Langkah Jaka Warangan bergema di tanah hitam berlumpur. Di hadapannya, sosok Raras Cempaka berdiri tenang. Gaun putihnya berkibar ringan, seperti tak tersentuh angin. Tapi dari bawah kakinya, darah merembes keluar perlahan, membentuk pola bunga kenanga yang layu. > “Kau belum berubah, Jaka,” ucapnya pelan. “Masih saja membawa pedang untuk menjawab pertanyaan.” > “Karena kadang, jawaban tak muncul kecuali ditodong.” Jaka menggenggam gagang pedangnya lebih erat. Angin di sekitar mereka mulai menderu, dan suara bisikan kembali muncul dari segala arah—dari tanah, dari udara, dari tulang belulang yang terkubur di bawah kaki mereka. > “Siapa yang membakar perguruanku?” tanya Jaka tanpa basa-basi. > “Kau yakin siap mendengarnya?” balas Raras, matanya berkilat merah samar. > “Aku sudah melewati cukup kematian untuk layak tahu.” Raras tersenyum pahit, lalu mengangkat tangannya. Dari ujung jarinya, muncul bayangan-bayangan asap—membentuk siluet sebuah bangunan yang terbakar, suara jerita
Terakhir Diperbarui : 2025-06-20 Baca selengkapnya