“Naaar.” Carmen berjalan cepat menghampiri Sinar dan memeluknya erat. “So sorry for your loss. Maaf nggak bisa datang, kemarin lagi tugas di luar kota, tadi malam baru datang.Sinar membeku seketika, tidak membalas pelukan tersebut. Antara terkejut, juga masih trauma karena mengingat pelukan Violet.“Yang sabar, ya,” ucap Carmen setelah mengurai pelukannya. “Aku tahu kamu kuat.”“Ma-makasih,” ucap Sinar mulai mencebik. Rasa haru kembali menyeruak, karena perhatian rekan kerjanya sejak memasuki lobi.“Jangan nangis,” Tari kembali memeluk Sinar. Mengusap punggung gadis yang matanya mulai berkaca-kaca. “Percayalah, semua pasti baik-baik aja.”“Iya.” Sinar bergegas mengurai pelukan Carmen dan mengusap hidungnya yang berair. Ia tertawa hambar sambil menunjuk meja kerja. “Aku ke meja dulu. Banyak kerjaan.”“Hm! Met kerja!” seru Carmen. “Semangat, ya!”“Makasih.” Sinar bergegas pergi ke mejanya. Meraih tisu lebih dulu, untuk menyapu sudut mata dan hidung yang sedikit berair.Sinar memulai ke
Last Updated : 2025-05-17 Read more