All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 1561 - Chapter 1570

Senia.Seseorang yang sama sekali tidak mereka duga.Selain membuat keributan di pesta pernikahan Yosep, setelah itu Senia tidak pernah muncul lagi. Kalau dia yang menjadi dalang di balik semua ini, memang sulit dipercaya. Bagaimanapun, dia tidak ada hubungan apa pun dengan Yvonne.Namun sekarang, kalau dilihat dari situasinya, sepertinya dia memang disuruh seseorang untuk melakukannya. Hanya saja, siapa orang itu?Saat nail artist itu sedang mengambil alat, Janice diam-diam memotret salah satu foto di iPad dan mengirimkannya ke Jason.Jason hanya membalas dengan satu kata.[ Hmm. ]Setelah itu, Janice bilang kalau dia tidak suka ruby merah, jadi akhirnya hanya memilih desain kuku paling sederhana. Karena status Janice, nail artist itu pun tidak berani banyak berkomentar.Begitu selesai, mereka berbasa-basi sebentar, lalu nail artist itu pun pergi. Janice segera menelepon Jason. "Jason, sekarang kita harus gimana?""Soal Senia, aku sudah suruh orang sebarkan informasinya. Sebentar lagi

Senia sengaja menyuruh seseorang keluar dulu untuk memeriksa keadaan sekitar. Setelah memastikan orang dari salon kecantikan itu tidak mengikutinya, barulah dia menyalakan mobil dan pergi.Mobil baru melaju beberapa saat ketika tiba-tiba sebuah motor muncul dari arah samping. Kali ini pengendaranya adalah seorang pria. Pria itu terus-menerus mendekati mobil Senia.Senia yang sudah ketakutan dari tadi bahkan hampir tak bisa menggenggam setir dengan stabil. Namun, pria itu jelas tidak berniat melepaskannya. Setiap gerakannya seolah-olah ingin memaksa Senia keluar dari jalur."Ahhh! Tolong jangan ganggu aku lagi!" Senia berteriak panik sambil menginjak pedal gas sedalam-dalamnya. Detik berikutnya, motor itu terhalang oleh mobil lain yang berbelok, memberi Senia kesempatan untuk kabur.Sadar dirinya dalam bahaya, Senia tidak berani berhenti barang sedetik pun. Dia langsung melajukan mobil menuju Restoran Ivy Garden. Di belakang, pengendara motor itu hanya bisa menghentikan kendaraan dengan

Janice selalu tahu bahwa yang diperebutkan oleh Keluarga Karim dan Keluarga Bakara bukan hanya kekayaan besar yang ada di tangan Jason, tetapi juga Jason itu sendiri.Orang berbakat memang banyak, tetapi seorang pemimpin yang benar-benar baik sangat langka.Menjadi pemimpin bukan hanya membutuhkan kemampuan pribadi, tetapi juga butuh waktu panjang, tenaga, dan sumber daya besar untuk membentuknya. Seorang pemimpin yang baik bisa membuat sebuah keluarga tetap berjaya puluhan tahun, bahkan ratusan tahun lamanya.Anwar sudah membesarkan banyak anak, tetapi satu-satunya yang benar-benar berhasil dibentuk hanyalah Jason. Sementara Bronton bahkan hampir menaruh seluruh harapannya pada Jason. Dari situ saja sudah terlihat betapa pentingnya posisi Jason.Namun, menyaksikan langsung bagaimana Jason dengan mudahnya memperlihatkan kelicikannya tetap saja membuat Janice tercengang.Jason bahkan belum berbicara banyak, tetapi dia sudah berhasil membuat orang-orang di meja itu memperlihatkan jati di

Tanggung jawab? Janice sempat mengira dirinya salah dengar. Dia menoleh ke arah Jason. Jason tetap menatap ke arah Yuvan."Kalau anak itu milikku, aku akan bertanggung jawab. Tapi kalau bukan, kenapa aku harus?"Yuvan tertegun sesaat, lalu wajahnya memerah karena merasa dihina. "Apa maksudmu? Kamu nggak bisa menghina adikku hanya demi lepas dari tanggung jawab! Anak itu jelas-jelas milikmu!"Bronton mengerutkan kening. "Jason, gimana bisa kamu bicara begitu? Kamu tahu betapa pentingnya kehormatan bagi seorang perempuan. Yvonne kehilangan anak dan juga rahimnya. Kalau kamu nggak bertanggung jawab, gimana nasibnya kelak?"Janice memperhatikan mereka berdua. Jelas, keduanya benar-benar percaya bahwa anak yang dikandung Yvonne adalah anak Jason. Kalau Yuvan percaya pada adiknya, itu bisa dimengerti. Namun, Bronton? Dia lebih percaya pada orang luar daripada pada Jason, yang sudah bersama dengannya sejak kecil.Janice menyela, "Gimana kalian bisa begitu yakin kalau anak itu memang milik Jas

Jason merapikan jasnya, lalu berbalik badan, menggenggam tangan Janice, dan meninggalkan meja.Mereka berjalan sampai di depan Bronton. Jason melangkah mendekat dan meletakkan ujung jarinya di atas berkas yang ada di hadapan pria tua itu."Cukup sampai di sini." Setelah berkata begitu, dia membawa Janice pergi.Mereka tidak meninggalkan Restoran Ivy Garden, melainkan pindah ke ruang lain. Janice baru tersadar ketika melihat meja di sana sudah disiapkan hidangan. "Ini yang kamu siapkan?""Kamu nggak bakal bisa makan kalau suasananya seperti itu. Makan di sini saja. Nanti masih ada orang yang datang." Jason duduk dan menuang teh.Janice mengambil cangkir teh dan menghela napas. "Kamu biarkan mereka begitu saja, apa nggak masalah?""Apa yang mungkin terjadi? Mereka nggak bakal berkelahi." Jason menyeruput teh.Janice membelalak. "Mereka berkelahi? Bisa jadi kacau dong."Jason menarik sudut bibir. "Kadang aku berharap mereka berkelahi, mungkin banyak masalah bisa terselesaikan."Bayangan d