Semua Bab Kehidupan Edo yang Menakjubkan: Bab 1401 - Bab 1410

Orang itu adalah Dora.Jadi, aku langsung menelepon Dora, "Bu Dora, kamu di kantor?""Kenapa kamu peduli aku di kantor atau nggak? Katakan saja apa maumu.""Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Bolehkah aku mentraktirmu secangkir kopi?" Aku sudah belajar dari kesalahanku.Dora segera berkata sambil tersenyum, "Tentu saja. Datanglah ke Kafe Shine di dekat kantor. Aku akan menunggumu di sini."Aku langsung melaju ke Kafe Shine.Dora tiba lebih awal. Dia bahkan telah memesan secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Pada saat bersamaan, ada laptop di depannya. Dia tampak sedang bekerja.Aku duduk di hadapannya sambil tersenyum. "Apa satu cangkir cukup? Kamu mau pesan lagi?"Dora memutar bola matanya ke arahku. "Kamu masih perlu bilang? Kalau nggak cukup, aku akan pesan lagi. Sementara kamu, katakanlah, apa yang ingin kamu bicarakan?""Bu Dora, aku stafmu. Apa aku nggak bisa datang ke tempatmu kalau aku punya waktu luang?""Cih! Kamu masih tahu kamu stafku. Coba aku tanya, sudah berapa lama

Aku tidak menyangka Yuna memiliki pemikiran yang sama denganku.Tampaknya, Yuna tidak berpegang pada ide Harmin. Sebaliknya, dia memilih jalannya sendiri.Sebenarnya, ide Harmin sangat bagus. Namun, idenya terlalu sulit untuk dilaksanakan.Jika dia tidak membiarkan para pedagang obat itu meraup banyak uang, itu artinya dia menghambat mereka menghasilkan uang. Hal itu pasti akan membuat mereka memusuhinya.Sekarang, Yuna telah mengubah strateginya. Dia memilih jalan yang baru. Dia tidak hanya ingin memperluas Aula Damai, tetapi juga untuk menghubungi beberapa pelanggan kaya.Dengan begitu, posisi Aula Damai akan lebih kuat.Aku harus mengakui bahwa Yuna sangat cerdas dalam berbisnis.Dora berkata, "Benar sekali. Sebelumnya, Kak Yuna membantu pamanku mengelola perusahaan. Kemampuannya nggak diragukan lagi.""Alasan dia menjadi ibu rumah tangga, pertama, kesehatannya nggak baik. Kedua, mereka nggak kekurangan uang.""Ditambah lagi, Kak Harmin nggak ingin dia bekerja terlalu keras, jadi Ka

Dora berkata, "Oke, kalau begitu aku akan memberimu misi ini. Tapi, jangan lupa bawa berkasnya.""Bajingan itu hanya memberiku uang muka 200 juta. Dia belum membayar lunas. Aku nggak ingin dia berutang padaku.""Nggak masalah." Aku langsung menyetujuinya.Setelah mencapai kesepakatan dengan Dora, kami berpisah.Aku tidak pergi terburu-buru. Sebaliknya, aku duduk sendirian di kedai kopi untuk beberapa saat.Aku bertanya-tanya, "Bagaimana aku harus pergi menemui Tiano?"Haruskah aku langsung mencarinya atau menunggu sedikit lebih lama ....Setelah berpikir panjang, aku memutuskan untuk tidak menunggu lebih lagi.Makin cepat aku mengetahui pikiran Tiano, makin cepat pula aku akan merasa tenang.Jika tidak, aku akan sangat melelahkan untuk menebak sepanjang hari.Setelah aku memutuskan ide itu, aku langsung menelepon Tiano.Panggilan itu dijawab dengan cepat.Aku langsung ke pokok permasalahan dan berkata, "Pak Tiano, aku Edo. Aku tahu kamu meminta bos kami untuk menyelidikiku. Kamu nggak

Tiano mengajariku dengan sikapnya yang merendahkanku.Aku bertanya, "Bagaimana kamu bisa yakin kalau kekuatanku nggak sebesar kekuatanmu?"Kata-kataku segera menyebabkan ekspresi Tiano berubah.Sekarang, dana dan proyek Tiano sangat terpengaruh, hingga memaksanya datang ke Kota Jimba untuk mencari peluang.Masa kejayaannya telah berlalu. Sekarang, Tiano harus merendahkan diri dan memohon belas kasihan orang lain.Bahkan, Tiano bahkan harus kembali untuk mengurus wanita gila, Melia. Tiano berharap Keluarga Isabell dapat membantunya lagi.Sementara aku?Aku bahkan memiliki hubungan rahasia dengan Dama dan Kendru.Hal ini membuat Tiano bertanya-tanya, "Apakah aku benar-benar memiliki pendukung yang kuat?"Jadi, aku berani pamer dan mengabaikannya?Saat dia merasa bingung, aku sebenarnya sudah menang.Saat Tiano tidak bisa memahamiku, dia harus berhati-hati padaku.Aku melihat ekspresi Tiano yang terus berubah. Aku mencibir dalam hatiku.Seorang pahlawan?Dia tidak lebih baik dariku!Tiano

"Kalau tebakanku benar, kamu datang untuk membicarakan kerja sama denganku karena kamu nggak punya pilihan lain, 'kan?""Tapi, kerja sama itu hendaknya dilakukan dengan kooperatif, bukan dengan sikap merendahkan seperti yang kamu lakukan sekarang."Aku mengungkap kesulitan Tiano.Aku tahu ini akan membuatnya kehilangan muka, merasa malu dan terhina.Bagaimanapun, dia adalah bos yang pernah mendominasi di ibu kota. Banyak orang tunduk yang padanya.Sementara aku hanyalah manusia biasa yang tidak berarti. Namun, sekarang aku bahkan berbicara padanya seperti ini.Tiano mencengkeram leherku. Wajahnya tampak sangat masam. "Edo, aku pikir kamu cari mati!"Aku berkata sambil tersenyum tidak setuju, "Bunuh saja. Kalau kamu punya nyali, kamu benar-benar bisa membunuhku."Aku tahu Tiano tidak berani.Tiano ragu sejenak. Namun, akhirnya dia melepaskanku.Dia masih menatapku dengan tatapan dingin. "Edo, jangan nggak tahu diri. Aku bernegosiasi denganmu sekarang. Sebaiknya, kamu bekerja sama dengan