All Chapters of JATAH SUAMI ONLINE: Chapter 21 - Chapter 30
45 Chapters
JSO 21
“kenapa nggak diangkat, Mas? Siapa tahu itu penting,“ ucap Ratih setelah telepon itu berdering berulang kali. “Nggakpapa, nanti saja. Itu pasti juga bukan hal yang penting!“Mereka melanjutkan makan siang tanpa menghiraukan panggilan telepon dari Debbi. Hal itu membuat Debbi kesal dan mengirimkan pesan chat yang tidak sengaja terbaca oleh Ratih. [Kalau tetap tidak diangkat, aku akan menyusulmu ke Solo.]Ratih hanya membatin, kalau tidak punya hubungan dekat, tidak mungkin orang itu sampai mau menyusul ke Solo. Padahal Damar ada di Yogyakarta, tetapi kenapa orang itu mau menyusul ke Solo. Ratih tidak berani bertanya lagi. Jika memang Damar jujur dan terbuka, nanti pasti ia akan cerita sendiri. Damar mencuci tangannya, lalu kembali duduk di meja makan. Menemani Ratih dan Rea yang belum selesai makan. Telepon kembali berdering, kali ini Ratih melihat foto profile si penelepon yang sangat cantik. Ratih semakin penasaran. Damar tahu Ratih memperhatikan ponselnya. Damar dilema, jika ia
Read more
JSO 22
“Apa yang akan kamu lakukan, Mas?““Apakah kamu kuat jika kita ke Solo besok pagi-pagi sekali?“ Damar balik bertanya. Ia khawatir Debbi benar-benar nekat menemui ibunya di Solo. “Sepertinya aku belum siap untuk bertemu dengan orang tuamu. Jika kamu tidak mau Debbi menemui ibumu, sebaiknya kamu kembali ke Kalimantan,“ ucap Ratih yakin. “Kamu tidak apa-apa kalau aku ketemu Debbi?““Aku percaya kamu, Mas. Kalau kamu cinta kepada Debbi, pasti sudah dari dulu kamu menikahinya. Tapi nyatanya, kamu justru ke sini untuk menikahiku.““Iya, kalau dia sampai menemui ibu, pasti akan panjang urusannya.““Ya sudah, kamu cari penerbangan hari ini. Mumpung belum terlalu sore.““Kamu nggakpapa aku tinggal? Kamu yakin?“ Damar kembali meyakinkan. Sebenarnya Damar khawatir dengan kesehatan Ratih. “Iya, aku nggakpapa, aku bisa minta tolong Bu Tutik kalau ada apa-apa.““Baik, aku akan coba cari penerbangan hari ini.“Damar mulai sibuk dengan ponselnya. Ia mencari penerbangan hari ini. Ia tidak ingin Deb
Read more
JSO 23
“Beraninya sama perempuan, dasar b*nci, hah!“ teriak Radit. Beberapa orang sudah berhasil menenangkan Damar dan pukulan terakhir Radit mendarat di perut Damar sebelum orang-orang berhasil memegangi tubuhnya. Akhirnya mereka berdua berhasil ditenangkan. Dibawa warga masuk ke rumah Ratih. Ratih yang dahinya berdarah sedang mendapatkan perawatan dari Bu Tutik. “Jadi, apa masalahnya bisa sampai terjadi seperti ini, Pak Radit?“ tanya Pak Joni yang duduk di antara Radit dan Damar. “Dia ingin memukul istri saya, untung saya melihatnya,“ ujar Radit berapi-api. Tangannya menunjuk Damar dengan wajah penuh amarah. “Wanita itu yang mulai duluan. Lihat dahi Ratih. Dia berdarah karena perbuatan wanita itu. Saya tidak ingin memukulnya, saya hanya menahan agar dia mempertanggung jawabkan perbuatannya.“ Damar balas menunjuk. Tika yang memang menjadi sumber dari semua masalah ini celingak-celinguk. “Anaknya yang mulai memukul anakku. Sebagai orang tua, ya, saya tidak terima.““Oalah, jadi ini bera
Read more
JSO 24
