David berlutut di samping Maxy, wajahnya pucat namun matanya penuh kekhawatiran. Ia menepuk lembut bahu kecil Maxy.“Apa … kamu baik-baik saja, Nak?” suaranya pelan, menembus keheningan di antara mereka.Maxy mengerjap, menahan air mata. Ia menggeleng dengan angel.“Aku … aku baik-baik saja, Paman,” jawabnya, suaranya berat tapi tegar.David mengusap pelipisnya, merasakan kelegaan sesaat, namun segera tertahan saat matanya turun ke lutut bocah itu.“Kakimu terluka … Kita sebaiknya ke klinik terdekat dulu sebentar, Nak,” ucapnya lembut, mencoba menyembunyikan rasa gelisah.Mata Maxy menatap permukaan jalan. Ia menggumam lirih.“Sudahlah, Paman. Luka ini cuma sekadar goresan. Aku bukan laki-laki lemah.”David menelan ludah, duduk di sela trotoar.“Baiklah …” ia menghela napas panjang. “Tapi kalau rasa sakitnya bertambah parah, kau harus bilang, oke?”Maxy mengangguk mantap. Bastir kecilnya tertutup bedak merah muda, menahan darah yang merembes tipis. Joy, bocah menahan Maxy dari belakan
Terakhir Diperbarui : 2025-06-23 Baca selengkapnya