Mentari merangkak perlahan dari balik pegunungan yang diselimuti kabut tipis, seperti lukisan tinta di atas kanvas pagi. Di kejauhan, daun-daun cemara Korea menggigil dalam embun, mengguratkan puisi sunyi yang hanya dimengerti oleh jiwa-jiwa yang telah belajar mendengarkan bisikan angin. Di beranda rumah Nyonya Choi yang menghadap ke timur, Lintang duduk bersila, memejamkan mata, meresapi getaran pagi seperti seorang pertapa yang menjahit makna dari setiap napas alam.Sudah sepekan lebih ia menetap di Seoul, namun waktu seolah tidak pernah berjalan seperti biasanya. Setiap hari adalah ruang kontemplasi, perenungan yang dalam, tentang makna hidup, peradaban, dan cita-cita baru umat manusia. Madrasah Langit bukan lagi sekadar ide, tapi telah menjelma gerakan, tumbuh dari percakapan dan keterhubungan lintas batas, lintas jiwa. Dari Jeju hingga Amazon, dari Papua hingga Sahara, gema madrasah langit menyatu seperti kidung yang melintasi cakrawala.Lintang mengingat kembali
Terakhir Diperbarui : 2025-04-19 Baca selengkapnya