Surat itu sangat singkat, tanpa kalimat yang bertele-tele. Dalam pandangan Gita dan Ningsih, itu hanyalah surat biasa.Mereka pun menyerahkannya kepada Rangga. Rangga menerima dan melihatnya sekilas. Matanya yang suram tidak menunjukkan sedikit pun emosi, hanya berkata dengan tenang, "Antarkan.""Baik." Gita dan Ningsih segera pergi.Di sisi lain, tatapan Rangga berubah muram. Dia tahu Andini tidak ingin tinggal di sini. Namun, apa hanya dengan satu surat ini, Andini berpikir bisa meminta seseorang untuk menyelamatkannya? Kenapa dia masih belum mengerti?Rangga yakin, kini tidak ada seorang pun yang bisa membawa Andini pergi dari sisinya,Ketika Laras menerima surat itu, dia langsung terpaku. "Ini memang tulisan tangan Nona!" Suaranya bergetar, matanya memerah karena terharu. Beberapa hari ini, air matanya sudah hampir kering karena cemas.Rama yang membaca isi surat itu pun mengangguk pelan. "Aku nggak mengenali tulisan tangan Nona. Tapi, kalau Nona bilang dia baik-baik saja, berarti
Baca selengkapnya