“Apa kamu nyesel pernah nyakitin aku?” tanya Jasmin pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam gumaman AC yang berhembus lembut.Reyan menghentikan gerakan jemarinya yang tadinya menyisir rambut Jasmin di pangkuannya. Pertanyaan itu datang mendadak, tapi tidak asing. Seperti luka lama yang belum benar-benar sembuh, tapi tak lagi berdarah.Ia menatap wajah gadis itu—gadis yang pernah ia buat menangis, pergi, lalu kembali dengan dada yang lebih lapang dari sebelumnya.“Aku menyesal,” jawabnya jujur. “Tapi aku lebih menyesal kalau waktu itu aku nggak mengakuin apa yang aku rasain ke kamu.”Mata Jasmin menatapnya, diam, tapi dalam. “Kamu pikir… kita bisa sampai sini kalau waktu itu aku pergi?”“Enggak,” jawab Reyan tegas. “Kalau kamu pergi, aku akan nyusul. Mungkin lebih lambat, mungkin lebih berantakan. Tapi aku tetap akan cari kamu.”Jasmin menunduk, mengusap jemarinya pelan. “Aku cuma takut. Kita bahagia sekarang, tapi kadang… aku nge
Last Updated : 2025-08-02 Read more