"Maaf...," gumam Prabu lirih, nyaris tak terdengar di antara desahan napas yang masih berat. "Maaf banget, Din. Aku baru tahu kalau pernikahanku dengan Irena... sudah menyakitimu sedalam itu."Ia menarik napas panjang, masih mendekap tubuh Andini dalam pelukan yang gemetar. Selimut telah jatuh ke lantai, bantal telah tergeser entah ke mana. Kini hanya ada mereka, dua tubuh rapuh yang saling bersandar, menyatu dalam keheningan senja yang menghangat oleh air mata."Aku benar-benar nggak tahu, Din. Kalau aku tahu sejak dulu, mungkin semuanya akan berbeda. Aku enggak akan... sekejam itu padamu." Prabu menunduk, menyandarkan dagunya di puncak kepala Andini. "Kamu tinggal serumah dengan kami, ya? Tiap hari lihat aku bermesraan dengan Irena, dan kamu diam saja. Ya Tuhan...."Napasnya tercekat. Ia menutup mata, menyesap perih yang mengiris hati."Kenapa kamu tahan semua itu sendirian, Din? Kenapa nggak pernah bilang? Kamu pasti sangat tersiksa, kan?"Andini tak menjawab. Ia hanya menggeleng p
Last Updated : 2025-05-09 Read more