke arah Andrew, lalu melihat Andrew melepaskan topengnya dan pengubah suaranya."Romeo?!"William terkejut.Violet juga kaget.Nicholas dan Charles mengerutkan alis.Gwen juga melepaskan topeng wajah Ella, kemudian berkata, "Bagaimana? Aktingku bagus, 'kan?""Apaan ini?"William menghampiri Gwen, lalu melihat topeng yang dipegang Gwen.Topengnya terasa seperti kulit asli.Romeo berkata, "Topeng ini adalah produk baru yang dikembangkan oleh perusahaan kami. Awalnya dirancang untuk digunakan pada robot, tapi ... kami memodifikasinya agar dapat digunakan pada manusia juga. Topeng ini memang memiliki beberapa kekurangan kecil, tapi untungnya cahaya di sini cukup redup sehingga yang lainnya nggak sadar kecuali kamu melihatnya dengan saksama."William bertanya dengan bingung, "Siapa yang kamu bunuh tadi?""Buka topengnya."William segera membuka topengnya, lalu muncullah w

"Aku datang!"Di luar gereja, tiba-tiba Barry berteriak. Sekelompok tentara bayaran menyerbu masuk, kemudian Arianna dan Brandon juga tiba. Yang paling penting, di tengah kepanikan Violet melihat orang-orang Keluarga Knowles.Sherman melangkah masuk, lalu berkata dengan sinis, "Tua Bangka, hari ini adalah ajalmu!""Sekarang! Serbu!"Barry menahan beberapa orang yang menghalangi jalan Charles.Sementara itu Harvey sudah menaruh batu di atas mesin.Saat semua sedang terlibat dalam perkelahian, Violet segera berteriak, "Charles! Mesin itu punya waktu mulai! Cepat! Matikan sebelum menyala!""Andrew, hentikan mereka."Ekspresi Harvey tampak datar.Andrew langsung bertindak.Sebelumnya Violet tak menyangka Andrew sehebat itu. Serangannya nyaris seimbang melawan Charles."Nggak bisa .... Sudah terlambat ...."Charles tidak bisa melewati Andrew. Violet melihat mesin di platform perlahan-lahan memancarkan cahaya aneh.Rasa ini persis seperti waktu mereka di ruang bawah tanah Kediaman Edris dulu

Violet melindungi Nyonya Airlangga dan hampir terjatuh.Gereja ini berdiri di gunung. Apa mungkin Harvey sudah menyiapkan peledakan gunung?"Cepat pergi! Gunung ini akan runtuh!"Eddie menyadari bahaya dan hendak mendorong Nathan, tapi Nathan menatap Harvey yang bergeming, lalu berkata, "Sudah nggak sempat. Pintu keluar pasti sudah diblokir. Ini adalah mekanisme penghancur diri dari seratus tahun lalu. Dia ingin mati bersama kita.""Tuan, lalu bagaimana sekarang?""Bangunan ini berada di atas gunung. Strukturnya masih bisa bertahan beberapa belas menit. Meskipun meledak, tempat ini nggak akan langsung runtuh. Cepat, pergi ke tempat Harvey. Pasti ada jalan keluar rahasia."Nathan sudah lama mempelajari Harvey. Dia tahu Harvey bukan Edward.Harvey tidak akan sebodoh itu mengorbankan semua orang. Dia hanya mungkin memaksa keluar mereka, lalu menyelinap melalui jalan rahasia ketika gunung berguncang.Violet bertanya dengan gelisah, "Tuan Nathan, meski kita menghampiri Harvey, bagaimana kit

Harvey tiba-tiba mengingat bertahun-tahun yang lalu, dia dan Michelle bersekolah di sekolah yang sama. Mereka saling tertarik dan mencintai.Pada saat itu, dunia tampak indah baginya.Mau itu sinar matahari atau sinar bulan, pagi atau malam, dia menghargai setiap detik setiap menit.Namun, Ayah memberitahunya Keluarga Airlangga memiliki ambisi besarnya sendiri. Sebagai penerus Keluarga Airlangga, dia harus memikul tanggung jawab yang semestinya.Saat menikah dengan Vera Edris, Harvey bersikap dingin pada malam pernikahan. Di antara kedua pasangan itu, tak ada yang bisa diobrolkan.Tak seorang pun dari mereka yang menginginkan ini dengan sukarela.Puluhan tahun ini seperti film lama berjalan dalam pikirannya.Dia baru sadar.Ternyata, perasaan dan cinta begitu berharga.Dia pernah memilikinya.Namun karena nafsu, semuanya dia buang.Arianna berteriak, "Tempat ini sudah mau runtuh! Cepat cari jalan keluar!"Semua orang tidak sempat berpikir dan segera menuju ke platform.Sepertinya kursi

Charles menghampiri Violet, kemudian berbisik, "Aku tahu kamu lelah. Banyak yang terjadi hari ini. Nggak apa-apa, aku akan menemanimu sampai akhir."Violet memperhatikan wajah acuh tak acuh Nathan, lalu suara lembut seorang pemuda muncul di dalam benaknya.Violet sudah paham. Meskipun dia lanjut bertanya, dia tidak akan mendapatkan jawaban yang diinginkan."Mungkin aku benar-benar terlalu banyak berpikir."Violet berkata dengan nada datar.Setelah mendengar apa yang dikatakan Violet, semua orang menghela napas lega.Namun, Charles tahu Violet tidak berencana melupakan hal ini begitu saja.Meskipun kebenaran seringkali kejam."Tunggu! Pelan-pelan!"William yang melamun tersentak karena Howard menyentuhnya.Howard tersadar, lalu mengernyit dan berkata, "Kamu berisik sekali. Apa lukamu sangat sakit? Aku saja nggak teriak setelah disakiti sampai seperti ini.""Kulitmu tebal, sedangkan milikku mulus. Apa kita sama?""Coba kamu katakan sekali lagi?""Aku memang mengataimu!""Ayo berantem! Se