”Ayah, kamu juga. Aku tahu kamu lebih sayang sama Ayu. Tapi, kamu juga jangan keterlaluan!”Abista menatap ayah yang selama ini sangat dihormatinya dengan marah. Ayahnya jelas-jelas merupakan panutannya. Namun, sekarang dia merasa semuanya palsu. Status Ayu itu palsu, perasaan ayahnya terhadap ibunya juga palsu, sedangkan citranya sebagai kakak sulung terbaik di ibu kota juga palsu. Dia sama sekali tidak layak menyebut dirinya sebagai kakak sulung terbaik.Sekarang, Abista benar-benar menyesal. Dia jelas-jelas adalah kakak sulung di keluarga ini. Namun, dia malah tidak mencegah adik perempuannya menjadi biksuni, juga tidak membujuk adik keduanya yang meninggalkan rumah untuk kembali. Dia akhirnya sudah sadar, tetapi dia sudah kehilangan Syakia dan Kama.Abista melirik kedua adiknya yang tersisa dan melihat kemiripan mereka dengan dirinya dulu. Mereka sama sekali belum sadar. Dia pun berkata, “Kahar, Ranjana, amatilah rumah ini dengan baik. Kalau kalian masih nggak sadar, keluarga ini a
Read more