Pria botak itu tertawa terbahak-bahak."Haha! Bunuh dia! Tuan, cepat bunuh dia! Jiwanya pasti sangat nikmat."Perlahan mengangkat kepalanya, tatapan pemuda itu berubah menjadi dingin."Apa aku masih perlu kamu ajari cara melakukan ini? Kalau kamu berani ngomong lagi, walau aku nggak bisa membunuhmu, ada banyak cara membuat hidupmu lebih buruk dari mati, kamu pasti tahu itu."Pria botak itu ketakutan dan segera menutup mulutnya, benar-benar tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Pada saat ini, sebuah ponsel berdering. Pemuda itu mengeluarkan ponselnya, menghela napas sebelum menjawab, lalu secara mengejutkan memasukkannya kembali ke sakunya."Bocah kecil, kalau kamu berani menyentuhku lagi, aku nggak akan sungkan lagi dengan Wenny."Setelah itu melemparkan kepala pria botak itu ke tanah dan pergi sambil bersenandung.Sekarang pria botak itu putus asa."Tuan, selamatkan aku! Tuan, jangan tinggalkan aku!"Raut wajah Fandy terlihat muram, langsung membunuh pria botak itu dan kemudian b
Read more