Delia masih menunduk, menyelesaikan suapan terakhirnya dengan hati campur aduk. Perutnya kenyang, tapi pikirannya terasa semakin berat. Tatapan Azzam tak pernah lepas dari dirinya sedari tadi. Ada sorot yang sulit diartikan—antara kebingungan, ketegangan, dan barangkali... trauma.Zahra bangkit dari sofa dengan langkah yang sedikit gemetar. Ia berjalan pelan ke arah Delia, menatapnya lekat-lekat seolah sedang mencari serpihan masa lalu di wajah gadis itu."Maaf ya, sayang..." lirih Zahra. “Mami terlalu terbawa perasaan.”Delia tersenyum kecil, “Tidak apa-apa, Bu—eh, Maaf… Mami.”Mendengar sapaan ‘mami’ dari mulut Delia, senyum Zahra merekah kembali meski samar. “Makasih, Nak… meski bukan Dira, kamu seperti membawa kembali cahaya di rumah ini. Suaramu, matamu, bahkan senyummu... semua seperti Nadira.”Delia mengangguk sopan, namun ia mulai merasakan dada Azzam menegang. Ia melirik pria itu sekilas. Wajahnya menegang, rahangnya mengeras. Jelas, Azzam tidak nyaman dengan percakapan ini.
Last Updated : 2025-07-22 Read more