[Aku sudah di Kalimantan, apa maumu?] chat Damar kepada Debbi begitu tiba di apartemennya. Begitu menerima chat dari Damar, Debbi langsung melakukan panggilan telepon. Damar sempat menolak panggilan itu, tetapi Debbi mencobanya berulang kali. Sampai akhirnya Damar mengangkat telepon itu. “Papa ingin bertemu denganmu secepatnya,“ ucap Debbi. “Untuk apa? Kalau masalah perusahaan bisa diselesaikan di kantor.““Bukan masalah kantor, tapi soal kita, Papa ingin aku segera menikah,“ cetus Debbi cepat. “Dari awal kita tidak memiliki hubungan apa pun, jadi silakan menikah dengan siapa pun kecuali aku.“ Damar mengusap wajahnya. Apa yang pernah terlintas di dalam pikirannya kini benar-benar terjadi. “Aku maunya menikah sama kamu.““Aku ... sudah menikah!“ tegas Damar. “Tidak mungkin, aku tidak percaya!“ Debbi langsung memutuskan panggilan telepon. Ia berteriak sambil melempar ponsel berlogo apel itu ke ranjang putih berukuran besar. Sesaat kemudian ia tersenyum. Sepertinya Debbi tengah me
Read more
JSO 25
“Maaf, Pak. Apa yang Bapak lihat tidak seperti yang Bapak pikirkan. Debbi baru saja datang, dia tidak menginap di sini.“ Damar mencoba menjelaskan. “Benar itu Debbi? Lantas kenapa kalian berpelukan?““Debbi yang memeluk saya. Saya tidak melakukan itu!“ Damar masih mencoba membela diri. Debbi memasang wajah memelas. Ia bahkan menangis lagi. “Maafkan Debbi, Pa. Debbi melakukan ini semua karena Damar yang maksa Debbi ke sini!““Bohong, Pak! Saya tidak pernah memaksanya ke sini. Debbi yang datang sendiri.““Debbi, Papa ingin kamu berkata jujur. Katakan!“ Pak Damian meninggikan suara. Kini Debbi terisak. “Bukankah Papa ingin aku segera menikah dengan Damar? Papa tahu, 'kan, aku mencintai Damar sejak dulu?““Tapi tidak dengan cara seperti ini, Debbi! Memalukan! Kamu ini perempuan, jangan jatuhkan harga dirimu hanya untuk mengemis cinta kepada laki-laki yang sudah menikah!“Pak Damian tahu Damar baru saja menikah. Rupanya, selama ini Pak Damian mengawasi gerak-gerik Damar dan Debbi. Pak
Read more
JSO 26
Kinar dan Rea kaget melihat barang-barang baru di rumahnya. Semua barang yang menurut mereka mewah, kini sudah ada di dalam rumah. “Ibuk beli semua ini?“ tanya Kinar sambil memegang lemari es dan mesin cuci di dapur. Sementara Rea yang tahu kasur barunya besar dan bagus berteriak dari dalam kamar kegirangan. “Om Damar yang beli, bukan Ibuk,“ jawab Ratih. “Om Damar itu konglomerat, ya, Buk? Kalau dari bentuk tubuhnya, sih, perawakan orang kaya raya.““Ibuk juga nggak tahu, yang Ibuk tahu Om Damar kerja di tambang dan gajinya banyak.““Apa Om Damar punya waktu untuk ngambil rapor ke sekolahku, ya, Buk?““Kenapa memangnya?““Kalau temen-temen SMP-ku, 'kan, belum pernah lihat Bapak kayak apa. Siapa tahu Om Damar punya waktu dan mau jadi Bapakku untuk ngambil rapor di sekolah.““Kamu serius, Kinar? Kamu benar-benar sudah menerima Om Damar sebagai pengganti Bapak?“ Ratih duduk mendekati Kinar yang duduk di ruang makan.“Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Bapak di hatiku. Tapi meliha
Read more
JSO 27
Damar masih mencoba menghubungi Clarisa. Namun, teleponnya tetap diabaikan. Damar tahu hal ini pasti akan terjadi, tetapi apa pun resikonya, Damar tetap harus menghadapinya. [Papa bisa jelaskan semuanya, Sayang. Jika kamu kenal dengan Ratih, kamu pasti akan menyukainya. Dia sangat baik, awalnya dia bahkan tidak tahu kalau Papa seorang direktur. Dia baru tahu setelah Papa nikahi, dan dia tampak ketakutan. Dia takut dengan apa yang Papa miliki.]Damar mengirimkan pesan kepada Clarisa, sekian detik, pesan itu dibaca, tetapi tidak ada balasan. Damar tersenyum. Sebenarnya Clarisa penasaran, tetapi ia suka sekali merajuk terlebih dulu. [Papa yang menyukainya duluan, bukan dia. Asal kamu tahu dia berulang kali menolak Papa. Tapi entah kenapa Papa ingin selalu dekat dengan Ratih. Dia jauh berbeda dengan Debbi, kamu ingat Debbi, 'kan? Dari sudut mana pun ia berbeda dengan Debbi, termasuk kepribadiannya.]Chat itu langsung bercentang biru, artinya Clarisa masih menunggu Damar menceritakan sem
