Kabut pagi menyelimuti kaki Gunung Sepuh. Tanahnya licin oleh embun dan akar-akar tua, sementara di kejauhan, suara burung hantu masih terdengar, seolah malam belum benar-benar pergi. Di sanalah Jaka Warangan berdiri, mengenakan jubah gelap dan membawa ransel kain berisi garam laut, sebilah keris, dan peta lusuh yang ditemukan di Karang Duwur—peta menuju Tirta Lelono. Ia tidak sendiri. Di belakangnya, berdiri Sura dan Tarno, dua pemuda yang bersikeras ikut meski telah dilarang. > “Kakang, kau bisa jalan ke neraka sekalipun… tapi jangan kau pikir kami akan diam saja di rumah,” kata Tarno. > “Lagipula, kalau nanti kita dibunuh makhluk halus, kita bisa saling gotong kan,” tambah Sura sambil nyengir. Jaka menghela napas. “Ini bukan perjalanan biasa. Tirta Lelono bukan hanya tempat, tapi juga... penjaga waktu.” > “Waktu?” > “Tempat itu hidup, dan ingatan bisa membunuhmu sebelum pedang menyentuh kulit.” --- Perjalanan mendaki dimulai. Kabut semakin tebal seiring langkah na
Last Updated : 2025-06-20 Read more