Read more
JSO 28
Damar meremas rambutnya. Ternyata kejadian tempo hari tidak membuat Debbi jera, tetapi justru membuatnya semakin nekat. Damar tahu, ibunya adalah sosok yang tidak mudah dekat dengan orang baru. Bahkan dulu dengan Imelda, beliau tidak pernah dekat. Itu juga yang menjadi salah satu alasan Imelda pergi meninggalkan rumah di saat Clarisa masih kecil. “Dia bukan calon istriku, Buk. Percayalah! Wanita itu hanya mengada-ada,“ ucap Damar meyakinkan ibunya. “Tapi dia mengenalmu dan tahu setiap detail pekerjaan dan apartemenmu. Kalau tidak dekat, tidak mungkin dia tahu semua itu.““Apa dia masih di sana?“ tanya Damar pelan. “Iya, masih. Kamu mau bicara dengannya?““Kalau Ibuk mengizinkan, aku akan bicara dengannya.“Ibu Damar kembali ke ruang tamu. Ia melihat Debbi sedang memainkan ponselnya.“Damar ingin bicara padamu.“ Ibu Damar menyerahkan ponselnya. Ia menekan loudspeaker karena ingin tahu apa yang mereka bicarakan. “Halo, Sayang, aku sudah sampai di Solo. Kapan kamu akan menyusul?“ tan
Read more
JSO 29
“Ehm, hari ini aku harus balik ke Kalimantan lagi, Buk. Sabtu sore aku pulang.““Kenapa kamu mengalihkan pembicaraan, Damar. Ibuk tanya, maksud dari perkataan gadis itu apa?“ Ibu Damar mengulang pertanyaan yang sama. “Besok Sabtu aku akan menjelaskan semua ke Ibuk. Maaf, aku tidak bisa menginap, Buk. Besok ada meeting penting yang harus aku hadiri.““Kamu ini nggak pernah berubah, dari dulu suka sekali membuat Ibumu penasaran. Untung Ibuk nggak punya penyakit jantung!“Usai makan, Damar langsung mencari penerbangan ke Kalimantan. Sempat terlintas dalam pikirannya untuk mampir ke Yogyakarta dan menemui Ratih sebentar, tetapi Damar pikir jika sudah bertemu dengan Ratih waktu yang sebentar hanya akan membuatnya bertambah rindu. Akhirnya ia putuskan untuk langsung pulang ke Kalimantan. [Aku ada di Solo, tetapi hanya sebentar karena ada kondisi darurat. Maaf tidak mampir ke Yogyakarta, aku harus pulang sekarang. Besok pagi ada meeting yang tidak bisa aku tinggalkan. Kamu nggakpapa 'kan a
Read more
JSO 30
“Tidak, Pak! Kami bukan pencuri. Ini semua belanjaan kami, dan kami sedang mengantre di kasir. Tapi orang itu--dia tanteku, Pak. Dia yang mendorong ibuk hingga jatuh,“ Kinar menjelaskan kepada penjaga toko sambil membantu Ratih berdiri. “Makanya jadi orang jangan sombong-sambong! Tanggung tuh akibatnya!“ ketus Galuh. “Sebenarnya apa yang terjadi? Kalau kalian bikin keributan di sini. Saya bisa membawa kalian ke kantor.“ Penjaga toko itu membantu Ratih dan Kinar memunguti barang yang berserakan. “Maaf, Pak. Ini hanya salah paham. Maaf kalau sudah membuat kegaduhan,“ ucap Ratih sopan. “Baiklah, lain kali jika terulang. Maka saya akan membawa kalian ke kantor, kalian harus bayar ganti rugi atas kegaduhan yang telah kalian buat.“Galuh tanpa merasa bersalah langsung pergi dari tempat itu. Sementara Ratih, Kinar, Rea dan petugas keamanan itu masih membereskan barang yang berserakan. “Terima kasih, Pak,“ ucap Ratih saat selesai membereskan itu semua. Ratih kembali mengantre di kasir.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status